Senin, 12 Februari 2018

KAYU TERLARIS SETELAH SENGON DI PROVINSI LAMPUNG, BAMBANG LANANG/CEMPAKA KUNING

    

     Persemaian permanen Lampung. Bibit tanaman Bambang Lanang

     Setelah sengon, untuk daerah Lampung kayu yang menjadi favorite ke 2 adalah Bambang Lanang atau cempaka kuning. mengapa? karena bambang lanang atau cempaka kuning ini memiliki nilai ekonomi yang tinggi bagi hutan rakyat. hal ini dapat dilihat pada analisa yang kami buat atas permintaan masyarakat yan gsukup tinggi.
    Analisa ekonomi Cempaka kuning/   Bambang Lanang (Madhuca aspera H.J.Lam) (Michelia champaca)
Cempaka di klasifikasikan dalam family magnoliales. Nama sinonim cempaka antara lain Michelia pilifera Bakh. f. dan Michelia velutinaauct Non DC. Cempaka adalah jenis tumbuhan asli Indonesia yang  potensial. Jenis ini sudah mulai dikembangkan di hutan rakyat khususnya di daerah Sumatera Selatan (Kunarso & Siahaan, 2008). Jenis ini merupakan jenis tanaman hutan  penghasil kayu pertukangan, dan telah lama digunakan sebagai bahan bangunan oleh masyarakat setempat karena kayunya yang kuat dan awet.
Cempaka memiliki ciri-ciri atau deskripsi sebagai berikut : tinggi pohon dapat mencapai lebih dari 50 m, batang umumnya lurus, silindris dan diameter batang ada yang dapat mencapai 200 cm, tanpa banir. Permukaan kulit batang halus, berwarna putih ke abuan. Tajuk agak jarang, agak melebar, dengan percabangan tidak teratur dan berbentuk conical hingga silindris. Daunnya termasuk jenis yang selalu berdaun hijau, atau kadang-kadang menggugurkan daun, berukuran kecil hingga sedang, berbentuk lanset yang agak melebar, ujung dan pangkal daunnya meruncing dengan panjang 2,5-11 cm, susunan daun sederhana, tersusun dalam bentuk spiral, tanpa ada tangkai daun dan daunnya tunggal. Bunganya tunggal berwarna putih atau kuning dan baunya harum. Buah terdiri dari  beberapa carpel, benih terdapat dalam carpel yang dihubungkan dengan funicle, sehingga dalam satu buah dapat terdiri dari beberapa biji yang diselimuti semacam lapisan  berdaging serta cangkang yang berkayu. Buah apabila telah matang akan merekah dan  benih akan mudah dikeluarkan dari cangkangnya.
Pohon bambang lanang tumbuh ideal pada ketinggian tempat tumbuh 100-2100 mdpl dengan curah hujan 2250 – 5000 ml/tahun. Bambang lanang memiliki daun tungal tersusun secara spiral, bentuk lanset agak melebar, buah bola memanjang sedikit bengkok, biji hitam diselimuti daging buah berwarna merah atau pink. Pohon bambang berbunga pada bulan November-Maret. Pohon bambang memiliki buah yang banyak sehingga potensial untuk dikembangkan jadi bibit.
Jenis ini banyak tumbuh pada daerah dataran rendah hingga ke pegunungan di hutan hujan tropis, ketinggian tempat dapat mencapai 2100 m dpl. Kisaran tempat tumbuh antara 200- 2000 m dpl, rata-rata suhu tahunan 7 –  38 ยบ C. Tanaman ini membutuhkan tempat tumbuh dengan kondisi selalu lembab, tanah yang dalam dan subur.
Pohon cempaka oleh masyarakat di panen pada umur 1015 tahun dengan menghasilkan produk kayu sekitar 0,51 m3/pohon. Produktivitas bambang lanang yang dihasilkan dari lahan kebun masyarakat dilaporkan rata-rata sebesar 13 m3/ha/th (Sofyan, et al., 2010), sementara target yang diamanatkan dalam Road Map Badan Libang Kehutanan 2010-2025 untuk jenis alternatif daur menengah(>10 th), seperti jenis bambang lanang adalah 15 m/ha/th (Badan Penelitian danPengembangan Kehutanan, 2009), sehingga masih perlu adanya upaya meningkatkan produktivitas hutan tanaman bambang lanang tersebut.Upaya meningkatkan produktivitas dan kualitas produk dapat dilakukan dengan memadukan teknologi penggunaan bibit unggul lewat program pemuliaan,dan praktek silvikultur yang tepat.
