Selasa, 10 September 2024

 

================================================== (4)

“Prof,  my case probably is not scientific case, Anyway I would like to tell you what happened is” sahut Rina. Tapi prof Birgit mengatakan bahwa apa yang di alami Rina akan mempengaruhi kelanjutan akademinya, sebaiknya bercerita agar dia masih bisa menangani kuliahnya.

Rina menceritakan semua apa yang terjadi pada dia dan suaminya. Terutama mengenai ketidak mampuannya untuk hamil padahal kondisi sehat dan juga MUNGKIN karena Prof. Birgit memberikan peluang yang besar sehingga Rina bisa segera selesai doktorannya.

 

(Dalam Bahasa Indonesia)

Prof. Birgit mengangkat bahunya , dan “ Rina, dalam permasalahnmu, kamu harus memilah antara tujuanmu untuk melanjutkan studimu atau kamu akan berhenti lalu mengikuti keinginan suamimu”

“Itu sebuah pilihan dalam hidupmu”, lanjut Prof. Bitgit. Rina tidak kuat menahan emosina yang membuncah saat dia konsultasi dengan professornya.

“saya ingin menempeleng perempuan itu , Prof” sahut Rina.

“Tidak Rina, Kamu kalau di jerman tidak bisa melakukan kekerasan walaupun suamimua adalah Orang Indonesia. Kamu akan di tuntut oleh polisi disini.” Kata Prof. Birigit, dan “kamu juga akan keluar di universitas bila memiliki riwayat kekerasan, dan saya tidak ingin student saya memiliki riwayat kriminalitas”

 

Dengan tersedu Rina menoleh ke Prof. Bigit “saya harus bagaimana Prof. Ajik sudah tidak ke apartemen lagi, apalagi apartemen itu atas nama Ajik dari Beasiswa Ajik” lanjut Rina dengan mata yang penuh dengan air mata. Prof. Birgit tertegun sejenak karena dia mengira bahwa Rina juga memiliki “stipendium” (beasiswa).

Prof. Birgit terdiam sejenak dan dia menelphon temannya “apakah kamu ada di tempat dalam minggu ini? Nanti akan ada studenku yang akan kesana”

“OK kamu ke Munchen ke teman saya besok, naik kereta yang pagi saja langsung ke Munchen”, tiba-tiba Prof. Birgit membalikkan badannya dan menatap Rina, “ayo kita ke caffee sekarang saya pingin ngobrol dulu dengan kamu” lanjut Professor Birgit.

Rina tak bisa berkata-kata lagi, dengan mata sembab dia hanya menganggukkan kepala dan mengekor Prof. Birgit keluar dari ruangannya.

 

$$

Mengingat Prof. Birgit adalah seorang vegetarian, maka Rina dan Proff. Pergi ke Kaffehus, dimana, disini meeka berbincang. Tapi perbincangan banyak dikuasai oleh Prof.Birgit.

 

‘kamu tahu kan laki-laki tadi fakultas?” Tanya prof. ke Rina. Rina hanya mengangguk.

“laki-laki tadi adalah ayah dari Chaterina, dia akan mengucapkan selamat tahun padaku” kata prof. sambil kedua matanya itu menmbus kaca jendela dan sepertinya mengembara kemana.

“nama lengkapku kamu sudah tahu ya, Birgit Adelio, laki-lakiitu pernah menjadi suamiku, Abraham Adelio” cletuknya. “pada saat aku hamil chaterina usia 8 bulan kandungan, dia pacarn dan melakukan hubungan sex denan mahasiswanya” lanjut Prof. Birgit Adelio. “aku berjalan jauuuh sekali untuk melampiaskan ke kesalanku, aku tidak menggugat, tapi aku pergi saja tiba-tiba, aku menutup diri” cerita Professor. “aku mengajukan pindah universitas dari Universitas Kassau, aku ke Goettingen, aku gak perduli” lanjut Professor Bigit pada Rina.

 

Rina tenggelam kedalam bayangannya sendiri, karena dia memiliki kisah yang sama dengan Proff.nya.

Tiba-tiba Rina menyahut, “prof. bagaimana kalau aku pakai kerudung, karena salah satu tuntutan Ajik adalah aku tidak boleh bekerja sepulang ke Indonesia, kemudian aku harus pakai kerudung”

“No, Rina, kamu gak bisa pakai kerudung hanya dengan niat menyenangkan suamimu, dan belum tentu suamimu akan kembalipadamu walaupun kamu pakai kerudung. Bolah kalau kamu pakai kerudung dengan tujuan agamamu” Professor Birgit menekan kata-kata itu agar Rina memilik motivasi yang baik untuk pakai kerudung, bukan hanya untuk pelampiasan saja.

Rina setuju, toh belum dia  pakai kerudung lalu Ajik kembali, tapi kenapa Ajik mensyaratku itu? Padahal Maria bukan wanita yang menggunakan kerudung, Ratna mendesah kecil, dia hanya memalingkan mukanya ke-arah jendela juga. Tiba-tiba Prof. Birgit mengagetkannya “ besok kamu jam 7 malam kamu naik kereta bertemu dengan temanku, dr.Martha”. Rinapun mengerutkan dahinya “apakah dr. Martha sudah tahu kasusku, Prof?’ Tanya Rina.

“ok, aku sudah memberikan nomot telephonmu ke dia, kamu berhenti di stasiun utama, München Hauptbahnhof, dan selanjutnya kamu menunggu dia di caffee. Kamu cerita saja ke dia bagaimana menata mindset mu menghadapi kasus rumah tangga. Dia seorang psykiatris yang bagus.” Kata Prof. Birget. “oh ya, ini tiketmu aku sudah minta ke balai kota kemaren untukmu” lanjut Professor Birigit.

Rina hanya memandang professornya tanpaberkedip, dia meras bahwa dia masih mendapatkan orang baik yang sangat perhatian ke dia di tempat yang jauh dari Ayah dan Ibunya. Tiba-tiba airmata menitik haru sambil memandang Prosfessornya, akhirnya merek saling berpelukan.

“ok kita kembali lagi pada aktifitas masing-masing, aku masih ke kampus dulu ada murid baru dari Norwegia akan bertemu dengan aku’ Professor Birgit melepaskan pelukannya, ‘oh ya, kamu siap-siap pergi nanti biaya taxi kamu minta dan akan di ganti kalau sudah kembali ke Goettingan, salam buat Martha” ucap Professor Birgit. Rina mengangguk.

Rina kembali ke apartemen dan siap-siap untuk ke Munchen besok pagi.

“aku harus kuat, setelah selesai dari Munchen aku akan telphon ayah di Indonesia’ Rina kembali monolog dengan dirinya sendiri.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

bunga kamboja jepang