BAB II. Persaingan
“Rin..kita nikaaahhhh” teriak Kismoaji sambil memeluk
pinggang Rina
“kita bulan madu di jerman ya, sambil kuliah”, clotehnya,
Rina tampak senyum bahagia melihat kelakukan Kimo, akhirnya Rina balik memeluk,
“bisakah kita kuiliah sambil hamil” pikir Rina, tampak
Ajik netranya berbinar karena dia juga menyamikan tanggal pernikahan di
kampung.
Tetiba
Rina merasakan hal yang aneh “apakah dengan berpasangan dua tahun lebih muda
tidak menggangu hidupku nanti?” ini
terasa saat kismoaji sudah menjadi dosen
muda di kampus menjadi idaman para mahasisiwi.
Dan
Rina melihat bahwa Kismoaji sangat perhatian pada penampilan yang selalu modis
dan rapih, sedangkan Rina adalah perempuan yang lugas dengan tidak mengada-ada
serta sederhana.
“ hai Jik ntar klw kamu jadi suamiku aku tetap memanggil
Ajik ya” sahut Rina
“soalnya rasanya gak enak nih tetiba aku memanggil mas,
abang atau Aa’” seloroh Rina.
“aku mencintaimu apapun panggilan kesayanganmu untukku
aku terima” Ajik mendekatkan wajahnya ke wajah Rina yang berdegup kencang,
terus terang saja Rina tak pernah diperlakukan seperti ini oleh Ajik selama
mereka dekat.
Dengan
senyum tipis dan rona merah di pipinya sambil menengadahkan ke wajah yang
selalu dikenal keseharian di kelas. “tapi aku…..”, pikir Rina, “kalau aku
lanjut dengannya sepertinya aku yang akan mengemudikan arah rumah tangga”,
tampak keragu-raguan dari Rina setelah didekap oleh Ajik, sebab dia merasa
bahwa itu sudah melewati batas pergaulan di dalam Islam, bukan muhrimnya.
Akhirnya…
“ok Jik kita menikah tapi dengan syarat kita harus segera
ke luar negeri untuk melanjutkan sekolah”, papar Rina ke Ajik, Aji tersenyum
kemenangan, apalagi dia sudah memiliki Profesor sesuai dengan bisangnya di
Universitas Georg August ,Goettingen, Jerman.
“kamu bisa ikut aku nanti Ran, aku nanti akan mengusulkan
bahwa aku akan membawa istri, karena ada anggaran untuk istri dan sekalian kamu
bisa cari professor saat disana” lanjut Ajik
Rina menyetujui usulan KIsmoAji dan diapun mulai
merancang pernikahan yang akan dilaksanakan segera sebelum Bulan Oktober,
karena Ajik akan berangkat pada Bulan Oktober sesuai dengan program
universitas, yaitu permulaan kuliah di awal musim dingin.
“ayo Jik kalau begitu kita segera pulang ke Bondowoso
untuk mempersiapkan pernikahan kalau memang kamu segera berangkat, jadi kita
memiliki 5 bulan lagi untuk proses lamaran segala” cetus Rina. …”ah sudahlah…
kalau memang tujuanku sekolah ke luar negeri harus mengikuti dia, aku terima
dengan ikhlas” pikir Rina, apalagi dia sudah mendapakan professor di bidang
“kebijakan Kawasan Hutan”, aku mending ikut, lanjut pemikirannya.
Proses lamaran dilanjutkan dengan pernikahan tidak lama
berselang, dan kedua belah pihak sudah menyetujui untuk tali perjodohan Rina
dan Ajik. Dua keluarga mencoba menyatukan diri, dari latar belakang yang
berbeda, suku yang berbeda dan bahasa juga berbeda, dan ini sudah disadari oleh
Rina dan ajik, bahwa perbedaan tersebut perlu di eliminasi.
Tiga
minggu setelah pernikahan, cukup sudah berhandai-handai dengan keluarga besar
“Jik..ayo
kita pulang ke Bogor, kita harus melakukan persiapan-persiapan untuk sekolah ke
Jerman, aku harus kursus bahasa Inggris di Jakarta”…..Rina mengingatkan Aji..
“ok
kita segera kembali ke Bogor untuk mempersiapkan semuanya, dan aku sudah sah
menikah denganmu tanpa canggung lagi” ujar Aji sambil memeluk pinggang Rina dan
mendorongnya untuk berpamitan ke orangtua Rina.
