Selasa, 10 September 2024

 

================================================== (4)

“Prof,  my case probably is not scientific case, Anyway I would like to tell you what happened is” sahut Rina. Tapi prof Birgit mengatakan bahwa apa yang di alami Rina akan mempengaruhi kelanjutan akademinya, sebaiknya bercerita agar dia masih bisa menangani kuliahnya.

Rina menceritakan semua apa yang terjadi pada dia dan suaminya. Terutama mengenai ketidak mampuannya untuk hamil padahal kondisi sehat dan juga MUNGKIN karena Prof. Birgit memberikan peluang yang besar sehingga Rina bisa segera selesai doktorannya.

 

(Dalam Bahasa Indonesia)

Prof. Birgit mengangkat bahunya , dan “ Rina, dalam permasalahnmu, kamu harus memilah antara tujuanmu untuk melanjutkan studimu atau kamu akan berhenti lalu mengikuti keinginan suamimu”

“Itu sebuah pilihan dalam hidupmu”, lanjut Prof. Bitgit. Rina tidak kuat menahan emosina yang membuncah saat dia konsultasi dengan professornya.

“saya ingin menempeleng perempuan itu , Prof” sahut Rina.

“Tidak Rina, Kamu kalau di jerman tidak bisa melakukan kekerasan walaupun suamimua adalah Orang Indonesia. Kamu akan di tuntut oleh polisi disini.” Kata Prof. Birigit, dan “kamu juga akan keluar di universitas bila memiliki riwayat kekerasan, dan saya tidak ingin student saya memiliki riwayat kriminalitas”

 

Dengan tersedu Rina menoleh ke Prof. Bigit “saya harus bagaimana Prof. Ajik sudah tidak ke apartemen lagi, apalagi apartemen itu atas nama Ajik dari Beasiswa Ajik” lanjut Rina dengan mata yang penuh dengan air mata. Prof. Birgit tertegun sejenak karena dia mengira bahwa Rina juga memiliki “stipendium” (beasiswa).

Prof. Birgit terdiam sejenak dan dia menelphon temannya “apakah kamu ada di tempat dalam minggu ini? Nanti akan ada studenku yang akan kesana”

“OK kamu ke Munchen ke teman saya besok, naik kereta yang pagi saja langsung ke Munchen”, tiba-tiba Prof. Birgit membalikkan badannya dan menatap Rina, “ayo kita ke caffee sekarang saya pingin ngobrol dulu dengan kamu” lanjut Professor Birgit.

Rina tak bisa berkata-kata lagi, dengan mata sembab dia hanya menganggukkan kepala dan mengekor Prof. Birgit keluar dari ruangannya.

 

$$

Mengingat Prof. Birgit adalah seorang vegetarian, maka Rina dan Proff. Pergi ke Kaffehus, dimana, disini meeka berbincang. Tapi perbincangan banyak dikuasai oleh Prof.Birgit.

 

‘kamu tahu kan laki-laki tadi fakultas?” Tanya prof. ke Rina. Rina hanya mengangguk.

“laki-laki tadi adalah ayah dari Chaterina, dia akan mengucapkan selamat tahun padaku” kata prof. sambil kedua matanya itu menmbus kaca jendela dan sepertinya mengembara kemana.

“nama lengkapku kamu sudah tahu ya, Birgit Adelio, laki-lakiitu pernah menjadi suamiku, Abraham Adelio” cletuknya. “pada saat aku hamil chaterina usia 8 bulan kandungan, dia pacarn dan melakukan hubungan sex denan mahasiswanya” lanjut Prof. Birgit Adelio. “aku berjalan jauuuh sekali untuk melampiaskan ke kesalanku, aku tidak menggugat, tapi aku pergi saja tiba-tiba, aku menutup diri” cerita Professor. “aku mengajukan pindah universitas dari Universitas Kassau, aku ke Goettingen, aku gak perduli” lanjut Professor Bigit pada Rina.

 

Rina tenggelam kedalam bayangannya sendiri, karena dia memiliki kisah yang sama dengan Proff.nya.

Tiba-tiba Rina menyahut, “prof. bagaimana kalau aku pakai kerudung, karena salah satu tuntutan Ajik adalah aku tidak boleh bekerja sepulang ke Indonesia, kemudian aku harus pakai kerudung”

“No, Rina, kamu gak bisa pakai kerudung hanya dengan niat menyenangkan suamimu, dan belum tentu suamimu akan kembalipadamu walaupun kamu pakai kerudung. Bolah kalau kamu pakai kerudung dengan tujuan agamamu” Professor Birgit menekan kata-kata itu agar Rina memilik motivasi yang baik untuk pakai kerudung, bukan hanya untuk pelampiasan saja.

Rina setuju, toh belum dia  pakai kerudung lalu Ajik kembali, tapi kenapa Ajik mensyaratku itu? Padahal Maria bukan wanita yang menggunakan kerudung, Ratna mendesah kecil, dia hanya memalingkan mukanya ke-arah jendela juga. Tiba-tiba Prof. Birgit mengagetkannya “ besok kamu jam 7 malam kamu naik kereta bertemu dengan temanku, dr.Martha”. Rinapun mengerutkan dahinya “apakah dr. Martha sudah tahu kasusku, Prof?’ Tanya Rina.

“ok, aku sudah memberikan nomot telephonmu ke dia, kamu berhenti di stasiun utama, München Hauptbahnhof, dan selanjutnya kamu menunggu dia di caffee. Kamu cerita saja ke dia bagaimana menata mindset mu menghadapi kasus rumah tangga. Dia seorang psykiatris yang bagus.” Kata Prof. Birget. “oh ya, ini tiketmu aku sudah minta ke balai kota kemaren untukmu” lanjut Professor Birigit.

Rina hanya memandang professornya tanpaberkedip, dia meras bahwa dia masih mendapatkan orang baik yang sangat perhatian ke dia di tempat yang jauh dari Ayah dan Ibunya. Tiba-tiba airmata menitik haru sambil memandang Prosfessornya, akhirnya merek saling berpelukan.

“ok kita kembali lagi pada aktifitas masing-masing, aku masih ke kampus dulu ada murid baru dari Norwegia akan bertemu dengan aku’ Professor Birgit melepaskan pelukannya, ‘oh ya, kamu siap-siap pergi nanti biaya taxi kamu minta dan akan di ganti kalau sudah kembali ke Goettingan, salam buat Martha” ucap Professor Birgit. Rina mengangguk.

Rina kembali ke apartemen dan siap-siap untuk ke Munchen besok pagi.

“aku harus kuat, setelah selesai dari Munchen aku akan telphon ayah di Indonesia’ Rina kembali monolog dengan dirinya sendiri.

