Selasa, 10 September 2024

 

BAB II. Persaingan

“Rin..kita nikaaahhhh” teriak Kismoaji sambil memeluk pinggang Rina

“kita bulan madu di jerman ya, sambil kuliah”, clotehnya, Rina tampak senyum bahagia melihat kelakukan Kimo, akhirnya Rina balik memeluk,

“bisakah kita kuiliah sambil hamil” pikir Rina, tampak Ajik netranya berbinar karena dia juga menyamikan tanggal pernikahan di kampung.

Tetiba Rina merasakan hal yang aneh “apakah dengan berpasangan dua tahun lebih muda tidak menggangu hidupku nanti?”  ini terasa saat  kismoaji sudah menjadi dosen muda di kampus menjadi idaman para mahasisiwi.

Dan Rina melihat bahwa Kismoaji sangat perhatian pada penampilan yang selalu modis dan rapih, sedangkan Rina adalah perempuan yang lugas dengan tidak mengada-ada serta sederhana.

“ hai Jik ntar klw kamu jadi suamiku aku tetap memanggil Ajik ya” sahut Rina

“soalnya rasanya gak enak nih tetiba aku memanggil mas, abang atau Aa’” seloroh Rina.

“aku mencintaimu apapun panggilan kesayanganmu untukku aku terima” Ajik mendekatkan wajahnya ke wajah Rina yang berdegup kencang, terus terang saja Rina tak pernah diperlakukan seperti ini oleh Ajik selama mereka dekat.

Dengan senyum tipis dan rona merah di pipinya sambil menengadahkan ke wajah yang selalu dikenal keseharian di kelas. “tapi aku…..”, pikir Rina, “kalau aku lanjut dengannya sepertinya aku yang akan mengemudikan arah rumah tangga”, tampak keragu-raguan dari Rina setelah didekap oleh Ajik, sebab dia merasa bahwa itu sudah melewati batas pergaulan di dalam Islam, bukan muhrimnya.

Akhirnya…

“ok Jik kita menikah tapi dengan syarat kita harus segera ke luar negeri untuk melanjutkan sekolah”, papar Rina ke Ajik, Aji tersenyum kemenangan, apalagi dia sudah memiliki Profesor sesuai dengan bisangnya di Universitas Georg August ,Goettingen, Jerman.

“kamu bisa ikut aku nanti Ran, aku nanti akan mengusulkan bahwa aku akan membawa istri, karena ada anggaran untuk istri dan sekalian kamu bisa cari professor saat disana” lanjut Ajik

Rina menyetujui usulan KIsmoAji dan diapun mulai merancang pernikahan yang akan dilaksanakan segera sebelum Bulan Oktober, karena Ajik akan berangkat pada Bulan Oktober sesuai dengan program universitas, yaitu permulaan kuliah di awal musim dingin.

“ayo Jik kalau begitu kita segera pulang ke Bondowoso untuk mempersiapkan pernikahan kalau memang kamu segera berangkat, jadi kita memiliki 5 bulan lagi untuk proses lamaran segala” cetus Rina. …”ah sudahlah… kalau memang tujuanku sekolah ke luar negeri harus mengikuti dia, aku terima dengan ikhlas” pikir Rina, apalagi dia sudah mendapakan professor di bidang “kebijakan Kawasan Hutan”, aku mending ikut, lanjut pemikirannya.

Proses lamaran dilanjutkan dengan pernikahan tidak lama berselang, dan kedua belah pihak sudah menyetujui untuk tali perjodohan Rina dan Ajik. Dua keluarga mencoba menyatukan diri, dari latar belakang yang berbeda, suku yang berbeda dan bahasa juga berbeda, dan ini sudah disadari oleh Rina dan ajik, bahwa perbedaan tersebut perlu di eliminasi.

Tiga minggu setelah pernikahan, cukup sudah berhandai-handai dengan keluarga besar

“Jik..ayo kita pulang ke Bogor, kita harus melakukan persiapan-persiapan untuk sekolah ke Jerman, aku harus kursus bahasa Inggris di Jakarta”…..Rina mengingatkan Aji..

 

“ok kita segera kembali ke Bogor untuk mempersiapkan semuanya, dan aku sudah sah menikah denganmu tanpa canggung lagi” ujar Aji sambil memeluk pinggang Rina dan mendorongnya untuk berpamitan ke orangtua Rina.

