=========================================================(3)
“Aku mencari Ajik” kata Rina
“aku melihatnya tadi ke mesjid dan aku lihat sepedanya
ada di halaman gedung apartemenku” ntar aku pastikan, tunggu disini” Sigit
langsung apartemennya, dan …
“iya mbak, aku malah Tanya ke Pak Sodiq yang kebetulan
diluar, kata Pak Sodiq tadi sama Maria ke atas ke tempat “Maria”, lengkap
Sigit.
“Maria dosen universitas Brawijaya, yang baru datang,
bukan?” Tanya Ratna ke Sigit. “kayaknya gitu deh mbak”, sahut Sigit.. sejak
Ajik meninggalkan apartemen, kegelisahan Rina membuncah emosinya. “kemana aku
harus mencari , Ajik” desah Rina.
Rina bersama Sigit ke halaman apartemen Sigit, dan
merekapun melihat sepeda sport Ajik yang disatukan dengan satu sepeda lainnya.
“emang yang satu ini kok nempel di sepeda ajik?” Tanya Rina ke Sigi dan
kebetulan ada Sodiq disana “oh..itu sepeda Maria” kata Sodiq’ Rina dan dan
Sigit bertatapan, karena aneh.
“nanti saya lihat di apartemen Maria, karena aku satu
lantai dengan dia” bisik Sigit dekat Rina. Rina hanya mengangguk.
SEtelah pamit ke Sigit dan Sodiq, Rina kembali dengan
hati yang resah dan gundah “salahku apa” dia monolog dengan dirinya sendiri.
“apakah aku harus cerita ke Bapak di Indonesia? Seklai lagi ke dirinya sendiri.
Dengan rasa kecewa Rina membuka pintu apartemen, tapi
Rina tidak akan langsung menuduh atau marah pada Ajik. “aku harus mencari
bukti” lirih Rina. Rina membuka lemari baju, disana dia hanya melihat beberapa
baju AJik. “mungkin masih di laundry” pikir Rina, da dia menghampiri meja
kerjanya dan membuka desk-topnya, dan dia mencari kelompok email dari PPI
Goettinen barangkali ada pengumuman yang penting. Disana hanya ada pengumuman
akan ada upacara 17 Agustus di kedutaan di Hamburg. Disana beberapa list
peserta yang ikut, Rina belum tertarik untuk ikut mengingat Professor Birgit
merekomendasikan presentasi Proffeor Mac tentang Ekonomi Pedesaan, artinya Rina
dan Sigit tidak ikut, karena Sigit harus sit-in pada seminar tersebut. Sebagian
besar orang-orang Indonesia ikut ke Hamburg dengan kereta malam yang lebih
murah Dari Goettingen ke Hamburg. Rina juga melihat bahwa yang mengkoordinir
itu adalah Ajik, tapi Ajik tidak pernah menyampaikan ke Rina, dan bahkan tidak
menawari Rina untuk ikut. Rina membaca itu hanya tertegun dan di sudut matanya
tampak genangan air mata. Dia hanya berfikir bahwa dia tidak bisa terlibat lagi dalam aktifitas Ajik
tanpa diinginkan.
Malam sebelum ke berangkatan ke Hamburg, Ajik pulang dan
dia pamit dengan tanpa menyebut nama Rina ”aku berangkat” kata Ajik. Dan Ajik
sekarang tidak pernah memanggil Rina dengan nama kesayangan yang biasanya
menyebut “Ndhuk”. Rina tergagap dan mengucapkan “hati-hati, segera pulang” .
$$
MInggu ini Rina mengajak Ajik untuk periksa kandungan dan
sperma, karena Rina masih terngiang apa yang dikatakan Ajik sebelum Ke Hamburg.
“Rin, kenapa ya kok kita belum dapat momongan, Mas Budi selalu bilang kita
jangan terlalu sibuk agar dapat momongan”. Rina terdiam dan mengajukan
pemeriksaan. Rina dulu yang melakukan pemeriksaan, dn dinyatakan sehat tapi ada
myoma kecil di rahimnya, itupun sebelah kiri. Hasil uji sperma akan didapat satu minggu
kemudian.
$$
Drrrtttttt…drrttttttt…
Telephon dari Munir, dia salah satu dosen Faperta yang
akan melanjutkan doktornya di Hamburg. “mbak..kenapa nggak ikut ke Hamburg?”
tiba-tiba dia tanya Rina “aku gak sempet Nir” sahut Rina. “aduuuh..mbak…udahlah
itu suamimu mesra banget ama yang namanya Maria” lanjut Munir.
Deegggg
Rina kaget mendapatkan informasi tersebut, karena dia
tidak menyangka bahwa Ajik yang belakangan cuek itu ada maksudnya. “Tapi
kenapa?’pRina mulai instrospeksi diri. “apakah karena aku bisa lulus duluan?”
pikir Rina sehingga Ajik mulai menjatuhkan mental Rina?
‘”ok ..jangan menyerah Rina, jangan menngis Rina, jangan
cengeng Rina ”kata-kata itu terus menggema di pikirannya dan tentu saja di
perasaannya. “aku harus punya bukti” tegasnya.
Kepulangan dari Hamburg Ajik hanya mampir sebentar ke
apartemen saat Rin adikampus, dan dikampuspun Rina bertemu dengan Maria.
Marian melihat Rina dengan senyum kemenangan, tapi Rina
segera pergi, dia lebih langsung ke Ajik untuk bertanya langsung. Walauoun Rina
meninggalkan Maria yang masih tersenyum sinis, Mata Rina sembab sambil menuju
ke lantai atas ke tempat Professor Birigit.
Rina ingin klarifikasi dari Ajik, hanya Ajik sekarang
bukan seperti suami lagi, dan ini sangat membingungkan. Rina segera kirim email
ke Prof.Birgit untuk menunda pertemuan kali ini, Rina melakukan re-schedule
minggu depannya saat Prof. Birgit dari Kassau. Namun Prof.Birgit tetap ingin
bertemu dengan Rina karena ada sesuatu yang perlu disampaikan untuk penelitian
Rina. Akhirnya Rina kembalilagi kelantai 5 dimana Prof.Birgit berkantor.
$$
Pertemuan dengan Prof.Birgit membuat Rina gugup karena
kondisi hatinya yang kurang baik.
“ do you have problem?” kata-kata itu yang pertama di
lontarkan oleh Prof. Birgit sambil menyelidiki mata sembab. “
Tidak ada komentar:
Posting Komentar