Pohon Cempaka dapat di panen pada umur 10  – 15 tahun dengan menghasilkan produk kayu sekitar 0,5  – 1 m3/pohon. Jenis ini dapat dikembangkan baik pola monokultur, campuran maupun pola agroforestry. Bambang lanang memiliki riap diameter 2.52 cm/tahun, riap tinggi 1.54 m/tahun dan riap volume 20.22 m3/ha/thn. Dengan target pemanenan dilakukan pada umur 15 tahun maka pohon bambang telah memiliki diameter sebesar 37.8 cm, tinggi 23.1 m dan volume tegakan 303.3 m3.
Masyarakat sudah turun temurun mengembangkan jenis ini untuk memenuhi kebutuhan kayu bagi rumah tangganya sendiri maupun untuk dijual jika kebutuhan mendesak. Pohon bambang di pasaran memiliki harga cukup bagus 2.5-3jt/m3. Harga ini merupakan harga bentuk kayu gergajian baik bentuk papan, balok atau bentuk lainnya. Pohon ini memiliki bebas cabang tinggi sehingga sortimen yang dihasilkan lebih banyak. Jika panjang sortimen 4 meter sehingga satu pohon dapat menjadi 4 sortimen.
Sumber lain mengatakan bahwa berdasarkan hasil kajian Ulya, dkk. (2006) dalam Walhi Jabar (2017) diketahui bahwa pada umur 10 tahun pohon bambang lanang sudah dapat dipanen dengan volume 0,5 m3/pohon tetapi harganya lebih rendah dibanding yang berumur 15 tahun yaitu dengan harga Rp. 900.000/m3. Sedangkan pada umur 15 tahun volumenya rata-rata 1 m3/pohon dengan harga yang lebih tinggi yaitu Rp. 1.000.000/m3. Secara umum analisis finansial budidaya pohon Bambang Lanang secara murni maupuan campuran layak diusahakan karena permintaan kayu bambang lanang cukup tinggi.
Tanaman kayu bawang (bambang lanang) dapat mencapai tinggi 30 meter dengan diameter 75 cm. Hasil penelitian Apriyanto (2003) di Bengkulu Utara menunjukkan bahwa pertumbuhan kayu bawang yang ditanam secara monokultur dengan jarak tanam 4 m X 4 m sampai umur 9 tahun memiliki riap diameter batang rata-rata per tahun 1,93 cm, riap tinggi rata-rata per tahun 2,14 m dengan potensi volume rata-rata per tahun mencapai 24,42 m3. Hal tersebut menunjukkan bahwa tegakan tersebut dapat dimasukkan ke dalam kategori tegakan yang produktif. Hasil penelitian Triwilaida (2003) dalam Sofyan (2003) menunjukkan bahwa Kayu Bawang yang ditanam dengan jarak tanam 4 m X 4 m pada umur 5 tahun tingginya mencapai 23,75 m dan diameter batang 16,6 – 24,6 cm. Hasil pengamatan yang telah diutarakan sebelumnya menunjukkan bahwa kayu ini memiliki pertumbuhan yang cukup baik sehingga cukup potensial untuk dikembangkan.
Budidaya kayu bawang dalam bentuk hutan rakyat murni masih jarang dilakukan oleh masyarakat. Budidaya monokultur biasanya membutuhkan bibit sebanyak 1250 batang/hektar dengan jarak tanam 3 m x 3 m. Jumlah bibit tersebut sudah termasuk untuk sulaman. Pada tahun ke-7 dilakukan penjarangan tanaman sehingga jarak tanam akhir adalah 6 m X 6 m dengan kerapatan tanaman 275 batang/hektar. Pemeliharaan yang dilakukan biasanya berupa penyiangan yang dilakukan 2 kali setahun.
Berikut adalah analisa sederhana budidaya cempaka (bambang lanang):
Berdasarkan hasil penelitian beberapa sumber, jenis cempaka dapat dihitung analisa ekonominya dengan asumsi sebagai berikut:
a.       Asumsi
-      Lahan milik seluas 1 Ha
-      Target produksi 1 hektar 1250 batang dengan jarak tanam 3 x 3 m. Jumlah bibit tersebut sudah termasuk untuk sulaman. Pada tahun ke-7 mulai dilakukan penjarangan tanaman sehingga jarak tanam akhir pada tahun ke 15 adalah adalah 6 m X 6 m dengan kerapatan tanaman 275 batang/hektar.
-      Riap diameter per tahun 2.54 cm
-      Riap tinggi per tahun 1.54 m
-      Riap volume per tahun per hektar 20.22 m3
-      Harga jual umur tanaman 7 tahun Rp. 700,000,-
-      Harga jual umur tanaman 10 tahun Rp. 900,000,-
-      Harga jual umur tanaman 15 Tahun Rp 1.000,000,-
-      Biaya pekerjaan HOK sebesar Rp. 45,000 (1 HOK = 7 jam kerja/hari)
-      Masa pakai peralatan untuk produksi adalah 3 memerlukan reinvestasi sampai akhir daur produksi.
-      Potensial lost 12 %
-      Asumsi harga yang kita pakai adalah harga pesimis (di bawah harga pasar yang sesungguhnya)
Rincian biaya produksi selama 15 tahun:

