Sabtu, 17 Februari 2018

KULTUR JARINGAN DAN PEMANASAN GLOBAL

KULTUR JARINGAN DAN PEMANASAN GLOBAL


Pemanasan global  merupakan peningkatan suhu permukaan bumi oleh gas rumah kaca akibat aktifitas manusia. walaupun suhu lokal secara alami berubah ubah, dalam kurun waktu 50 tahun ini suhu global cenderung meningkat lebih cepat dibandingkan data yang terekam. dan sepuluh (10) tahun terpanas terjadi setelah tahun 1990.
Siapa sih penyebab kenaikan suhu global ini? katanya aktifitas manusia     
Lalu mengapa kita ribut dengan Pemanasan global?
kultur jaringan rumpin


Pemansasan global terkait erat dengan emisi. emisi merupakan zat, atau energi, atau komponen lain yag dihasilkan oleh suatu kegiatan manusia   yang mempunyai atau tidak mempunyai potensi sebagai unsur pencemar.      namun secara umum, emisi dianalogkan sebagai pancaran/buangan, misalnya pancaran sinar, elekton atau ion, sehingga peristiwa tersebut disebut terganggunya sebuah sistem yang melampui batas energi sehingga terjadi emisi .

emisi gas buang
Bensin yang terdiri dari unsur HC (hidro carbon) tidak semuanya terbakar sempurna menjadi CO2 dan H2O, tapi ada saja sisa pembakaran yang tidak sempurna sehngga menghasilkan HC dan CO di udara serta Oksida Nitrogen (NOx).....dan ada logam berat juga antara lain timbal (Pb) yang ikut dalam buangan kendaraan bermotor. 
HC bisa menyebabkan iritasi mata, pusing batuk, mengantuk, bercak kulit, perubahan kode genetik, memicu asma dan paru2.

saya jadi teringat pada saat kuliah, ke kuliah masih menggunakan bemo di bogor. kalau kita pas mau naik bemo atau ataupun sudah naik, kesemprot gas buang dari bemo tersebut dengan asap kelabu menuju hitam, rasanya mual, pusing dan berkeringat dingin. saat itu mungkin kita kurang perduli dengan kondisi tersebut, kita tetap saja naik. tapi kalau saya daripada pusing kena semprotan asapnya lebih baik jalan kaki..dari kampus IPB baranang siang menuju bawah ke arah pasar bogor dimana saya kost. itulah gambaran gas buang.

sekarang mesin kendaraan semakin canggih tapi apakah tidak ada gas yang tidak sempurna terbuang? walaupun sudah ada alat uji emisi maupun gas detector, tapi masih ada HC yang tersembunyi dan tidak terbakar dengan sempurna  dan gas karbon monookdia (CO) dengan proporsi yang lebih besar.  Pada kasus mobil esemka tingginya emisi karbon (HC) dan CO kemungkinan disebabkan sistem pada mesin belum mampu melakukan pembakaran secara sempurna, sehingga menghasilkan CO dan HC melebihi baku mutu.

Yang paling dominan memberikan dampak adalah CO dibandingkan dengan HC maupun NOx.

salah satu penyumbang terbesar emisi buang tersebut adalah kendaraan bermotor. hal ini dilakukan beberapa penelitian tentang kendaraan bermotor . untuk pemerintah DKI, pada tahun 2000 kategori udara yang baik sekitar 32 % (117 hari dalam satu tahun), pada tahun 2003 udara yang baik 6,85 % ( 25 hari dalam satu tahun). kalau tahun 2017 dan 2018????.....dengan kondisi jalan yang selalu macet??? pastinya semakin tinggi kemacetan maka semakin tinggi pula gas emisi terbuang.

Lalu hubungannya apa dengan Kultur Jaringan?
    

Siapa yang tak kenal dengan Kultur Jaringan? 
kultur jaringan merupakan   kegiatan memperbanyak secara vegetatif tanaman dengan waktu yang singkat dan upaya yang agak lama. tapi tumbuhan yang dihasilkan rata2 memiliki sifat yang sama dengan pohon induknya dan memiliki kecepatan tumbuh yang tinggi


Pada tanggal 15 Fabruari 2018 kami sekantor mengunjungi Rumpin   (RSSNC) yang lokasinya dari kota Bogor ke arah Atang Sanjaya. Rumpin kebetulan berada di bawah kelola kami. Dari hasil evaluasi kami saat ini Rumpin sudah mampu memproduksi 20.000 botol dimana didalamnya sudah banyak tumbuh planlet. Bayangkan bila 20.000 botol itu berisi satu jenis tanaman dan tumbuh dengan baik setelah melalui proses aklimatiasi, maka saya yakin bahwa Rumpin tersebut akan melebihi dan menyaingi SEAMEO BIOTROP yang saat ini sudah bisa membiayai diri sendiri..


Kemudian kalau 20 .000 pohon tersebut di tanaman di seantero Kota Bogor, maka kota bogor akan mengalami pemulihan dari polusi udara yang dihasilkan dari jalanan macet akibat kepadatan kendaraan pribadi maupun kendaraan umum (angkot).
kalau satu pohon pada umur 5 tahun rata2 potensi karbonnya adalah 0,33 ton, sehingga rata2 potensi karbon dari 20.000 pohon tersebut adalah 6600 ton karbon per ha, atau 13.200 ton biomassa per ha. artinya pohon yang ditanam tersebut akan menyumbang kemampuan untuk menyerap CO yang diakibatkan oleh polusi kendaraan.

asumsi tersebut diatas bila plantlet yang ada dalam botol  semuanya tumbuh dengan baik. Apabila mengalami penurunan akibat terserang jamur atau busuk sekitar 40 %, maka sumbangan tanaman tersebut terhadap penurunan polusi adalah sebesar 3.960 ton karbon atau 7. 920 ton biomassa .
Bagaimana dengan Jakarta?
tentunya harus kita bandingkan, berapa jumlah industri jumlah kendaraan bermotor dan jumlah manusia. Dari hasil perbandingan tersebut maka bisa di prediksi jumlah pohon yang dibutuhkan.
sebenarnya kalau indikator kita adalah penanaman pohon untuk mengatasi perubahan iklim maka bisa dihitung berapa sebenarnya kebutuhan pohon untuk mengatasi pemanasan global yang terjadi di Indonesia.

Tapi apakah hanya itu indikator untuk mengatasi pemanasan global?
tentu saja faktor pusat-pusat indutri harus diperhitungkan agar daya dukung dan daya tampung wilayah tersebut tidak melebihi baku mutu dan kapasitas tampung wilayah tersebut.
Apalagi?
kepadatan penduduk yang terkonsentrasi di tempat-tempat tertentu misalnya hanya di Jakarta saja, maka hal ini juga bisa menjadi penyebab salah satu pennyebab terjadinya perubahan iklim, karena eksploitasi yang berlebihan terhadap sumberdaya alam?

Apalagi?
hayoo kita berfikir bersama, karena perubahan iklim tidak bisa diatasi oleh pemerintah saja, tapi oleh kita bersama....

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

bunga kamboja jepang