Selasa, 10 September 2024

 

===============================================================(6)

“mbak..kira-kira nanti ambil penelitian tentang apa?” Tanya Sigit setelah berpapasan dengan AJik dan Patricia tanpa bertanya tentang Ajik dan Patricia. Rina sangat memuji sikap Sigit yang tidak bertanya mengenai perilaku orang lain walaupun di depan mata terlihat. “rupanya Sigit sangat menjaga privasi orang lain”pikir Rina. Atas pertanyaan Sigit Rina menjawab “ pastinya terkait dengan perempuan dan gender, Git…profesorku khan lebih concern pada perempuan” jawab Rina.

Mereka sudah di dalam areal Fakultas Pertanian dan mengibas-ngibaskan jaket dan ransel dari sisa-sisa salju yang jatuh di atasnya.  Rina dan Sigit adalah student (mahasiswa) dengan fakultas yang sama, jadi wajar mereka selalu berdiskusi. Saat diskusi, mereka melihat Professor Mac menuju Coffee machine. Mereka tersenyum dan mengangguk dan Professor membalasnya sambil mengangguk dan tersenyum. Professor Mac adalah pembimbing Sigit dan ruangannya persis disebelah ruangan Professor Birgit. Mereka terlibat dalam proyek yang sama dengan Tim Leader  Professor Birgit.

Sigit, dosen muda dari Universitas Sudirman lebih membidangai kebijakan pertanian di-Indonesia, dan dia sangat menguasai ilmu ekonomi pedesaan, sebaliknya Rina yang memiliki latar belakang kehutanan, ilmu pertanian merupakan ilmu baru baginya. Namun dengan keseriusan dan ketlatenan Professor Birgit, Rina banyak menimbu ilmu tentang ilmu pedesaan, ekonomi mikro dan gender.

Memamsuki pelataran Fakultas pertanian, terdapat ruangan yang besar berkaca yang selalu hangat, karena pada musim dingin biasanya Heizung (pemanas ruangan) selalu dihidupkan, sehingga banyak mahasiswa yang memanaskan dirinya di ruangan tersebut. Ruangan itu menyediakan bangku-bangku dan mesin penyedia kopi ataupun latte. Rina dan Sigit seperti berjanjian memasukkan coin di mesin kopi tersebut, dan mereka sama-sama “ngopi” sambil duduk di bangku yang kosong. Sambil merasakan nikmatnya latte yang panas, Rina dan Sigit melanjutkan diskusi tentang penelitian. Tiba-tiba Sigit bertanya “mbak, kalau sudah punya bahan atau materi yang diajarkan Prof. Birgit aku dikasih donk, karena minggu depan aku mau seminar di Berlin bersama Prof.Mac”

“ok nanti malam aku email” janji Rina ke Sigit.

Rina sangat menghargai Sigit, karena Sigit sangat professional dalam berfikit dan selalu memiliki pikiran yang positif terhadap kehidupan ini. Rina banyak belajar dari Sigit untuk memahami makna kehidupan.

Apalagi Kehidupan Rina sangat serius dan hubungan dengan suaminya juga adem-anget,kadang acuh kadang riang. Rina kadang tak bisa menebak “mood” Ajik, apalagi dengan pertemuan tadi siang, Ajik sangat ceria dengan Praticia. Rina tak pernah melihat Ajik seceria itu. Ini menjadi tanda Tanya Rina, dan tampak tadi Ajik juga sangat dingin ke RIna….

“Aku ini istrimu, JIk, lihat aku”, Pikir Rina. Dan seperti biasa Rina harus ceria dan tidak menampakkan kegelisahannya. “JIk…aku diantar donk ke kampus”..manja Rina, Ajik hanya menjawab “aku capek, kamu aja sendiri, nanti aku tunggu di apartemen”

Rina hanya tersenyum manja sambil melihat ke arah Patricia. “Tscuuus, Bis bald” _(daag..sampai jumpa?) Rina sambil melambaikan tangannya ke Patricia dan Ajik