“Bu, aku pamit mau ke Banyuwangi untuk sekalian pamit ke orang tua di Banyuwangi, dua hari lagi kami akan langsung ke Bogor Via Banyuwangi” Kata Ajik ke Ibu Rina saat mereka sudah selesai sarapan, dan kebetulan Ibu lagi di halaman depan.

“yah..ibu dan bapak sangat merestui kalian ke Bogor, salam dari ibu Bapak ke ibu bapak Banyuwangi. Ibu dan bapak Bondowoso tidak bisa mengantar sampai ke sana” ujar ibu…..”sudah pesan bus ke Bogor?” lanjutnya.

“ sudah bu, jam 11.30 dari Banyuwangi langsung ke Bogor, Bus Lorena”, sahut Rina.

“baiklah” ibu dan Bapak selalu mendoakan kalian bahagia dan sukses, apalagi kalian akan pergi ke Jerman tanggal 18 September ya?” ibu balik bertanya, dan Ajik menimpali bahwa tanggal 18 September akan berangkat via Jakarta karena tanggal 3 Oktober kuliah di mulai.

Rina dan Ajik segera meluncur dengan kendaraan umum Elf ke Banyuwangi untuk menemui keluarga besar Ajik di Banyuwangi.

“ajik, semoga Ibu dan Bapak Banyuwangi sehat ya sepeninggal kita” ujar Rina memecahkan keheningan, dan Ajikmemegang rambut Rina di uyel-uyel.Ajk memberikan jawaban hanya tersenyum.

Bertemu dengan Mertua Rina adalah hal yang menyenangkan, hanya Ipar dari kakak pertama Ajik yang merasa nahwa kedatangan Rina membuat dia tidak nyaman dengan ibu mertua. Indah, ya Indah yang merasa dirinya bersaing dengan kedtangan Rina.

“ Rin, apa gunanya kamu sekolah tinggi-tinggi , toh kamu juga larinya ke dapur?”, ucap Indah di depan ibu mertua Rina, Ibu Supandi. Ibu mertua hanya tertawa, dan “ kamu itu lho Indah, biarin aja sekolah, ntar kan bisa merasakan sendiri hehe…”. Rina hanya tersenyum dan menyahut dengan tenang “ udahlah mbak Indah, setiap orang memiliki nasib sendiri-sendiri, lagian kan saya ikut suami, Ajik”, “kalaupun nanti saya mendapatkan rizki dan mendapatkan professor disana, kenapa tidak?”, lanjut Rina.

Rina tahu bahwa Indah adalah kakak ipar  Ajik tersebut adalah kakak yang paling disukai oleh mertua Rina, karena dia bekerja sebagai penyuluh pertanian di Pulau Madura. “tapi kan boleh bekerja, kenapa dia sangat memperdulikan aku?” pikir Rina.

Rina dan Ajik akhirnya pamit kepada ibu dan Bapak Banyuwangi dan mohon restu agar diberi kelancaran untuk sekolah lagi. Dan seperti biasa nasehat agar rukun dan sukses.

Perjalanan menuju Bogor denga Bus Lorena sangat mengasikkan, apalagi pengantin baru perjalanan yang jauh Banyuwangi Bogr tentulah membuat betah.

$$

Persiapan menuju Jerman sedang dilakukan, dan semua paspor sudah disediakan oleh pihak sponsor termasuk paspor untuk keluarga. Hal ini sangat meringankan Rina dan Ajik, mereka hanya menyiapkan pakaian2 untuk persiapan musim dingin.

$$

Harapan baru

Kerjasama Indonesia – Jerman melalui GTZ juga melengkapi mahasiswa yang diterima dng tempat tinggal di apartemen, Rani dan Kismoaji mendapatkan kamar no 505 di lantai 5.  Ya Apartemen di jalan Robert-Koch Strasse, Goettingen, Jerman. Apartemen yang strategis, belakang apartemen terdapat taman yang luas, kolam hias dan rumah sakit, sedangkan bagian depannya adalah jalan besar yang tenang.

“Indah sekali disini, JIk, kayaknya aku betah disini, dan aku akan mencari professor yang cocok denganku”, kata Rina ke Ajik saat melihat pemandangan kea rah belakang dari jendela apartemen. “baguslah Rin, kalau kamu betah kita lamakan aja di sini” sahut Ajik sambil merangkul pundak Rina, tangan Rinapun menggayut tangan Ajik.