“Bu,
aku pamit mau ke Banyuwangi untuk sekalian pamit ke orang tua di Banyuwangi,
dua hari lagi kami akan langsung ke Bogor Via Banyuwangi” Kata Ajik ke Ibu Rina
saat mereka sudah selesai sarapan, dan kebetulan Ibu lagi di halaman depan.
“yah..ibu
dan bapak sangat merestui kalian ke Bogor, salam dari ibu Bapak ke ibu bapak
Banyuwangi. Ibu dan bapak Bondowoso tidak bisa mengantar sampai ke sana” ujar
ibu…..”sudah pesan bus ke Bogor?” lanjutnya.
“
sudah bu, jam 11.30 dari Banyuwangi langsung ke Bogor, Bus Lorena”, sahut Rina.
“baiklah”
ibu dan Bapak selalu mendoakan kalian bahagia dan sukses, apalagi kalian akan
pergi ke Jerman tanggal 18 September ya?” ibu balik bertanya, dan Ajik
menimpali bahwa tanggal 18 September akan berangkat via Jakarta karena tanggal
3 Oktober kuliah di mulai.
Rina
dan Ajik segera meluncur dengan kendaraan umum Elf ke Banyuwangi untuk menemui
keluarga besar Ajik di Banyuwangi.
“ajik,
semoga Ibu dan Bapak Banyuwangi sehat ya sepeninggal kita” ujar Rina memecahkan
keheningan, dan Ajikmemegang rambut Rina di uyel-uyel.Ajk memberikan jawaban
hanya tersenyum.
Bertemu
dengan Mertua Rina adalah hal yang menyenangkan, hanya Ipar dari kakak pertama
Ajik yang merasa nahwa kedatangan Rina membuat dia tidak nyaman dengan ibu
mertua. Indah, ya Indah yang merasa dirinya bersaing dengan kedtangan Rina.
“
Rin, apa gunanya kamu sekolah tinggi-tinggi , toh kamu juga larinya ke dapur?”,
ucap Indah di depan ibu mertua Rina, Ibu Supandi. Ibu mertua hanya tertawa, dan
“ kamu itu lho Indah, biarin aja sekolah, ntar kan bisa merasakan sendiri
hehe…”. Rina hanya tersenyum dan menyahut dengan tenang “ udahlah mbak Indah,
setiap orang memiliki nasib sendiri-sendiri, lagian kan saya ikut suami, Ajik”,
“kalaupun nanti saya mendapatkan rizki dan mendapatkan professor disana, kenapa
tidak?”, lanjut Rina.
Rina
tahu bahwa Indah adalah kakak ipar Ajik
tersebut adalah kakak yang paling disukai oleh mertua Rina, karena dia bekerja
sebagai penyuluh pertanian di Pulau Madura. “tapi kan boleh bekerja, kenapa dia
sangat memperdulikan aku?” pikir Rina.
Rina
dan Ajik akhirnya pamit kepada ibu dan Bapak Banyuwangi dan mohon restu agar
diberi kelancaran untuk sekolah lagi. Dan seperti biasa nasehat agar rukun dan
sukses.
Perjalanan
menuju Bogor denga Bus Lorena sangat mengasikkan, apalagi pengantin baru
perjalanan yang jauh Banyuwangi Bogr tentulah membuat betah.
$$
Persiapan
menuju Jerman sedang dilakukan, dan semua paspor sudah disediakan oleh pihak
sponsor termasuk paspor untuk keluarga. Hal ini sangat meringankan Rina dan
Ajik, mereka hanya menyiapkan pakaian2 untuk persiapan musim dingin.
$$
Harapan baru
Kerjasama
Indonesia – Jerman melalui GTZ juga melengkapi mahasiswa yang diterima dng
tempat tinggal di apartemen, Rani dan Kismoaji mendapatkan kamar no 505 di
lantai 5. Ya Apartemen di jalan Robert-Koch Strasse, Goettingen, Jerman. Apartemen
yang strategis, belakang apartemen terdapat taman yang luas, kolam hias dan
rumah sakit, sedangkan bagian depannya adalah jalan besar yang tenang.
“Indah sekali disini, JIk, kayaknya aku betah disini, dan
aku akan mencari professor yang cocok denganku”, kata Rina ke Ajik saat melihat
pemandangan kea rah belakang dari jendela apartemen. “baguslah Rin, kalau kamu
betah kita lamakan aja di sini” sahut Ajik sambil merangkul pundak Rina, tangan
Rinapun menggayut tangan Ajik.