Kegelisahan Rina semakin menjadi setelah bertemu dan Patricia, kayaknya Rina butuh teman untuk ngomong apa yang terjadi. Siapa?? . Rina juga memiliki hati yang hampa dengan kondisi seperti ini, satu2nya teman yang akrab adalah Wati, mahasiswaTeknik Industri dari AIKA Bogor, yang umurnya lebih tua dari Rina.  Wati ya teman satu2nya yang bisa akrab dengan Rina yang kehidupannya terlalu serius. Wati tidak mendapatkan beasiswa dari GTZ, dia ikut adiknya yang menikah dengan orang Jerman. Dia ke Jerman ingin lanjut sekolah  dengan melakukan penelitian tantang kentang. Banyak ragam kentang yang dia teliti, entah itu kentang di goring, dikukus dll. Rina selalu menghampiri sahabatnya itu di laboratoriumnya. Laboratorium wati sangat dekat dengan fakultas Rina, sehingga setiap ada uji-coba Rina tak pernah absen untuk mencicipi kentang hasil penelitian Wati.

Siang itu Rina datang ke Lab. Penelitain Wati, dia hanya ingin menyampaikan uneg2 mengenai hubungan dengan suaminya semakin dingin. Sampai di pintu Lab, Wati lagi serius dengan kentangnya dan sedang berdiskusi dengan “Associate Professor”nya, Andreas, dari Brazil. Andreas sering diceritakan oleh Wati ke Rina, Rina hanya penasaran dengan wajah Andreas. SEtelah bertemu “woous, pantesan sering diceritain—ganteng sih” pikir Rina sambil tersenyum. Rina menunggu di kursi yang tersedia sambil menunggu selesainya diskusi Wati dan Andreas.Setelah selesai, Rin alangsung menghampir wati dan berbisik ” wat, ada kentang yang mau di uci –coba nggak? Aku lapar nih”,  “ada..hayo kita makan kentang yang khusus untuk di goreng, Jenis kentang ini saya ambil saat ke Cihle minggu lalu” jawab Wati. ..sambil membawakan kentang goring, Wati mampir ke Coffee maker. ..

’Rina, hayo sambil ngopi” panggilnya. ‘OK”, jawab Rina.

Rapih duduk berdua di laboratorioum penelitian, Rina memulai membuka pembicaraan

“wati, aku kok merasa gelisah ya melihat melihat suamiku tadi ama Patricia, kok riang banget” kata Rina sambil mengunyak kentang hasil penelitian Wati. Wati hanya memandang Rina dengan tajam sambil nyruput kopi.

Sambil ngomong yang lainnya, Wati menjawab, “ini sudah sore, besok kita lanjutkan” dan “jangan lupa bahagia, kuatkan mentalmu”…

Rina hanya mengangguk, dan berkemas, ranselnya di kepit sebelum di kalungkan di lehernya. Dia melangkah menuju apartemennya, ditengoknya gedung apartemen dari bawah, masih gelap, lampu apartemennya belum hidup.

“ kemana Ajik?” pikir Rina, padahal waktu Ajik kembali ke Apartemen dengan kedatangannya hanya beberapa menit saja. Gundukan salju di depannya ditendang dengan bergumam lirih “apa salahku?.

 

=====================================================(7)

BAB III

“selamat datang bagi ibu-dan bapak dosen yang akan melanjutkan sekolah di Universitas Georg Auust University –Goettingen,semog abetah dan untuk melihat gambaran seperti University ini dan kehidupan di Jerma, kita dengarkan ketua PPI (Persatuan Pelajar Indonesia tahun 1999)adalah Kismoajik dari Fakultas Kehutanan IPB yang akan melanjutkan kuliahnya Doktoran di Universitas ini, Kami persilahkan Saudara Kismoaji memberikan sambutannya” kata MC.

Rina menghadiri pesta penyambutan kedatangan dosen2 yang akan melanjutkan sekolah/kuliahnya di Goettengen, sambil melihat Ajik di atas pentas. ‘Sudah seminggu Ajik baru pulang ke apartemen hanya untuk ganti baju”pikir Rina sambil membayangkan penampilan Ajik yang di masjid dengan celana ngatung, dan sekarang dia tampak modis.

Sambutan demi sambutan hanya lewat dalam telinga Rina karena dia focus pada seorang dosen wanita, yang tampak lebih modis dengan penampilan yang berbeda dari yang lainnya. Kalau dosen wanita lainnya penampilannya tampak  sederhana da nada yang menggunakan mukenah, tapi dosen wanita yang satu ini selalu menebar senyum serta pakaiannya

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

bunga kamboja jepang