Rina masih mengikuti kursus Bahasa Jerman yang diselenggarakan kampus, sekaligus mencari ingormasi tentang perkuliahan untuk orang asing. Teman kursus bahasa Jerman yang di laksanakan tiap hari tersebut sangat beragam dan dari berbagai Negara, terutama Negara Timur Tengah dan Afrika. Postur Rina paling kecil dan lincah sehingga menarik perhatian teman2nya, sehingga banyak yang bertanya

“Where do you come from?”, salah satu teman dari Afrika bertanya,  “Indonesia”!, sahut Rina…begitulah setiap perkenalan di group kursus Bahasa Jerman selalu bertanya darimana Rina, dan kenapa kok kecil badannya, sehingga semuanya saling mengenal dan menjadikan erat dalam pertemanan.

$$

Malam itu, “Rin, aku ada pertemuan dengan professor, kayaknya kamu ikut deh karena disana semua professor ngumpul, barangkali kamu bisa kenalan  dengan professor juga. Siapa tahu ada rizki kamu mendapatkan professor”, kata Ajik, dan Rina menimpal “ aku dah dapat professor Jik, tapi tidak di Forstwisschaft (Faklutas Kehutanan) tapi di AgrarWissenschaft (Fakultas Pertanian)” sahut Rina.

“darimana kamu tahu, Rin?” Tanya Ajik…..

“seminggu yang lalu aku ngobrol dengan teman kursus, Arantes, kalau dia melihat website Universitas bahwa di Fakultas Pertanian membuka mahasiswa baru”, timpal Rina.

Tetiba: “rin, boleh nggak aku mencium kamu, karena aku sekarang merasa bahagia?” Tanya Ajik, tanpa menyahut Rinapun mencium bibir Ajik dan pergumulan di musim dingin sangat menyenangkan, dan merekapun pindah ke kamar untuk melanjutkan pergumulan tersebut.

$$

Pertemuan dengan profesor fakultas kehutanan dilaksanakan di café dekat apartemen, sehingga sangat memudahkan bagi Rina dan Ajik untuk menghadiri. Walaupun dekat, tapi mereka mempersiapkan legging dan kaos wool sebagai daleman jaket untuk antisipasi dinginnya salju di musim dingin ini. Pertemuan  pertama bagi mahasiswa Indonesia yang baru datang ke Uniersitas Georg August di Goettingen untuk mengenal Goettingen dan Jerman pertama kali sangat mengesankan. Ada beberapa mahasiswa n yang datang dari penjuru perguruan tinggi di Indonesia. Rina dan Ajk sedikit kaget, bahwa pesta itu adalah “standing party” tidak ada tempat duduk, dan hanya ada beberapa meja untuk meletakkan gelas-gelas yang berisi bir, wine dan jus. Beberapa professor menyabut kami dengan satu gelas bir untuk toast, “Zum wohle” atau “prost ein toast”, itulah kebiasaan baru yang didapat dari pesta tersebut. Pesta itu memberikan kenangan buat Rina dan Ajik, bahwa setiap kebahagiaan itu selalu di iringi bir, wine dan jus.

$$

Rina masih berpacu dengan kursus bahasa jermannya sedangkan Ajik sudah mulai kuliah. pRina masih kursus Bahasa Jerman, namun Rina berani bertemu dan menghadap professor yang diinginkan, beliau adalah Profesor perempun tua dan cantik. Dari beberapa informasi, professor tersebut adalah pegiat perempuan yang mengarah ke feminism. Namun Rina tidak takut terhadap isu-isu miring tentang professor tersebut, dia menghadap Profesor tersebut.

$$

Rina merapikan dan mematut matut bajunya, setelah kursus dia menuju langsung ke Institut Rural Entwiclung untuk bertemu professor setelah membuat janji melalui asistennya dua hari yang lalu. Tepat pukul 11.00 waktu Jerman, Rina masuk ke ruangan professor Birgit dan menghadap professor cantik tersebut.

“hallo, I am Birgit”, Prof.Birgit mengajukan tangannya untuk salaman dengan Rina, dan Rina dengan gugup menerima uluran tangan tersebut sambil tersenyum juga, “hallo, I am Rina from Indonesia” sahut Rina.