Rina
masih mengikuti kursus Bahasa Jerman yang diselenggarakan kampus, sekaligus
mencari ingormasi tentang perkuliahan untuk orang asing. Teman kursus bahasa
Jerman yang di laksanakan tiap hari tersebut sangat beragam dan dari berbagai
Negara, terutama Negara Timur Tengah dan Afrika. Postur Rina paling kecil dan
lincah sehingga menarik perhatian teman2nya, sehingga banyak yang bertanya
“Where do you come from?”, salah satu teman dari Afrika
bertanya, “Indonesia”!, sahut Rina…begitulah
setiap perkenalan di group kursus Bahasa Jerman selalu bertanya darimana Rina,
dan kenapa kok kecil badannya, sehingga semuanya saling mengenal dan menjadikan
erat dalam pertemanan.
$$
Malam itu, “Rin, aku ada pertemuan dengan professor,
kayaknya kamu ikut deh karena disana semua professor ngumpul, barangkali kamu
bisa kenalan dengan professor juga.
Siapa tahu ada rizki kamu mendapatkan professor”, kata Ajik, dan Rina menimpal
“ aku dah dapat professor Jik, tapi tidak di Forstwisschaft (Faklutas
Kehutanan) tapi di AgrarWissenschaft (Fakultas Pertanian)” sahut Rina.
“darimana kamu tahu, Rin?” Tanya Ajik…..
“seminggu yang lalu aku ngobrol dengan teman kursus,
Arantes, kalau dia melihat website Universitas bahwa di Fakultas Pertanian
membuka mahasiswa baru”, timpal Rina.
Tetiba: “rin, boleh nggak aku mencium kamu, karena aku
sekarang merasa bahagia?” Tanya Ajik, tanpa menyahut Rinapun mencium bibir Ajik
dan pergumulan di musim dingin sangat menyenangkan, dan merekapun pindah ke
kamar untuk melanjutkan pergumulan tersebut.
$$
Pertemuan
dengan profesor fakultas kehutanan dilaksanakan di café dekat apartemen,
sehingga sangat memudahkan bagi Rina dan Ajik untuk menghadiri. Walaupun dekat,
tapi mereka mempersiapkan legging dan kaos wool sebagai daleman jaket untuk
antisipasi dinginnya salju di musim dingin ini. Pertemuan pertama bagi mahasiswa Indonesia yang baru
datang ke Uniersitas Georg August di Goettingen untuk mengenal Goettingen dan
Jerman pertama kali sangat mengesankan. Ada beberapa mahasiswa n yang datang
dari penjuru perguruan tinggi di Indonesia. Rina dan Ajk sedikit kaget, bahwa
pesta itu adalah “standing party” tidak ada tempat duduk, dan hanya ada
beberapa meja untuk meletakkan gelas-gelas yang berisi bir, wine dan jus.
Beberapa professor menyabut kami dengan satu gelas bir untuk toast, “Zum wohle”
atau “prost ein toast”, itulah kebiasaan baru yang didapat dari pesta tersebut.
Pesta itu memberikan kenangan buat Rina dan Ajik, bahwa setiap kebahagiaan itu
selalu di iringi bir, wine dan jus.
$$
Rina
masih berpacu dengan kursus bahasa jermannya sedangkan Ajik sudah mulai kuliah.
pRina masih kursus Bahasa Jerman, namun Rina berani bertemu dan menghadap
professor yang diinginkan, beliau adalah Profesor perempun tua dan cantik. Dari
beberapa informasi, professor tersebut adalah pegiat perempuan yang mengarah ke
feminism. Namun Rina tidak takut terhadap isu-isu miring tentang professor
tersebut, dia menghadap Profesor tersebut.
$$
Rina
merapikan dan mematut matut bajunya, setelah kursus dia menuju langsung ke
Institut Rural Entwiclung untuk bertemu professor setelah membuat janji melalui
asistennya dua hari yang lalu. Tepat pukul 11.00 waktu Jerman, Rina masuk ke
ruangan professor Birgit dan menghadap professor cantik tersebut.
“hallo,
I am Birgit”, Prof.Birgit mengajukan tangannya untuk salaman dengan Rina, dan
Rina dengan gugup menerima uluran tangan tersebut sambil tersenyum juga,
“hallo, I am Rina from Indonesia” sahut Rina.