 

=========================================================(3)

“Aku mencari Ajik” kata Rina

“aku melihatnya tadi ke mesjid dan aku lihat sepedanya ada di halaman gedung apartemenku” ntar aku pastikan, tunggu disini” Sigit langsung apartemennya, dan …

“iya mbak, aku malah Tanya ke Pak Sodiq yang kebetulan diluar, kata Pak Sodiq tadi sama Maria ke atas ke tempat “Maria”, lengkap Sigit.

“Maria dosen universitas Brawijaya, yang baru datang, bukan?” Tanya Ratna ke Sigit. “kayaknya gitu deh mbak”, sahut Sigit.. sejak Ajik meninggalkan apartemen, kegelisahan Rina membuncah emosinya. “kemana aku harus mencari , Ajik” desah Rina.

Rina bersama Sigit ke halaman apartemen Sigit, dan merekapun melihat sepeda sport Ajik yang disatukan dengan satu sepeda lainnya. “emang yang satu ini kok nempel di sepeda ajik?” Tanya Rina ke Sigi dan kebetulan ada Sodiq disana “oh..itu sepeda Maria” kata Sodiq’ Rina dan dan Sigit bertatapan, karena aneh.

“nanti saya lihat di apartemen Maria, karena aku satu lantai dengan dia” bisik Sigit dekat Rina. Rina hanya mengangguk.

SEtelah pamit ke Sigit dan Sodiq, Rina kembali dengan hati yang resah dan gundah “salahku apa” dia monolog dengan dirinya sendiri. “apakah aku harus cerita ke Bapak di Indonesia? Seklai lagi ke dirinya sendiri.

Dengan rasa kecewa Rina membuka pintu apartemen, tapi Rina tidak akan langsung menuduh atau marah pada Ajik. “aku harus mencari bukti” lirih Rina. Rina membuka lemari baju, disana dia hanya melihat beberapa baju AJik. “mungkin masih di laundry” pikir Rina, da dia menghampiri meja kerjanya dan membuka desk-topnya, dan dia mencari kelompok email dari PPI Goettinen barangkali ada pengumuman yang penting. Disana hanya ada pengumuman akan ada upacara 17 Agustus di kedutaan di Hamburg. Disana beberapa list peserta yang ikut, Rina belum tertarik untuk ikut mengingat Professor Birgit merekomendasikan presentasi Proffeor Mac tentang Ekonomi Pedesaan, artinya Rina dan Sigit tidak ikut, karena Sigit harus sit-in pada seminar tersebut. Sebagian besar orang-orang Indonesia ikut ke Hamburg dengan kereta malam yang lebih murah Dari Goettingen ke Hamburg. Rina juga melihat bahwa yang mengkoordinir itu adalah Ajik, tapi Ajik tidak pernah menyampaikan ke Rina, dan bahkan tidak menawari Rina untuk ikut. Rina membaca itu hanya tertegun dan di sudut matanya tampak genangan air mata. Dia hanya berfikir bahwa dia  tidak bisa terlibat lagi dalam aktifitas Ajik tanpa diinginkan.

Malam sebelum ke berangkatan ke Hamburg, Ajik pulang dan dia pamit dengan tanpa menyebut nama Rina ”aku berangkat” kata Ajik. Dan Ajik sekarang tidak pernah memanggil Rina dengan nama kesayangan yang biasanya menyebut “Ndhuk”. Rina tergagap dan mengucapkan “hati-hati, segera pulang” .

$$

MInggu ini Rina mengajak Ajik untuk periksa kandungan dan sperma, karena Rina masih terngiang apa yang dikatakan Ajik sebelum Ke Hamburg. “Rin, kenapa ya kok kita belum dapat momongan, Mas Budi selalu bilang kita jangan terlalu sibuk agar dapat momongan”. Rina terdiam dan mengajukan pemeriksaan. Rina dulu yang melakukan pemeriksaan, dn dinyatakan sehat tapi ada myoma kecil di rahimnya, itupun sebelah kiri.  Hasil uji sperma akan didapat satu minggu kemudian.

$$

Drrrtttttt…drrttttttt…

Telephon dari Munir, dia salah satu dosen Faperta yang akan melanjutkan doktornya di Hamburg. “mbak..kenapa nggak ikut ke Hamburg?” tiba-tiba dia tanya Rina “aku gak sempet Nir” sahut Rina. “aduuuh..mbak…udahlah itu suamimu mesra banget ama yang namanya Maria” lanjut Munir.

Deegggg

Rina kaget mendapatkan informasi tersebut, karena dia tidak menyangka bahwa Ajik yang belakangan cuek itu ada maksudnya. “Tapi kenapa?’pRina mulai instrospeksi diri. “apakah karena aku bisa lulus duluan?” pikir Rina sehingga Ajik mulai menjatuhkan mental Rina?

‘”ok ..jangan menyerah Rina, jangan menngis Rina, jangan cengeng Rina ”kata-kata itu terus menggema di pikirannya dan tentu saja di perasaannya. “aku harus punya bukti” tegasnya.

Kepulangan dari Hamburg Ajik hanya mampir sebentar ke apartemen saat Rin adikampus, dan dikampuspun Rina bertemu dengan Maria.

Marian melihat Rina dengan senyum kemenangan, tapi Rina segera pergi, dia lebih langsung ke Ajik untuk bertanya langsung. Walauoun Rina meninggalkan Maria yang masih tersenyum sinis, Mata Rina sembab sambil menuju ke lantai atas ke tempat Professor Birigit.

Rina ingin klarifikasi dari Ajik, hanya Ajik sekarang bukan seperti suami lagi, dan ini sangat membingungkan. Rina segera kirim email ke Prof.Birgit untuk menunda pertemuan kali ini, Rina melakukan re-schedule minggu depannya saat Prof. Birgit dari Kassau. Namun Prof.Birgit tetap ingin bertemu dengan Rina karena ada sesuatu yang perlu disampaikan untuk penelitian Rina. Akhirnya Rina kembalilagi kelantai 5 dimana Prof.Birgit berkantor.

$$

Pertemuan dengan Prof.Birgit membuat Rina gugup karena kondisi hatinya yang kurang baik.

“ do you have problem?” kata-kata itu yang pertama di lontarkan oleh Prof. Birgit sambil menyelidiki mata sembab. “

 

 

 

=====================================================(1)

BAB III

“selamat datang bagi ibu-dan bapak dosen yang akan melanjutkan sekolah di Universitas Georg Auust University –Goettingen,semoga betah, dan untuk melihat gambaran seperti apaUniversity ini dan kehidupan di Jerman, kita dengarkan ketua PPI (Persatuan Pelajar Indonesia tahun 1999) adalah Kismoaji dari Fakultas Kehutanan IPB yang akan melanjutkan kuliah Doktorannya di Universitas ini, Kami persilahkan Saudara Kismoaji memberikan sambutannya” kata MC.