a.       Biaya investasi
Tabel 4 Biaya investasi cempaka 3 tahun pertama masa daur 15 tahun
No
Komponen
Jumlah
Satuan
Harga satuan
Jumlah biaya
1
Hand sprayer
2
buah
400,000
800,000
2
cangkul
10
buah
100,000
1,000,000
3
gembor
8
buah
100,000
800,000
4
garpu tarik
8
buah
90,000
720,000
5
ember
8
buah
30,000
240,000
6
selang roll
2
buah
375,000
750,000
7
Wheel barrow
3
buah
540,000
1,620,000




 Total
5,930,000




   Biaya investasi





=



Rp. 5,930,000 + (4 x 5,930,000)

=
Rp.  5,930,000 + 23,720,000

=
Rp. 29,650,000


Total biaya investasi tahun pertama dan biaya reinvestasi  tahun ke 4, tahun ke 7, tahun ke 10 dan tahun ke 13 dengan jumlah yang sama yaitu :


Biaya variabel:
Tabel 5 Biaya variabel cempaka masa daur 15 tahun
No
Komponen
Jumlah
Satuan
Harga satuan
Jumlah biaya
Biaya Input
1
Bibit Bambang lanang
-
-
-
Gratis dari PP
2
Biaya transport angkut bibit
1
kali
500.000
500,000
3
Pupuk kandang
9730
kg
500
4,865,000
4
Pestisida
17
kg
200,000
3,400,000
5
NPK
1375
kg
3,000
4,125,000
Biaya tenaga kerja
6
pembukaan lahan (borongan)
Paket 
2,000,000 
2,000,000
7
pembuatan lubang tanam
50
HOK
45,000
2,250,000
penanaman
10
HOK
45,000
450,000
9
Pemupukan dasar
8
HOK
45,000
360,000
10
pemupukan tahun ke 1
10
HOK
45,000
450,000
11
pemupukan tahun ke 2
10
HOK
45,000
450,000
12
pemupukan tahun ke 3
10
HOK
45,000
450,000
13
pemeliharaan 2 kali setahun
750
HOK
45,000
33,750,000
14
penjarangan I
20
HOK
45,000
900,000
15
Penjarangan II
40
HOK
45,000
1,800,000
16
Pemanenan
60
HOK
45,000
2,700,000



Total 
58,450,000
Total biaya operasional adalah investasi, reinvestasi dan biaya variabel:
Rp 29.650,000 + 58,450,000 = Rp. 88,100,000,-

b.      Pendapatan dan keuntungan per hektar:
Tabel 6 Pendapatan penanaman cempaka masa daur 15 tahun
Tahun Ke
Penerimaan
Prosentase penjarangn dari total tegakan
Jumlah kubik kayu yang dihasilkan (m3)
Harga per m3 (Rp)
Jumlah pendapatan bruto (Rp)
7
Penjarangan I
28%
141.54
             800,000
                113,232,000
10
Penjarangan II
50%
202.2
    1,000,000
            202,200,000
15
Pemanenan
22%
303.3
          1,500,000
             454,950,000
Jumlah total pendapatan tahun ke-15
770,382,000

Dengan  mempertimbangkan lost ratio sebesar 12 % (0.12 x total pendapatan) maka keuntungan yang diperoleh dapat dihitung sebagai berikut:

      Keuntungan
=
total pendapatan – total biaya – lost ratio

=
770,382,000 88,100,000 – 92,445,840

=
Rp. 589,836,160



















Tidak ada komentar:

Posting Komentar

bunga kamboja jepang