“yes,
what can I help you, Rina?” tanyanya, dan Rina berterus terang bahwa di
mneginginkan untuk menjadi bimbingannya. Professor Birgit tersenyum penuh arti
dan dia menjawab “ yes, thank you that you choose me as your professor, in vise
versa I don’t have yet the student form Asia, I think you will be the first of
Asia’s student. So I really happy to guide you become doktoran” lanjutnya.
Wooouuuww…Rina mengedip-ngedipkan matanya, apakah dia mimpi?....Rin amencubit
celananya seakan tak percaya dan……”yes, you will be my student and partner to
work a project”
Mungkin
orang menyangka bahwa project itu pekerjaan yang berlimpah uang seperti di
Indonesia..no…no…projek yang dimaksud adalah kerjasama yang ditawarkan untuk
menjadi obyek penelitian Rina nantinya. Rinapun mengangguk dan pamit, tapi
professor itu kembali menyampaikan “ by the way you have to complete your CV,
so we can define what kind of project we will have” kata Professor Birgit, Rina
hanya menganguk dan yes aja.
===============================================================
Rina
dengan riang menceritakan pertemuan dengan professor pada Ajik sepulang kuliah
dari Fakultas kehutanan, Ajik hanya diam “ why Ajik?” Tanya Rina
“Aku
harus memperbaiki proposalku karena tidak sesuai dengan projek professorku”
sahuta Ajik.
Rina
merasakan kesenduan Ajik perihal proposalnya, dia mendekati ajik dan
mengelus-elus punggung Ajik dengan harapan dia bisa membagi beban Ajik
kepadanya “Jik, anyway kita harus mencoba, sebab kita tidak tahu betul karakter
professor disini, dan bagaimana dampaknya pafa kelanjutan suti kita, itu khan
hanya proposal toh?” bisik Rina di punggung Ajik.
“Ajik,
kita diskusi deh apa yang harus kita tulis di proposalmu, dan kita cari
informasi, sebenarnya bagaimana karakter profesermu serta projeknya” sahut
Rina. Ajik menarik Rina dari punggungnya
dan menghadapkan wajahnya ke wajah Rina, “ saya butuh kamu untuk diskusi ini”,
sambil mendekatkan keningnya ke kening Rina, Rina hanya mengangguk.
Diberi
waktu tiga hari Indonesia oleh Professornya untuk memperbaiki tentang kebijakan
(policy) di Indonesia, dan proposal tersebut nantinya akan di bawa seminar oleh
Profesornya di Munchen.
Diskusi,
adu pendapat, makan minum, diam, bergumul dengan waktu, Rina dan Ajik terus
mewujudkan tulisan diproposal. Dengan pengalaman Rina yang bekerja di
Kementerian, maka banyak fakta yang harus dibenahi dalam Kebijakan di
Indonesia.
SElesai
sudah proposal yang dibuat dan waktunya untuck menyerahkan pada Professor Ajik,
Rina mendampingi Ajik bertemu dengan Professor Ajik, dan tampaknya beliau puas
terhadap kerja Ajik. Rina tersenyummerasa puas bisa mendampingi Ajik dalam
segala hal.
“Hari
ini, Kismoaji, berterimakasih sekali pada istri tercinta Rina Hadisantoso atas
dukungannya membantu suami yang ganteng ini”, teriak KIsmoaji setelah keluar
dari ruangan professor, dan dia lari menuju Rina yang terlebih dahulu lari ke
Rumah Kaca belakang Fakultas.
Rina
hanya tersenyum dan mendekat serta mencium Aji…”selamat ya, semoga kamu sukses
selalu” Rina berjalan di sejajar Ajik, dan mereka pun mampir di kantin traktir
es krim untuk Rina.
Musim
dingin semakin mecekam, kampus sudah mulai sepi, pertengahan Oktober sampai
dengan pertengahan Januari kampus sepi karena jadwal libur menjelang natal.
Pada umumnya orang Jerman akan berlibur ke negara-negara yang memiliki iklim
panas, Spanyol, Mediterian, Timur Tengah, Asia.
Dan mereka pun betul-betul libur tanpa menjawab satu emailpun dari
rekannya kalau berlibur.
Rina
mendapatkan email dari Professor Birgit untuk menghadap sebelum beliau libur
natal. Dia akan merayakan natal dengan keluarga besarnya dan anak satu2nya
Catherine di Oberhousen.