Rina menghadiri pesta penyambutan kedatangan dosen2 yang akan melanjutkan sekolah/kuliahnya di Goettengen bersama Wati, sambil melihat Ajik di atas pentas, dia merasa heran Ajik sangat keren dan berbeda dengan Ajik yang saat ditemui Rina dimesjid.

 “Sudah seminggu Ajik baru pulang ke apartemen hanya untuk ganti baju”pikir Rina sambil membayangkan penampilan Ajik yang di masjid dengan celana ngatung, dan sekarang dia tampak modis.

Sambutan demi sambutan hanya lewat saja  di telinga Rina karena dia hanya focus pada seorang dosen wanita, yang tampak lebih modis dengan penampilan yang berbeda dari yang lainnya. Kalau dosen wanita lainnya penampilannya tampak  sederhana dan ada yang menggunakan jilbab, tapi dosen wanita yang satu ini selalu menebar senyum serta pakaiannya . Rata-rata tamu lainnya baik dosen Indonesia yang lama maupun yang baru disana sangat terhipnotis dengan ibu dosen wanita itu.

Setelah acara –demi acara berlalu, Rina dan Wati memisahkan diri ke bagian makanan, dan sama-sama mengambil teh panas dan kopi yang tersedia di luar. Sebenarnya Rina masih ingin melihat pesta itu dan ingin duduk bersama Ajik, namun dia melihat Ajik sangat sibuk dan tidak melibatkan Rina. Dan Rina sangat memaklumi kesibukan Ajik.

Sebelum keluar ngopi bersama Wati sebenarnya Rina sudah mendekati suaminya yang masih sibuk, tapi Ajik hanya tersenyum dan segera berlalu. Rina membalas senyuman cantiknya ke suami tercinta, Ajik. Namun,tiba-tiba ada dosen dari Universitas Mataram yang saat dekat dengan Ajik menyapa Rina, Zaini.  Zaini sering mempengaruhi Ajik untuk selalu ke masjid, dan dia adalah yang tertua di antara dosen-dosen Indonesia lainnya yang kuliah di Goettingen. Dengan pemikiran yang “mainstream” . Pernah Rina berdiskusi dengan dia, dan dia juga pernah menyampaikan bahwa Professor Birgit adalah seorang feminis, kalau dalam Islam..bla…bla..bla..

“lohhh…mbak Rina gak ikut sibuk di kepanitiaan?”.

Rina diam sejenak sebelum menjawab pertanyaan Zaini, akhirnya dengan pelan menjawab

“ saya lagi dipanggil professor saya Pak Zaini”, sebenarnya Rina ingin menjawab bahwa  dia tidak menyukai acara ini, tapi demi sopan santun hanya menjawab singkat.

Tapi memang kenyatannya benar Rina bertemu dengan Professor Birgit dengan menyampaikan beberapa draft kerangka pikir mengenai penelitiannya dan tulisan singkat mengenai tatanan Birokrasi di Indonesia.

“Baik Pak Zaini saya mau keluar ruangan sebentar” tukas Rina karena tidak ingin memperpanjang jawaban agar tidak terjadi diskusi, takut dinasehati pikir Rina.

SEtelah pertemuan pesta tersebut, Rina menunggu Ajik di pintu keluar ruangan pesta, dan dia melihatnya denan tersenyum.

“ayo pulang aku tungguin ya” Rina mendekatkan diri ke Ajik, dan Ajik hanya mengangguk.

Waktu berlalu, PPI sering melakukan pertemuan, seminar dan jalan-jalan. Persahabatan antara dosen lama dan dosen baru semakin erat. Acara keakraban sering ditunjukkan dengan makan bersama, pergi bareng. Rina ikut tergantung jadwal kuliah yang direkomendasikan oleh Professornya. Kadang satu kuliah dengan Ajik kadang juga berbeda tergantung dari tema dan mata kuliahnya, Ajik kembali perhatian pada Rina dan merekapun sering bepergian bersama.

Namun, suatu ketika..

Ajik kembali ke apartemen, kebetulan Rina sudah kembali dari Fakultas juga. Pertemuan yang disengaja agar bisa menikmati sore menjelang musim semi, dan Rina mengharapkan bisa ngobrol lebih banyak karena kerinduannya selama musim dingin. Setelah meletakkan ranselnya “assamlaialum” menyapa Rina yang sudah menyeduhkan teh hangat. “waailuk salam wr wb, apa kabar saying” jawab Rina.

 “Rina, aku mau membersihkan badan dulu, sekarang ada pengajian di mesjis, Pak Zaini akan membawakan dakwahnya” kata Ajik, Rina hanya tertegun, bukannya kemaren mau menghabiskan sore bersama. Dengan teruru-buru Ajik ke kamar mandi, dan dia menggeletakkan hpnya di meja belajar. Dengan Iseng Rina membuka HP tersebut…dan terkunci.

Rina merasa aneh mengapa HP terkunci, biasanya dia membuka hp Ajik tidak terkunci. Lalu Rina dengan pelan  berjingkat ke kamar mandi menyusul Ajik yang lagi asyik mandi. “ Jik, kok HPnya terkunci?” Tanya Rina. Dan Ajik menoleh saat lagi kepalanya di shower. “Rin..apa hakmu membuka HP ku? “ teriak Ajik di bawah pancuran dan segera dia menyelesaikan proses mandinya.

Keluar dari kamar mandi, Ajik langsung meraih HP yang masih di tangan Rina, Rina tersentak kaget. “kok aneh kamu JIk, kemaren2 aku biasa buka HP mu dan kamu juga buka HP aku”sahut Rina sambil melihat Ajik dengan heran.

“mulai sekarang jaga privasi masing-masing dan jangan suka ingin tahu urusan orang” timpal Aji sambil melotot kearah Rina.

“dan mulai sekarang jangan cari aku” tegas Ajik sambil berganti baju dan memasukkan baju-baju ke dalam ranselnya. “emang kamu kemana JIk kok bawa baju?” Tanya Rina sambil memegang tangan Ajik yang sibuk memasukkan beberapa baju ke ranselnya. Ajik mengibaskan tangan Rina dan pergi.

“Ajik..tunggu, ada apa dengan kamu?” teriak Rina saat Ajik keluar kamar, Rina mengejarnya sampai koridor apartemen, tapi Ajik sudah tak tampak. Rina heran, campur marah dan sedih, hanya bisa menitikkan airmata setelah menyadari bahwa itu bukan mimpi.

