===============================================================(6)
“mbak..kira-kira nanti ambil penelitian tentang apa?”
Tanya Sigit setelah berpapasan dengan AJik dan Patricia tanpa bertanya tentang
Ajik dan Patricia. Rina sangat memuji sikap Sigit yang tidak bertanya mengenai
perilaku orang lain walaupun di depan mata terlihat. “rupanya Sigit sangat
menjaga privasi orang lain”pikir Rina. Atas pertanyaan Sigit Rina menjawab “
pastinya terkait dengan perempuan dan gender, Git…profesorku khan lebih concern
pada perempuan” jawab Rina.
Mereka sudah di dalam areal Fakultas Pertanian dan
mengibas-ngibaskan jaket dan ransel dari sisa-sisa salju yang jatuh di atasnya. Rina dan Sigit adalah student (mahasiswa)
dengan fakultas yang sama, jadi wajar mereka selalu berdiskusi. Saat diskusi,
mereka melihat Professor Mac menuju Coffee
machine. Mereka tersenyum dan mengangguk dan Professor membalasnya sambil
mengangguk dan tersenyum. Professor Mac adalah pembimbing Sigit dan ruangannya
persis disebelah ruangan Professor Birgit. Mereka terlibat dalam proyek yang
sama dengan Tim Leader Professor Birgit.
Sigit, dosen muda dari Universitas Sudirman lebih
membidangai kebijakan pertanian di-Indonesia, dan dia sangat menguasai ilmu ekonomi
pedesaan, sebaliknya Rina yang memiliki latar belakang kehutanan, ilmu pertanian
merupakan ilmu baru baginya. Namun dengan keseriusan dan ketlatenan Professor
Birgit, Rina banyak menimbu ilmu tentang ilmu pedesaan, ekonomi mikro dan
gender.
Memamsuki pelataran Fakultas pertanian, terdapat ruangan
yang besar berkaca yang selalu hangat, karena pada musim dingin biasanya
Heizung (pemanas ruangan) selalu dihidupkan, sehingga banyak mahasiswa yang
memanaskan dirinya di ruangan tersebut. Ruangan itu menyediakan bangku-bangku
dan mesin penyedia kopi ataupun latte. Rina dan Sigit seperti berjanjian
memasukkan coin di mesin kopi tersebut, dan mereka sama-sama “ngopi” sambil
duduk di bangku yang kosong. Sambil merasakan nikmatnya latte yang panas, Rina
dan Sigit melanjutkan diskusi tentang penelitian. Tiba-tiba Sigit bertanya
“mbak, kalau sudah punya bahan atau materi yang diajarkan Prof. Birgit aku
dikasih donk, karena minggu depan aku mau seminar di Berlin bersama Prof.Mac”
“ok nanti malam aku email” janji Rina ke Sigit.
Rina
sangat menghargai Sigit, karena Sigit sangat professional dalam berfikit dan
selalu memiliki pikiran yang positif terhadap kehidupan ini. Rina banyak
belajar dari Sigit untuk memahami makna kehidupan.
Apalagi Kehidupan Rina sangat serius dan hubungan dengan
suaminya juga adem-anget,kadang acuh kadang riang. Rina kadang tak bisa menebak
“mood” Ajik, apalagi dengan pertemuan tadi siang, Ajik sangat ceria dengan
Praticia. Rina tak pernah melihat Ajik seceria itu. Ini menjadi tanda Tanya
Rina, dan tampak tadi Ajik juga sangat dingin ke RIna….
“Aku ini istrimu, JIk, lihat aku”, Pikir Rina. Dan
seperti biasa Rina harus ceria dan tidak menampakkan kegelisahannya. “JIk…aku
diantar donk ke kampus”..manja Rina, Ajik hanya menjawab “aku capek, kamu aja
sendiri, nanti aku tunggu di apartemen”
Rina hanya tersenyum manja sambil melihat ke arah
Patricia. “Tscuuus, Bis bald”
_(daag..sampai jumpa?) Rina sambil melambaikan tangannya ke Patricia dan Ajik
Kegelisahan Rina semakin menjadi setelah bertemu dan
Patricia, kayaknya Rina butuh teman untuk ngomong apa yang terjadi. Siapa?? .