“Rina,
where do you want to go in Christmas Day?” Tanya professor Birgit saat mereka
bertemu. Dan Rina- pun memberikan jawaban bahwa dia akan bersama suaminya di
Goettingen saja karena mereka tidak
merayakan natal…”ok, I think we should go to café nearby, I would like to
discuss with you about your project”, lanjut professor Birgit.
Dalam
diskusi, rupanya Professor Birgit sangat antuasias terhadap perkembangan
perempuan di Indonesis terutama di bidang Kehutanan, beliau mengeksplore Rina
dalam diskusinya tentang Indonesia dan perempuan. Dan Rinapun bercerita bahwa
di bidang dia yaitu Kehutanan pada waktu itu adalah “male-dominitation” dimana
jumlah perempuan yang belajar dan bekerja di Bidang Kehutanan sangat sedikit.
Dalam
kesempatan itu juga, Rina dengan kelihaiannya berkomunikasi tentang apa yang
perlu di baca untuk persiapan project tersebut. Professor Birgit hanya menjawab
“eksplore pikiranmu dan idemu, saya ingin melihat kerangka pikir kamu setelah
selesai liburan” cara Professor Birgit menggiring pola pikir sangat bijaksana
dan keibuan. Rinapun sangat senang dengan pertemuan tersebut. Merekapun saling
pamit dan bertemu kembali setelah liburan.
Musim
dingin membuat setiap orang merasa melankolis, banyak orang jerman yang mabuk
di jalanan karena alcohol untuk mengusir dingin, Rina dan Ajik sepertinya tidak
terpengaruh pada musim dingin karena selalu berada di dalam apartemen,
terkecuali saat belanja setiap hari Sabtu. Kota Goettingen terlelap dalam
dingin namun Ratna dan Ajik selalu membara dalam cinta.
Email
dari professor Birgit selalu muncul untuk menanyakan kondisi Rina, beliau
khawatir karena Rina belum pernah merasakan musim dingin. Banyak nasehat yang diberikan agar tidak
mengalami syndrome musim dingin. Perhatian Professor Birgit membuat Ajik merasa
disepelekan oleh professornya dan dia juga merasa bahwa istrinya lebih
beruntung dibandingkan dia. Apalagi Rina dilibatkan dalam proyek fakultas
dimana team leader-nya adalah Professor Birgit.
“kamu kok gampang banget dapat fasilitas Rin?” Tanya Ajik
setelah Rina menceritakan bahwa Professor Birgitsangat perhatian padanya dan
memberikan fasilitas kunci fakultas saat libur kalau Rina akan ke perpustakaan,
padahal sebaliknya , Ajik tidak mendapatkan fasilitas seperti itu di Fakultas
Kehutanan.
Rina hanya menjawab, “aku gak tahu, Jik, mungkin karena
Professor Birgit tidak memiliki student dari Asia, jadi aku satu2nya”…
“tapi kamu gak mau jadi feminis yang gak butuh laki2 itu
khan? Siapa tahu kamu memang mau di didik jadi feminis” ujar Ajik.
Rina cukup terkejut, dan dia menghampri Ajik “aku harap
kamu tidak memandang negative Jik, aku klw hanya di rumah saja nemenin kamu
studi banyak nganggurnya”’ timpal Ajik. “ dan lagian kamu suka pulang malam,
katanya masih di kampus” lanjut Rina.
Ajik hanya mendengus panjang “ kayaknya kamukana lebih
cepat lulus deh, Rin” lanjut Ajik…..”ya..tapi aku akan menunggumu JIk”, timpal
Rina.Perasaan Rina smakin garing setelah melihat Ajik seperti yang tidak bisa
menerima kondisi.
“Ajik, aku dengar mau ada mahasiswa baru ya, katanya
banyak dari Malang? Universitas Brawijaya?” Rina mengalihkan pembicaraan,
karena dia tahu bahwa Ajik juga aktif di PPI Goettingen. PPI goettingen
termasuk organisasi yang aktif di Jerman terutama saat kegiatan-kegiatan yang
terkait dengan Indonesia, termasuk pameran, 17 agustusan dll.
Hari
demi hari kegiatan kampus cukup mengambil waktu yang banyak, terutama mengikuti
seminar-seminar serta mengikuti perkuliahan professor lain untuk menambah
wawasan. Pertemuan antara Rina dan Ajik di kamar juga semakin berkurang, hal
ini karena berbeda kampus, berbeda perkuliahan dan berbeda aktifitas.
==================================================================
Tidak ada komentar:
Posting Komentar