SEtelah itu terjadi, Ajik tidak kembali ke apartemen, dia tidak tahu kemana. Rina mulai bertanya-tanya ke teman-teman lainnya. Dan saat waktu pulang masjid, Rina bertemu dengan Sigit

“ada apa mbak?” Tanya sigit.

 

===============================================================(6)

“mbak..kira-kira nanti ambil penelitian tentang apa?” Tanya Sigit setelah berpapasan dengan AJik dan Patricia tanpa bertanya tentang Ajik dan Patricia. Rina sangat memuji sikap Sigit yang tidak bertanya mengenai perilaku orang lain walaupun di depan mata terlihat. “rupanya Sigit sangat menjaga privasi orang lain”pikir Rina. Atas pertanyaan Sigit Rina menjawab “ pastinya terkait dengan perempuan dan gender, Git…profesorku khan lebih concern pada perempuan” jawab Rina.

Mereka sudah di dalam areal Fakultas Pertanian dan mengibas-ngibaskan jaket dan ransel dari sisa-sisa salju yang jatuh di atasnya.  Rina dan Sigit adalah student (mahasiswa) dengan fakultas yang sama, jadi wajar mereka selalu berdiskusi. Saat diskusi, mereka melihat Professor Mac menuju Coffee machine. Mereka tersenyum dan mengangguk dan Professor membalasnya sambil mengangguk dan tersenyum. Professor Mac adalah pembimbing Sigit dan ruangannya persis disebelah ruangan Professor Birgit. Mereka terlibat dalam proyek yang sama dengan Tim Leader  Professor Birgit.

Sigit, dosen muda dari Universitas Sudirman lebih membidangai kebijakan pertanian di-Indonesia, dan dia sangat menguasai ilmu ekonomi pedesaan, sebaliknya Rina yang memiliki latar belakang kehutanan, ilmu pertanian merupakan ilmu baru baginya. Namun dengan keseriusan dan ketlatenan Professor Birgit, Rina banyak menimbu ilmu tentang ilmu pedesaan, ekonomi mikro dan gender.

Memamsuki pelataran Fakultas pertanian, terdapat ruangan yang besar berkaca yang selalu hangat, karena pada musim dingin biasanya Heizung (pemanas ruangan) selalu dihidupkan, sehingga banyak mahasiswa yang memanaskan dirinya di ruangan tersebut. Ruangan itu menyediakan bangku-bangku dan mesin penyedia kopi ataupun latte. Rina dan Sigit seperti berjanjian memasukkan coin di mesin kopi tersebut, dan mereka sama-sama “ngopi” sambil duduk di bangku yang kosong. Sambil merasakan nikmatnya latte yang panas, Rina dan Sigit melanjutkan diskusi tentang penelitian. Tiba-tiba Sigit bertanya “mbak, kalau sudah punya bahan atau materi yang diajarkan Prof. Birgit aku dikasih donk, karena minggu depan aku mau seminar di Berlin bersama Prof.Mac”

“ok nanti malam aku email” janji Rina ke Sigit.

Rina sangat menghargai Sigit, karena Sigit sangat professional dalam berfikit dan selalu memiliki pikiran yang positif terhadap kehidupan ini. Rina banyak belajar dari Sigit untuk memahami makna kehidupan.

Apalagi Kehidupan Rina sangat serius dan hubungan dengan suaminya juga adem-anget,kadang acuh kadang riang. Rina kadang tak bisa menebak “mood” Ajik, apalagi dengan pertemuan tadi siang, Ajik sangat ceria dengan Praticia. Rina tak pernah melihat Ajik seceria itu. Ini menjadi tanda Tanya Rina, dan tampak tadi Ajik juga sangat dingin ke RIna….

“Aku ini istrimu, JIk, lihat aku”, Pikir Rina. Dan seperti biasa Rina harus ceria dan tidak menampakkan kegelisahannya. “JIk…aku diantar donk ke kampus”..manja Rina, Ajik hanya menjawab “aku capek, kamu aja sendiri, nanti aku tunggu di apartemen”

Rina hanya tersenyum manja sambil melihat ke arah Patricia. “Tscuuus, Bis bald” _(daag..sampai jumpa?) Rina sambil melambaikan tangannya ke Patricia dan Ajik

Kegelisahan Rina semakin menjadi setelah bertemu dan Patricia, kayaknya Rina butuh teman untuk ngomong apa yang terjadi. Siapa?? . Rina juga memiliki hati yang hampa dengan kondisi seperti ini, satu2nya teman yang akrab adalah Wati, mahasiswaTeknik Industri dari AIKA Bogor, yang umurnya lebih tua dari Rina.  Wati ya teman satu2nya yang bisa akrab dengan Rina yang kehidupannya terlalu serius. Wati tidak mendapatkan beasiswa dari GTZ, dia ikut adiknya yang menikah dengan orang Jerman. Dia ke Jerman ingin lanjut sekolah  dengan melakukan penelitian tantang kentang. Banyak ragam kentang yang dia teliti, entah itu kentang di goring, dikukus dll. Rina selalu menghampiri sahabatnya itu di laboratoriumnya. Laboratorium wati sangat dekat dengan fakultas Rina, sehingga setiap ada uji-coba Rina tak pernah absen untuk mencicipi kentang hasil penelitian Wati.

Siang itu Rina datang ke Lab. Penelitain Wati, dia hanya ingin menyampaikan uneg2 mengenai hubungan dengan suaminya semakin dingin. Sampai di pintu Lab, Wati lagi serius dengan kentangnya dan sedang berdiskusi dengan “Associate Professor”nya, Andreas, dari Brazil. Andreas sering diceritakan oleh Wati ke Rina, Rina hanya penasaran dengan wajah Andreas. SEtelah bertemu “woous, pantesan sering diceritain—ganteng sih” pikir Rina sambil tersenyum. Rina menunggu di kursi yang tersedia sambil menunggu selesainya diskusi Wati dan Andreas.Setelah selesai, Rin alangsung menghampir wati dan berbisik ” wat, ada kentang yang mau di uci –coba nggak? Aku lapar nih”,  “ada..hayo kita makan kentang yang khusus untuk di goreng, Jenis kentang ini saya ambil saat ke Cihle minggu lalu” jawab Wati. ..sambil membawakan kentang goring, Wati mampir ke Coffee maker. ..

’Rina, hayo sambil ngopi” panggilnya. ‘OK”, jawab Rina.

Rapih duduk berdua di laboratorioum penelitian, Rina memulai membuka pembicaraan

“wati, aku kok merasa gelisah ya melihat melihat suamiku tadi ama Patricia, kok riang banget” kata Rina sambil mengunyak kentang hasil penelitian Wati. Wati hanya memandang Rina dengan tajam sambil nyruput kopi.