Rina juga memiliki hati yang hampa dengan kondisi seperti ini, satu2nya teman
yang akrab adalah Wati, mahasiswaTeknik Industri dari AIKA Bogor, yang umurnya
lebih tua dari Rina. Wati ya teman
satu2nya yang bisa akrab dengan Rina yang kehidupannya terlalu serius. Wati
tidak mendapatkan beasiswa dari GTZ, dia ikut adiknya yang menikah dengan orang
Jerman. Dia ke Jerman ingin lanjut sekolah
dengan melakukan penelitian tantang kentang. Banyak ragam kentang yang
dia teliti, entah itu kentang di goring, dikukus dll. Rina selalu menghampiri
sahabatnya itu di laboratoriumnya. Laboratorium wati sangat dekat dengan
fakultas Rina, sehingga setiap ada uji-coba Rina tak pernah absen untuk
mencicipi kentang hasil penelitian Wati.
Siang itu Rina datang ke Lab. Penelitain Wati, dia hanya
ingin menyampaikan uneg2 mengenai hubungan dengan suaminya semakin dingin.
Sampai di pintu Lab, Wati lagi serius dengan kentangnya dan sedang berdiskusi
dengan “Associate Professor”nya, Andreas, dari Brazil. Andreas sering
diceritakan oleh Wati ke Rina, Rina hanya penasaran dengan wajah Andreas.
SEtelah bertemu “woous, pantesan sering diceritain—ganteng sih” pikir Rina
sambil tersenyum. Rina menunggu di kursi yang tersedia sambil menunggu
selesainya diskusi Wati dan Andreas.Setelah selesai, Rin alangsung menghampir
wati dan berbisik ” wat, ada kentang yang mau di uci –coba nggak? Aku lapar
nih”, “ada..hayo kita makan kentang yang
khusus untuk di goreng, Jenis kentang ini saya ambil saat ke Cihle minggu lalu”
jawab Wati. ..sambil membawakan kentang goring, Wati mampir ke Coffee
maker. ..
’Rina, hayo sambil ngopi” panggilnya. ‘OK”, jawab Rina.
Rapih duduk berdua di laboratorioum penelitian, Rina
memulai membuka pembicaraan
“wati, aku kok merasa gelisah ya melihat melihat suamiku
tadi ama Patricia, kok riang banget” kata Rina sambil mengunyak kentang hasil
penelitian Wati. Wati hanya memandang Rina dengan tajam sambil nyruput kopi.
Sambil ngomong yang lainnya, Wati menjawab, “ini sudah
sore, besok kita lanjutkan” dan “jangan lupa bahagia, kuatkan mentalmu”…
Rina hanya mengangguk, dan berkemas, ranselnya di kepit
sebelum di kalungkan di lehernya. Dia melangkah menuju apartemennya,
ditengoknya gedung apartemen dari bawah, masih gelap, lampu apartemennya belum hidup.
“ kemana Ajik?” pikir Rina, padahal waktu Ajik kembali ke
Apartemen dengan kedatangannya hanya beberapa menit saja. Gundukan salju di
depannya ditendang dengan bergumam lirih “apa salahku?.
=====================================================(7)
BAB III
“selamat datang bagi ibu-dan bapak dosen yang akan
melanjutkan sekolah di Universitas Georg Auust University –Goettingen,semog
abetah dan untuk melihat gambaran seperti University ini dan kehidupan di
Jerma, kita dengarkan ketua PPI (Persatuan Pelajar Indonesia tahun 1999)adalah
Kismoajik dari Fakultas Kehutanan IPB yang akan melanjutkan kuliahnya Doktoran
di Universitas ini, Kami persilahkan Saudara Kismoaji memberikan sambutannya”
kata MC.
Rina menghadiri pesta penyambutan kedatangan dosen2 yang akan
melanjutkan sekolah/kuliahnya di Goettengen, sambil melihat Ajik di atas
pentas. ‘Sudah seminggu Ajik baru pulang ke apartemen hanya untuk ganti
baju”pikir Rina sambil membayangkan penampilan Ajik yang di masjid dengan celana
ngatung, dan sekarang dia tampak modis.
Sambutan demi sambutan hanya lewat dalam telinga Rina
karena dia focus pada seorang dosen wanita, yang tampak lebih modis dengan
penampilan yang berbeda dari yang lainnya. Kalau dosen wanita lainnya
penampilannya tampak sederhana da nada
yang menggunakan mukenah, tapi dosen wanita yang satu ini selalu menebar senyum
serta pakaiannya
Tidak ada komentar:
Posting Komentar