Selasa, 10 September 2024

 

 

=====================================================(1)

BAB III

“selamat datang bagi ibu-dan bapak dosen yang akan melanjutkan sekolah di Universitas Georg Auust University –Goettingen,semoga betah, dan untuk melihat gambaran seperti apaUniversity ini dan kehidupan di Jerman, kita dengarkan ketua PPI (Persatuan Pelajar Indonesia tahun 1999) adalah Kismoaji dari Fakultas Kehutanan IPB yang akan melanjutkan kuliah Doktorannya di Universitas ini, Kami persilahkan Saudara Kismoaji memberikan sambutannya” kata MC.

Rina menghadiri pesta penyambutan kedatangan dosen2 yang akan melanjutkan sekolah/kuliahnya di Goettengen bersama Wati, sambil melihat Ajik di atas pentas, dia merasa heran Ajik sangat keren dan berbeda dengan Ajik yang saat ditemui Rina dimesjid.

 “Sudah seminggu Ajik baru pulang ke apartemen hanya untuk ganti baju”pikir Rina sambil membayangkan penampilan Ajik yang di masjid dengan celana ngatung, dan sekarang dia tampak modis.

Sambutan demi sambutan hanya lewat saja  di telinga Rina karena dia hanya focus pada seorang dosen wanita, yang tampak lebih modis dengan penampilan yang berbeda dari yang lainnya. Kalau dosen wanita lainnya penampilannya tampak  sederhana dan ada yang menggunakan jilbab, tapi dosen wanita yang satu ini selalu menebar senyum serta pakaiannya . Rata-rata tamu lainnya baik dosen Indonesia yang lama maupun yang baru disana sangat terhipnotis dengan ibu dosen wanita itu.

Setelah acara –demi acara berlalu, Rina dan Wati memisahkan diri ke bagian makanan, dan sama-sama mengambil teh panas dan kopi yang tersedia di luar. Sebenarnya Rina masih ingin melihat pesta itu dan ingin duduk bersama Ajik, namun dia melihat Ajik sangat sibuk dan tidak melibatkan Rina. Dan Rina sangat memaklumi kesibukan Ajik.

Sebelum keluar ngopi bersama Wati sebenarnya Rina sudah mendekati suaminya yang masih sibuk, tapi Ajik hanya tersenyum dan segera berlalu. Rina membalas senyuman cantiknya ke suami tercinta, Ajik. Namun,tiba-tiba ada dosen dari Universitas Mataram yang saat dekat dengan Ajik menyapa Rina, Zaini.  Zaini sering mempengaruhi Ajik untuk selalu ke masjid, dan dia adalah yang tertua di antara dosen-dosen Indonesia lainnya yang kuliah di Goettingen. Dengan pemikiran yang “mainstream” . Pernah Rina berdiskusi dengan dia, dan dia juga pernah menyampaikan bahwa Professor Birgit adalah seorang feminis, kalau dalam Islam..bla…bla..bla..

“lohhh…mbak Rina gak ikut sibuk di kepanitiaan?”.

Rina diam sejenak sebelum menjawab pertanyaan Zaini, akhirnya dengan pelan menjawab

“ saya lagi dipanggil professor saya Pak Zaini”, sebenarnya Rina ingin menjawab bahwa  dia tidak menyukai acara ini, tapi demi sopan santun hanya menjawab singkat.

Tapi memang kenyatannya benar Rina bertemu dengan Professor Birgit dengan menyampaikan beberapa draft kerangka pikir mengenai penelitiannya dan tulisan singkat mengenai tatanan Birokrasi di Indonesia.

“Baik Pak Zaini saya mau keluar ruangan sebentar” tukas Rina karena tidak ingin memperpanjang jawaban agar tidak terjadi diskusi, takut dinasehati pikir Rina.

SEtelah pertemuan pesta tersebut, Rina menunggu Ajik di pintu keluar ruangan pesta, dan dia melihatnya denan tersenyum.

“ayo pulang aku tungguin ya” Rina mendekatkan diri ke Ajik, dan Ajik hanya mengangguk.

Waktu berlalu, PPI sering melakukan pertemuan, seminar dan jalan-jalan. Persahabatan antara dosen lama dan dosen baru semakin erat. Acara keakraban sering ditunjukkan dengan makan bersama, pergi bareng. Rina ikut tergantung jadwal kuliah yang direkomendasikan oleh Professornya. Kadang satu kuliah dengan Ajik kadang juga berbeda tergantung dari tema dan mata kuliahnya, Ajik kembali perhatian pada Rina dan merekapun sering bepergian bersama.

Namun, suatu ketika..

Ajik kembali ke apartemen, kebetulan Rina sudah kembali dari Fakultas juga. Pertemuan yang disengaja agar bisa menikmati sore menjelang musim semi, dan Rina mengharapkan bisa ngobrol lebih banyak karena kerinduannya selama musim dingin. Setelah meletakkan ranselnya “assamlaialum” menyapa Rina yang sudah menyeduhkan teh hangat. “waailuk salam wr wb, apa kabar saying” jawab Rina.

 “Rina, aku mau membersihkan badan dulu, sekarang ada pengajian di mesjis, Pak Zaini akan membawakan dakwahnya” kata Ajik, Rina hanya tertegun, bukannya kemaren mau menghabiskan sore bersama. Dengan teruru-buru Ajik ke kamar mandi, dan dia menggeletakkan hpnya di meja belajar. Dengan Iseng Rina membuka HP tersebut…dan terkunci.

Rina merasa aneh mengapa HP terkunci, biasanya dia membuka hp Ajik tidak terkunci. Lalu Rina dengan pelan  berjingkat ke kamar mandi menyusul Ajik yang lagi asyik mandi. “ Jik, kok HPnya terkunci?” Tanya Rina. Dan Ajik menoleh saat lagi kepalanya di shower. “Rin..apa hakmu membuka HP ku? “ teriak Ajik di bawah pancuran dan segera dia menyelesaikan proses mandinya.

Keluar dari kamar mandi, Ajik langsung meraih HP yang masih di tangan Rina, Rina tersentak kaget. “kok aneh kamu JIk, kemaren2 aku biasa buka HP mu dan kamu juga buka HP aku”sahut Rina sambil melihat Ajik dengan heran.

“mulai sekarang jaga privasi masing-masing dan jangan suka ingin tahu urusan orang” timpal Aji sambil melotot kearah Rina.

“dan mulai sekarang jangan cari aku” tegas Ajik sambil berganti baju dan memasukkan baju-baju ke dalam ranselnya. “emang kamu kemana JIk kok bawa baju?” Tanya Rina sambil memegang tangan Ajik yang sibuk memasukkan beberapa baju ke ranselnya. Ajik mengibaskan tangan Rina dan pergi.

“Ajik..tunggu, ada apa dengan kamu?” teriak Rina saat Ajik keluar kamar, Rina mengejarnya sampai koridor apartemen, tapi Ajik sudah tak tampak. Rina heran, campur marah dan sedih, hanya bisa menitikkan airmata setelah menyadari bahwa itu bukan mimpi.

SEtelah itu terjadi, Ajik tidak kembali ke apartemen, dia tidak tahu kemana. Rina mulai bertanya-tanya ke teman-teman lainnya. Dan saat waktu pulang masjid, Rina bertemu dengan Sigit

“ada apa mbak?” Tanya sigit.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

bunga kamboja jepang