Sambil ngomong yang lainnya, Wati menjawab, “ini sudah sore, besok kita lanjutkan” dan “jangan lupa bahagia, kuatkan mentalmu”…

Rina hanya mengangguk, dan berkemas, ranselnya di kepit sebelum di kalungkan di lehernya. Dia melangkah menuju apartemennya, ditengoknya gedung apartemen dari bawah, masih gelap, lampu apartemennya belum hidup.

“ kemana Ajik?” pikir Rina, padahal waktu Ajik kembali ke Apartemen dengan kedatangannya hanya beberapa menit saja. Gundukan salju di depannya ditendang dengan bergumam lirih “apa salahku?.

 

=====================================================(7)

BAB III

“selamat datang bagi ibu-dan bapak dosen yang akan melanjutkan sekolah di Universitas Georg Auust University –Goettingen,semog abetah dan untuk melihat gambaran seperti University ini dan kehidupan di Jerma, kita dengarkan ketua PPI (Persatuan Pelajar Indonesia tahun 1999)adalah Kismoajik dari Fakultas Kehutanan IPB yang akan melanjutkan kuliahnya Doktoran di Universitas ini, Kami persilahkan Saudara Kismoaji memberikan sambutannya” kata MC.

Rina menghadiri pesta penyambutan kedatangan dosen2 yang akan melanjutkan sekolah/kuliahnya di Goettengen, sambil melihat Ajik di atas pentas. ‘Sudah seminggu Ajik baru pulang ke apartemen hanya untuk ganti baju”pikir Rina sambil membayangkan penampilan Ajik yang di masjid dengan celana ngatung, dan sekarang dia tampak modis.

Sambutan demi sambutan hanya lewat dalam telinga Rina karena dia focus pada seorang dosen wanita, yang tampak lebih modis dengan penampilan yang berbeda dari yang lainnya. Kalau dosen wanita lainnya penampilannya tampak  sederhana da nada yang menggunakan mukenah, tapi dosen wanita yang satu ini selalu menebar senyum serta pakaiannya

 

BAB II. Persaingan

“Rin..kita nikaaahhhh” teriak Kismoaji sambil memeluk pinggang Rina

“kita bulan madu di jerman ya, sambil kuliah”, clotehnya, Rina tampak senyum bahagia melihat kelakukan Kimo, akhirnya Rina balik memeluk,

“bisakah kita kuiliah sambil hamil” pikir Rina, tampak Ajik netranya berbinar karena dia juga menyamikan tanggal pernikahan di kampung.

Tetiba Rina merasakan hal yang aneh “apakah dengan berpasangan dua tahun lebih muda tidak menggangu hidupku nanti?”  ini terasa saat  kismoaji sudah menjadi dosen muda di kampus menjadi idaman para mahasisiwi.

Dan Rina melihat bahwa Kismoaji sangat perhatian pada penampilan yang selalu modis dan rapih, sedangkan Rina adalah perempuan yang lugas dengan tidak mengada-ada serta sederhana.

“ hai Jik ntar klw kamu jadi suamiku aku tetap memanggil Ajik ya” sahut Rina

“soalnya rasanya gak enak nih tetiba aku memanggil mas, abang atau Aa’” seloroh Rina.

“aku mencintaimu apapun panggilan kesayanganmu untukku aku terima” Ajik mendekatkan wajahnya ke wajah Rina yang berdegup kencang, terus terang saja Rina tak pernah diperlakukan seperti ini oleh Ajik selama mereka dekat.

Dengan senyum tipis dan rona merah di pipinya sambil menengadahkan ke wajah yang selalu dikenal keseharian di kelas. “tapi aku…..”, pikir Rina, “kalau aku lanjut dengannya sepertinya aku yang akan mengemudikan arah rumah tangga”, tampak keragu-raguan dari Rina setelah didekap oleh Ajik, sebab dia merasa bahwa itu sudah melewati batas pergaulan di dalam Islam, bukan muhrimnya.

Akhirnya…

“ok Jik kita menikah tapi dengan syarat kita harus segera ke luar negeri untuk melanjutkan sekolah”, papar Rina ke Ajik, Aji tersenyum kemenangan, apalagi dia sudah memiliki Profesor sesuai dengan bisangnya di Universitas Georg August ,Goettingen, Jerman.

“kamu bisa ikut aku nanti Ran, aku nanti akan mengusulkan bahwa aku akan membawa istri, karena ada anggaran untuk istri dan sekalian kamu bisa cari professor saat disana” lanjut Ajik

Rina menyetujui usulan KIsmoAji dan diapun mulai merancang pernikahan yang akan dilaksanakan segera sebelum Bulan Oktober, karena Ajik akan berangkat pada Bulan Oktober sesuai dengan program universitas, yaitu permulaan kuliah di awal musim dingin.

“ayo Jik kalau begitu kita segera pulang ke Bondowoso untuk mempersiapkan pernikahan kalau memang kamu segera berangkat, jadi kita memiliki 5 bulan lagi untuk proses lamaran segala” cetus Rina. …”ah sudahlah… kalau memang tujuanku sekolah ke luar negeri harus mengikuti dia, aku terima dengan ikhlas” pikir Rina, apalagi dia sudah mendapakan professor di bidang “kebijakan Kawasan Hutan”, aku mending ikut, lanjut pemikirannya.

Proses lamaran dilanjutkan dengan pernikahan tidak lama berselang, dan kedua belah pihak sudah menyetujui untuk tali perjodohan Rina dan Ajik. Dua keluarga mencoba menyatukan diri, dari latar belakang yang berbeda, suku yang berbeda dan bahasa juga berbeda, dan ini sudah disadari oleh Rina dan ajik, bahwa perbedaan tersebut perlu di eliminasi.

Tiga minggu setelah pernikahan, cukup sudah berhandai-handai dengan keluarga besar

“Jik..ayo kita pulang ke Bogor, kita harus melakukan persiapan-persiapan untuk sekolah ke Jerman, aku harus kursus bahasa Inggris di Jakarta”…..Rina mengingatkan Aji..

 

“ok kita segera kembali ke Bogor untuk mempersiapkan semuanya, dan aku sudah sah menikah denganmu tanpa canggung lagi” ujar Aji sambil memeluk pinggang Rina dan mendorongnya untuk berpamitan ke orangtua Rina.

“Bu, aku pamit mau ke Banyuwangi untuk sekalian pamit ke orang tua di Banyuwangi, dua hari lagi kami akan langsung ke Bogor Via Banyuwangi” Kata Ajik ke Ibu Rina saat mereka sudah selesai sarapan, dan kebetulan Ibu lagi di halaman depan.