“yes, what can I help you, Rina?” tanyanya, dan Rina berterus terang bahwa di mneginginkan untuk menjadi bimbingannya. Professor Birgit tersenyum penuh arti dan dia menjawab “ yes, thank you that you choose me as your professor, in vise versa I don’t have yet the student form Asia, I think you will be the first of Asia’s student. So I really happy to guide you become doktoran” lanjutnya. Wooouuuww…Rina mengedip-ngedipkan matanya, apakah dia mimpi?....Rin amencubit celananya seakan tak percaya dan……”yes, you will be my student and partner to work a project”

Mungkin orang menyangka bahwa project itu pekerjaan yang berlimpah uang seperti di Indonesia..no…no…projek yang dimaksud adalah kerjasama yang ditawarkan untuk menjadi obyek penelitian Rina nantinya. Rinapun mengangguk dan pamit, tapi professor itu kembali menyampaikan “ by the way you have to complete your CV, so we can define what kind of project we will have” kata Professor Birgit, Rina hanya menganguk dan yes aja.

===============================================================

Rina dengan riang menceritakan pertemuan dengan professor pada Ajik sepulang kuliah dari Fakultas kehutanan, Ajik hanya diam “ why Ajik?” Tanya Rina

“Aku harus memperbaiki proposalku karena tidak sesuai dengan projek professorku” sahuta Ajik.

Rina merasakan kesenduan Ajik perihal proposalnya, dia mendekati ajik dan mengelus-elus punggung Ajik dengan harapan dia bisa membagi beban Ajik kepadanya “Jik, anyway kita harus mencoba, sebab kita tidak tahu betul karakter professor disini, dan bagaimana dampaknya pafa kelanjutan suti kita, itu khan hanya proposal toh?” bisik Rina di punggung Ajik.

“Ajik, kita diskusi deh apa yang harus kita tulis di proposalmu, dan kita cari informasi, sebenarnya bagaimana karakter profesermu serta projeknya” sahut Rina.  Ajik menarik Rina dari punggungnya dan menghadapkan wajahnya ke wajah Rina, “ saya butuh kamu untuk diskusi ini”, sambil mendekatkan keningnya ke kening Rina, Rina hanya mengangguk.

Diberi waktu tiga hari Indonesia oleh Professornya untuk memperbaiki tentang kebijakan (policy) di Indonesia, dan proposal tersebut nantinya akan di bawa seminar oleh Profesornya di Munchen. 

Diskusi, adu pendapat, makan minum, diam, bergumul dengan waktu, Rina dan Ajik terus mewujudkan tulisan diproposal. Dengan pengalaman Rina yang bekerja di Kementerian, maka banyak fakta yang harus dibenahi dalam Kebijakan di Indonesia.

SElesai sudah proposal yang dibuat dan waktunya untuck menyerahkan pada Professor Ajik, Rina mendampingi Ajik bertemu dengan Professor Ajik, dan tampaknya beliau puas terhadap kerja Ajik. Rina tersenyummerasa puas bisa mendampingi Ajik dalam segala hal.

“Hari ini, Kismoaji, berterimakasih sekali pada istri tercinta Rina Hadisantoso atas dukungannya membantu suami yang ganteng ini”, teriak KIsmoaji setelah keluar dari ruangan professor, dan dia lari menuju Rina yang terlebih dahulu lari ke Rumah Kaca belakang Fakultas.

Rina hanya tersenyum dan mendekat serta mencium Aji…”selamat ya, semoga kamu sukses selalu” Rina berjalan di sejajar Ajik, dan mereka pun mampir di kantin traktir es krim untuk Rina.

Musim dingin semakin mecekam, kampus sudah mulai sepi, pertengahan Oktober sampai dengan pertengahan Januari kampus sepi karena jadwal libur menjelang natal. Pada umumnya orang Jerman akan berlibur ke negara-negara yang memiliki iklim panas, Spanyol, Mediterian, Timur Tengah, Asia.  Dan mereka pun betul-betul libur tanpa menjawab satu emailpun dari rekannya kalau berlibur.

Rina mendapatkan email dari Professor Birgit untuk menghadap sebelum beliau libur natal. Dia akan merayakan natal dengan keluarga besarnya dan anak satu2nya Catherine di Oberhousen.