“yah..ibu dan bapak sangat merestui kalian ke Bogor, salam dari ibu Bapak ke ibu bapak Banyuwangi. Ibu dan bapak Bondowoso tidak bisa mengantar sampai ke sana” ujar ibu…..”sudah pesan bus ke Bogor?” lanjutnya.

“ sudah bu, jam 11.30 dari Banyuwangi langsung ke Bogor, Bus Lorena”, sahut Rina.

“baiklah” ibu dan Bapak selalu mendoakan kalian bahagia dan sukses, apalagi kalian akan pergi ke Jerman tanggal 18 September ya?” ibu balik bertanya, dan Ajik menimpali bahwa tanggal 18 September akan berangkat via Jakarta karena tanggal 3 Oktober kuliah di mulai.

Rina dan Ajik segera meluncur dengan kendaraan umum Elf ke Banyuwangi untuk menemui keluarga besar Ajik di Banyuwangi.

“ajik, semoga Ibu dan Bapak Banyuwangi sehat ya sepeninggal kita” ujar Rina memecahkan keheningan, dan Ajikmemegang rambut Rina di uyel-uyel.Ajk memberikan jawaban hanya tersenyum.

Bertemu dengan Mertua Rina adalah hal yang menyenangkan, hanya Ipar dari kakak pertama Ajik yang merasa nahwa kedatangan Rina membuat dia tidak nyaman dengan ibu mertua. Indah, ya Indah yang merasa dirinya bersaing dengan kedtangan Rina.

“ Rin, apa gunanya kamu sekolah tinggi-tinggi , toh kamu juga larinya ke dapur?”, ucap Indah di depan ibu mertua Rina, Ibu Supandi. Ibu mertua hanya tertawa, dan “ kamu itu lho Indah, biarin aja sekolah, ntar kan bisa merasakan sendiri hehe…”. Rina hanya tersenyum dan menyahut dengan tenang “ udahlah mbak Indah, setiap orang memiliki nasib sendiri-sendiri, lagian kan saya ikut suami, Ajik”, “kalaupun nanti saya mendapatkan rizki dan mendapatkan professor disana, kenapa tidak?”, lanjut Rina.

Rina tahu bahwa Indah adalah kakak ipar  Ajik tersebut adalah kakak yang paling disukai oleh mertua Rina, karena dia bekerja sebagai penyuluh pertanian di Pulau Madura. “tapi kan boleh bekerja, kenapa dia sangat memperdulikan aku?” pikir Rina.

Rina dan Ajik akhirnya pamit kepada ibu dan Bapak Banyuwangi dan mohon restu agar diberi kelancaran untuk sekolah lagi. Dan seperti biasa nasehat agar rukun dan sukses.

Perjalanan menuju Bogor denga Bus Lorena sangat mengasikkan, apalagi pengantin baru perjalanan yang jauh Banyuwangi Bogr tentulah membuat betah.

$$

Persiapan menuju Jerman sedang dilakukan, dan semua paspor sudah disediakan oleh pihak sponsor termasuk paspor untuk keluarga. Hal ini sangat meringankan Rina dan Ajik, mereka hanya menyiapkan pakaian2 untuk persiapan musim dingin.

$$

Harapan baru

Kerjasama Indonesia – Jerman melalui GTZ juga melengkapi mahasiswa yang diterima dng tempat tinggal di apartemen, Rani dan Kismoaji mendapatkan kamar no 505 di lantai 5.  Ya Apartemen di jalan Robert-Koch Strasse, Goettingen, Jerman. Apartemen yang strategis, belakang apartemen terdapat taman yang luas, kolam hias dan rumah sakit, sedangkan bagian depannya adalah jalan besar yang tenang.

“Indah sekali disini, JIk, kayaknya aku betah disini, dan aku akan mencari professor yang cocok denganku”, kata Rina ke Ajik saat melihat pemandangan kea rah belakang dari jendela apartemen. “baguslah Rin, kalau kamu betah kita lamakan aja di sini” sahut Ajik sambil merangkul pundak Rina, tangan Rinapun menggayut tangan Ajik.

Rina masih mengikuti kursus Bahasa Jerman yang diselenggarakan kampus, sekaligus mencari ingormasi tentang perkuliahan untuk orang asing. Teman kursus bahasa Jerman yang di laksanakan tiap hari tersebut sangat beragam dan dari berbagai Negara, terutama Negara Timur Tengah dan Afrika. Postur Rina paling kecil dan lincah sehingga menarik perhatian teman2nya, sehingga banyak yang bertanya

“Where do you come from?”, salah satu teman dari Afrika bertanya,  “Indonesia”!, sahut Rina…begitulah setiap perkenalan di group kursus Bahasa Jerman selalu bertanya darimana Rina, dan kenapa kok kecil badannya, sehingga semuanya saling mengenal dan menjadikan erat dalam pertemanan.

$$

Malam itu, “Rin, aku ada pertemuan dengan professor, kayaknya kamu ikut deh karena disana semua professor ngumpul, barangkali kamu bisa kenalan  dengan professor juga. Siapa tahu ada rizki kamu mendapatkan professor”, kata Ajik, dan Rina menimpal “ aku dah dapat professor Jik, tapi tidak di Forstwisschaft (Faklutas Kehutanan) tapi di AgrarWissenschaft (Fakultas Pertanian)” sahut Rina.

“darimana kamu tahu, Rin?” Tanya Ajik…..

“seminggu yang lalu aku ngobrol dengan teman kursus, Arantes, kalau dia melihat website Universitas bahwa di Fakultas Pertanian membuka mahasiswa baru”, timpal Rina.

Tetiba: “rin, boleh nggak aku mencium kamu, karena aku sekarang merasa bahagia?” Tanya Ajik, tanpa menyahut Rinapun mencium bibir Ajik dan pergumulan di musim dingin sangat menyenangkan, dan merekapun pindah ke kamar untuk melanjutkan pergumulan tersebut.

$$

Pertemuan dengan profesor fakultas kehutanan dilaksanakan di café dekat apartemen, sehingga sangat memudahkan bagi Rina dan Ajik untuk menghadiri. Walaupun dekat, tapi mereka mempersiapkan legging dan kaos wool sebagai daleman jaket untuk antisipasi dinginnya salju di musim dingin ini. Pertemuan  pertama bagi mahasiswa Indonesia yang baru datang ke Uniersitas Georg August di Goettingen untuk mengenal Goettingen dan Jerman pertama kali sangat mengesankan. Ada beberapa mahasiswa n yang datang dari penjuru perguruan tinggi di Indonesia. Rina dan Ajk sedikit kaget, bahwa pesta itu adalah “standing party” tidak ada tempat duduk, dan hanya ada beberapa meja untuk meletakkan gelas-gelas yang berisi bir, wine dan jus. Beberapa professor menyabut kami dengan satu gelas bir untuk toast, “Zum wohle” atau “prost ein toast”, itulah kebiasaan baru yang didapat dari pesta tersebut. Pesta itu memberikan kenangan buat Rina dan Ajik, bahwa setiap kebahagiaan itu selalu di iringi bir, wine dan jus.

$$

Rina masih berpacu dengan kursus bahasa jermannya sedangkan Ajik sudah mulai kuliah. pRina masih kursus Bahasa Jerman, namun Rina berani bertemu dan menghadap professor yang diinginkan, beliau adalah Profesor perempun tua dan cantik. Dari beberapa informasi, professor tersebut adalah pegiat perempuan yang mengarah ke feminism. Namun Rina tidak takut terhadap isu-isu miring tentang professor tersebut, dia menghadap Profesor tersebut.

$$

Rina merapikan dan mematut matut bajunya, setelah kursus dia menuju langsung ke Institut Rural Entwiclung untuk bertemu professor setelah membuat janji melalui asistennya dua hari yang lalu. Tepat pukul 11.00 waktu Jerman, Rina masuk ke ruangan professor Birgit dan menghadap professor cantik tersebut.

“hallo, I am Birgit”, Prof.Birgit mengajukan tangannya untuk salaman dengan Rina, dan Rina dengan gugup menerima uluran tangan tersebut sambil tersenyum juga, “hallo, I am Rina from Indonesia” sahut Rina.

“yes, what can I help you, Rina?” tanyanya, dan Rina berterus terang bahwa di mneginginkan untuk menjadi bimbingannya. Professor Birgit tersenyum penuh arti dan dia menjawab “ yes, thank you that you choose me as your professor, in vise versa I don’t have yet the student form Asia, I think you will be the first of Asia’s student. So I really happy to guide you become doktoran” lanjutnya. Wooouuuww…Rina mengedip-ngedipkan matanya, apakah dia mimpi?....Rin amencubit celananya seakan tak percaya dan……”yes, you will be my student and partner to work a project”

Mungkin orang menyangka bahwa project itu pekerjaan yang berlimpah uang seperti di Indonesia..no…no…projek yang dimaksud adalah kerjasama yang ditawarkan untuk menjadi obyek penelitian Rina nantinya. Rinapun mengangguk dan pamit, tapi professor itu kembali menyampaikan “ by the way you have to complete your CV, so we can define what kind of project we will have” kata Professor Birgit, Rina hanya menganguk dan yes aja.

===============================================================

Rina dengan riang menceritakan pertemuan dengan professor pada Ajik sepulang kuliah dari Fakultas kehutanan, Ajik hanya diam “ why Ajik?” Tanya Rina

“Aku harus memperbaiki proposalku karena tidak sesuai dengan projek professorku” sahuta Ajik.

Rina merasakan kesenduan Ajik perihal proposalnya, dia mendekati ajik dan mengelus-elus punggung Ajik dengan harapan dia bisa membagi beban Ajik kepadanya “Jik, anyway kita harus mencoba, sebab kita tidak tahu betul karakter professor disini, dan bagaimana dampaknya pafa kelanjutan suti kita, itu khan hanya proposal toh?” bisik Rina di punggung Ajik.

“Ajik, kita diskusi deh apa yang harus kita tulis di proposalmu, dan kita cari informasi, sebenarnya bagaimana karakter profesermu serta projeknya” sahut Rina.  Ajik menarik Rina dari punggungnya dan menghadapkan wajahnya ke wajah Rina, “ saya butuh kamu untuk diskusi ini”, sambil mendekatkan keningnya ke kening Rina, Rina hanya mengangguk.

Diberi waktu tiga hari Indonesia oleh Professornya untuk memperbaiki tentang kebijakan (policy) di Indonesia, dan proposal tersebut nantinya akan di bawa seminar oleh Profesornya di Munchen. 

Diskusi, adu pendapat, makan minum, diam, bergumul dengan waktu, Rina dan Ajik terus mewujudkan tulisan diproposal. Dengan pengalaman Rina yang bekerja di Kementerian, maka banyak fakta yang harus dibenahi dalam Kebijakan di Indonesia.

SElesai sudah proposal yang dibuat dan waktunya untuck menyerahkan pada Professor Ajik, Rina mendampingi Ajik bertemu dengan Professor Ajik, dan tampaknya beliau puas terhadap kerja Ajik. Rina tersenyummerasa puas bisa mendampingi Ajik dalam segala hal.

“Hari ini, Kismoaji, berterimakasih sekali pada istri tercinta Rina Hadisantoso atas dukungannya membantu suami yang ganteng ini”, teriak KIsmoaji setelah keluar dari ruangan professor, dan dia lari menuju Rina yang terlebih dahulu lari ke Rumah Kaca belakang Fakultas.

Rina hanya tersenyum dan mendekat serta mencium Aji…”selamat ya, semoga kamu sukses selalu” Rina berjalan di sejajar Ajik, dan mereka pun mampir di kantin traktir es krim untuk Rina.

Musim dingin semakin mecekam, kampus sudah mulai sepi, pertengahan Oktober sampai dengan pertengahan Januari kampus sepi karena jadwal libur menjelang natal. Pada umumnya orang Jerman akan berlibur ke negara-negara yang memiliki iklim panas, Spanyol, Mediterian, Timur Tengah, Asia.  Dan mereka pun betul-betul libur tanpa menjawab satu emailpun dari rekannya kalau berlibur.

Rina mendapatkan email dari Professor Birgit untuk menghadap sebelum beliau libur natal. Dia akan merayakan natal dengan keluarga besarnya dan anak satu2nya Catherine di Oberhousen.

“Rina, where do you want to go in Christmas Day?” Tanya professor Birgit saat mereka bertemu. Dan Rina- pun memberikan jawaban bahwa dia akan bersama suaminya di Goettingen saja  karena mereka tidak merayakan natal…”ok, I think we should go to café nearby, I would like to discuss with you about your project”, lanjut professor Birgit.

Dalam diskusi, rupanya Professor Birgit sangat antuasias terhadap perkembangan perempuan di Indonesis terutama di bidang Kehutanan, beliau mengeksplore Rina dalam diskusinya tentang Indonesia dan perempuan. Dan Rinapun bercerita bahwa di bidang dia yaitu Kehutanan pada waktu itu adalah “male-dominitation” dimana jumlah perempuan yang belajar dan bekerja di Bidang Kehutanan sangat sedikit.