“Rina, where do you want to go in Christmas Day?” Tanya professor Birgit saat mereka bertemu. Dan Rina- pun memberikan jawaban bahwa dia akan bersama suaminya di Goettingen saja  karena mereka tidak merayakan natal…”ok, I think we should go to café nearby, I would like to discuss with you about your project”, lanjut professor Birgit.

Dalam diskusi, rupanya Professor Birgit sangat antuasias terhadap perkembangan perempuan di Indonesis terutama di bidang Kehutanan, beliau mengeksplore Rina dalam diskusinya tentang Indonesia dan perempuan. Dan Rinapun bercerita bahwa di bidang dia yaitu Kehutanan pada waktu itu adalah “male-dominitation” dimana jumlah perempuan yang belajar dan bekerja di Bidang Kehutanan sangat sedikit.

Dalam kesempatan itu juga, Rina dengan kelihaiannya berkomunikasi tentang apa yang perlu di baca untuk persiapan project tersebut. Professor Birgit hanya menjawab “eksplore pikiranmu dan idemu, saya ingin melihat kerangka pikir kamu setelah selesai liburan” cara Professor Birgit menggiring pola pikir sangat bijaksana dan keibuan. Rinapun sangat senang dengan pertemuan tersebut. Merekapun saling pamit dan bertemu kembali setelah liburan.

Musim dingin membuat setiap orang merasa melankolis, banyak orang jerman yang mabuk di jalanan karena alcohol untuk mengusir dingin, Rina dan Ajik sepertinya tidak terpengaruh pada musim dingin karena selalu berada di dalam apartemen, terkecuali saat belanja setiap hari Sabtu. Kota Goettingen terlelap dalam dingin namun Ratna dan Ajik selalu membara dalam cinta.

Email dari professor Birgit selalu muncul untuk menanyakan kondisi Rina, beliau khawatir karena Rina belum pernah merasakan musim dingin.  Banyak nasehat yang diberikan agar tidak mengalami syndrome musim dingin. Perhatian Professor Birgit membuat Ajik merasa disepelekan oleh professornya dan dia juga merasa bahwa istrinya lebih beruntung dibandingkan dia. Apalagi Rina dilibatkan dalam proyek fakultas dimana team leader-nya adalah Professor Birgit.

“kamu kok gampang banget dapat fasilitas Rin?” Tanya Ajik setelah Rina menceritakan bahwa Professor Birgitsangat perhatian padanya dan memberikan fasilitas kunci fakultas saat libur kalau Rina akan ke perpustakaan, padahal sebaliknya , Ajik tidak mendapatkan fasilitas seperti itu di Fakultas Kehutanan.

Rina hanya menjawab, “aku gak tahu, Jik, mungkin karena Professor Birgit tidak memiliki student dari Asia, jadi aku satu2nya”…

“tapi kamu gak mau jadi feminis yang gak butuh laki2 itu khan? Siapa tahu kamu memang mau di didik jadi feminis” ujar Ajik.

Rina cukup terkejut, dan dia menghampri Ajik “aku harap kamu tidak memandang negative Jik, aku klw hanya di rumah saja nemenin kamu studi banyak nganggurnya”’ timpal Ajik. “ dan lagian kamu suka pulang malam, katanya masih di kampus” lanjut Rina.

Ajik hanya mendengus panjang “ kayaknya kamukana lebih cepat lulus deh, Rin” lanjut Ajik…..”ya..tapi aku akan menunggumu JIk”, timpal Rina.Perasaan Rina smakin garing setelah melihat Ajik seperti yang tidak bisa menerima kondisi.

“Ajik, aku dengar mau ada mahasiswa baru ya, katanya banyak dari Malang? Universitas Brawijaya?” Rina mengalihkan pembicaraan, karena dia tahu bahwa Ajik juga aktif di PPI Goettingen. PPI goettingen termasuk organisasi yang aktif di Jerman terutama saat kegiatan-kegiatan yang terkait dengan Indonesia, termasuk pameran, 17 agustusan dll.

Hari demi hari kegiatan kampus cukup mengambil waktu yang banyak, terutama mengikuti seminar-seminar serta mengikuti perkuliahan professor lain untuk menambah wawasan. Pertemuan antara Rina dan Ajik di kamar juga semakin berkurang, hal ini karena berbeda kampus, berbeda perkuliahan dan berbeda aktifitas.

==================================================================

 

 

 

 

 

 

 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

bunga kamboja jepang