Dalam kesempatan itu juga, Rina dengan kelihaiannya berkomunikasi tentang apa yang perlu di baca untuk persiapan project tersebut. Professor Birgit hanya menjawab “eksplore pikiranmu dan idemu, saya ingin melihat kerangka pikir kamu setelah selesai liburan” cara Professor Birgit menggiring pola pikir sangat bijaksana dan keibuan. Rinapun sangat senang dengan pertemuan tersebut. Merekapun saling pamit dan bertemu kembali setelah liburan.

Musim dingin membuat setiap orang merasa melankolis, banyak orang jerman yang mabuk di jalanan karena alcohol untuk mengusir dingin, Rina dan Ajik sepertinya tidak terpengaruh pada musim dingin karena selalu berada di dalam apartemen, terkecuali saat belanja setiap hari Sabtu. Kota Goettingen terlelap dalam dingin namun Ratna dan Ajik selalu membara dalam cinta.

Email dari professor Birgit selalu muncul untuk menanyakan kondisi Rina, beliau khawatir karena Rina belum pernah merasakan musim dingin.  Banyak nasehat yang diberikan agar tidak mengalami syndrome musim dingin. Perhatian Professor Birgit membuat Ajik merasa disepelekan oleh professornya dan dia juga merasa bahwa istrinya lebih beruntung dibandingkan dia. Apalagi Rina dilibatkan dalam proyek fakultas dimana team leader-nya adalah Professor Birgit.

“kamu kok gampang banget dapat fasilitas Rin?” Tanya Ajik setelah Rina menceritakan bahwa Professor Birgitsangat perhatian padanya dan memberikan fasilitas kunci fakultas saat libur kalau Rina akan ke perpustakaan, padahal sebaliknya , Ajik tidak mendapatkan fasilitas seperti itu di Fakultas Kehutanan.

Rina hanya menjawab, “aku gak tahu, Jik, mungkin karena Professor Birgit tidak memiliki student dari Asia, jadi aku satu2nya”…

“tapi kamu gak mau jadi feminis yang gak butuh laki2 itu khan? Siapa tahu kamu memang mau di didik jadi feminis” ujar Ajik.

Rina cukup terkejut, dan dia menghampri Ajik “aku harap kamu tidak memandang negative Jik, aku klw hanya di rumah saja nemenin kamu studi banyak nganggurnya”’ timpal Ajik. “ dan lagian kamu suka pulang malam, katanya masih di kampus” lanjut Rina.

Ajik hanya mendengus panjang “ kayaknya kamukana lebih cepat lulus deh, Rin” lanjut Ajik…..”ya..tapi aku akan menunggumu JIk”, timpal Rina.Perasaan Rina smakin garing setelah melihat Ajik seperti yang tidak bisa menerima kondisi.

“Ajik, aku dengar mau ada mahasiswa baru ya, katanya banyak dari Malang? Universitas Brawijaya?” Rina mengalihkan pembicaraan, karena dia tahu bahwa Ajik juga aktif di PPI Goettingen. PPI goettingen termasuk organisasi yang aktif di Jerman terutama saat kegiatan-kegiatan yang terkait dengan Indonesia, termasuk pameran, 17 agustusan dll.

Hari demi hari kegiatan kampus cukup mengambil waktu yang banyak, terutama mengikuti seminar-seminar serta mengikuti perkuliahan professor lain untuk menambah wawasan. Pertemuan antara Rina dan Ajik di kamar juga semakin berkurang, hal ini karena berbeda kampus, berbeda perkuliahan dan berbeda aktifitas.

==================================================================

 

 

 

 

 

 

 

 

1.    Nama Penulis :Erha Hadisantoso

2.    Jenis Tulisan : Real fiksi

3.    Bentuk Tulisan : Novel

4.    Genre Tulisan : Drama Rumah Tangga

5.    Ide Tulisan  : Kisah Wanita yng di damparkan setelah Sekolah bersama Di luar Negeri

6.    Premis :

a.    Seorang Perempuan yang gagal menikah saat kuliah di luar negeri

b.    Konflik : dimulai saat setelah kuliah memasulki tahap S3 (permulaan konflik terjadi saat sama-sama memasuki kuliah S3, dimana Rina lebih menunjukkan kemajuandibandingkan dengan sang suami). Dan sang suami memulai bermain dengan mahassisw baru yg dikirim dari Universitas Brawaijaya.

c.     Solusi menghadapi konflik : Rina sebagai sang perempuan dengan tegas untuk tidak bersama lagi, dan meniti karier sehingga tak bisa di gapai oleh sang suami.

BAB 1.

Saat Sukma bertemu Rina di Kampus yang di dominasi oleh laki2, yang akhirnya terjalin ikatan perjodohan. Dan memiliki kepakatan untuk sekolah kembali usai pernikahan.

BAB III

Persaingan halus antara Rina dan suami pada saat mendapatkan kesempatan sekolah di Universitas Georg August University, Goettingen, Jerman.

BABA III

Pertemanan yang sangat terbuka Rina mendapatkan suaminya memiliki affair dengan perempuan Brazil dan akhirnya menikah dengan mahasiswi baru yg terkirim dari Univ. Brawijaya

BAB IV

Keterpurukan Srikandi Indonesia saat rumah tangganya terpuruk

BAB VI

Kebangkitan kembali Rina dan merubah arah kapal kehidupan tanpa suami.

Selasa, 02 April 2024

KAPAN MACADAMIA BERBUAH SECARA PASTI?

Dari pengalaman penanaman Macadamia di Indonesia, yang saat ini sudah banyak berbuah dan berbunga, saya akan lebih merinci menjelaskan kapan Macadamia berbuah!. 

Dari tulisan Desiree Vilar in Macadamia Nuts (majalah macadamia yang khusus di terbitkan oleh Pemerintah Australia), bahwa macadamia akan berbunga dan berbuah  tergantung pada umur.

Pada table di bawah ini bisa dilihat berapa tahun Macadamia berbuah, dan syaratnya agar berbunga tepat waktu:

MethodAverage Time to First Harvest
From seedTypically 7-10 years
Grafted treesApproximately 4-6 years
Jadi kalau pohon Macadamia berasal dari biji maka kemungkinan untuk berbunga dan berbuah antara umur 6 &7tahun sampai 10 tahun. Tapi kalau dengan teknik sambung/cangkok/okulasi makan kemungkinan besar untuk berbunga dan berbuah antara 4 sd 6 tahun.
Dari beberapa pengalaman bahwa macadamia yang ditanam oleh Pemerintah pada tahun 2019 adalah dari biji, dan saat ini sudah  tahun ke 5 di tahun 2024. Ada sebagian yang yg sudah berbunga dan ada yang sudah berbuah,hal ini tergantung pada kesuburan tanahnya. Persyaratan tempat tumbuh sangat diperlukan untuk penanaman macadamia. 





bunga kamboja jepang