=====================================================(1)
BAB III
“selamat datang bagi ibu-dan bapak dosen yang akan
melanjutkan sekolah di Universitas Georg Auust University –Goettingen,semoga betah,
dan untuk melihat gambaran seperti apaUniversity ini dan kehidupan di Jerman,
kita dengarkan ketua PPI (Persatuan Pelajar Indonesia tahun 1999) adalah
Kismoaji dari Fakultas Kehutanan IPB yang akan melanjutkan kuliah Doktorannya
di Universitas ini, Kami persilahkan Saudara Kismoaji memberikan sambutannya”
kata MC.
Rina menghadiri pesta penyambutan kedatangan dosen2 yang
akan melanjutkan sekolah/kuliahnya di Goettengen bersama Wati, sambil melihat
Ajik di atas pentas, dia merasa heran Ajik sangat keren dan berbeda dengan Ajik
yang saat ditemui Rina dimesjid.
“Sudah seminggu
Ajik baru pulang ke apartemen hanya untuk ganti baju”pikir Rina sambil
membayangkan penampilan Ajik yang di masjid dengan celana ngatung, dan sekarang
dia tampak modis.
Sambutan demi sambutan hanya lewat saja di telinga Rina karena dia hanya focus pada
seorang dosen wanita, yang tampak lebih modis dengan penampilan yang berbeda
dari yang lainnya. Kalau dosen wanita lainnya penampilannya tampak sederhana dan ada yang menggunakan jilbab,
tapi dosen wanita yang satu ini selalu menebar senyum serta pakaiannya .
Rata-rata
tamu lainnya baik dosen Indonesia yang lama maupun yang baru disana sangat
terhipnotis dengan ibu dosen wanita itu.
Setelah acara –demi acara berlalu, Rina dan Wati memisahkan
diri ke bagian makanan, dan sama-sama mengambil teh panas dan kopi yang
tersedia di luar. Sebenarnya Rina masih ingin melihat pesta itu dan ingin duduk
bersama Ajik, namun dia melihat Ajik sangat sibuk dan tidak melibatkan Rina. Dan
Rina sangat memaklumi kesibukan Ajik.
Sebelum keluar ngopi bersama Wati sebenarnya Rina sudah
mendekati suaminya yang masih sibuk, tapi Ajik hanya tersenyum dan segera
berlalu. Rina membalas senyuman cantiknya ke suami tercinta, Ajik. Namun,tiba-tiba
ada dosen dari Universitas Mataram yang saat dekat dengan Ajik menyapa Rina, Zaini.
Zaini sering mempengaruhi Ajik untuk
selalu ke masjid, dan dia adalah yang tertua di antara dosen-dosen Indonesia
lainnya yang kuliah di Goettingen. Dengan pemikiran yang “mainstream” . Pernah
Rina berdiskusi dengan dia, dan dia juga pernah menyampaikan bahwa Professor
Birgit adalah seorang feminis, kalau dalam Islam..bla…bla..bla..
“lohhh…mbak Rina gak ikut sibuk di kepanitiaan?”.
Rina diam sejenak sebelum menjawab pertanyaan Zaini,
akhirnya dengan pelan menjawab
“ saya lagi dipanggil professor saya Pak Zaini”,
sebenarnya Rina ingin menjawab bahwa dia
tidak menyukai acara ini, tapi demi sopan santun hanya menjawab singkat.
Tapi memang kenyatannya benar Rina bertemu dengan
Professor Birgit dengan menyampaikan beberapa draft kerangka pikir mengenai
penelitiannya dan tulisan singkat mengenai tatanan Birokrasi di Indonesia.
“Baik Pak Zaini saya mau keluar ruangan sebentar” tukas
Rina karena tidak ingin memperpanjang jawaban agar tidak terjadi diskusi, takut
dinasehati pikir Rina.
SEtelah pertemuan pesta tersebut, Rina menunggu Ajik di
pintu keluar ruangan pesta, dan dia melihatnya denan tersenyum.
“ayo pulang aku tungguin ya” Rina mendekatkan diri ke
Ajik, dan Ajik hanya mengangguk.
Waktu berlalu, PPI sering melakukan pertemuan, seminar
dan jalan-jalan. Persahabatan antara dosen lama dan dosen baru semakin erat.
Acara keakraban sering ditunjukkan dengan makan bersama, pergi bareng. Rina
ikut tergantung jadwal kuliah yang direkomendasikan oleh Professornya. Kadang
satu kuliah dengan Ajik kadang juga berbeda tergantung dari tema dan mata
kuliahnya, Ajik kembali perhatian pada Rina dan merekapun sering bepergian
bersama.
Namun, suatu ketika..
Ajik kembali ke apartemen, kebetulan Rina sudah kembali
dari Fakultas juga. Pertemuan yang disengaja agar bisa menikmati sore menjelang
musim semi, dan Rina mengharapkan bisa ngobrol lebih banyak karena kerinduannya
selama musim dingin. Setelah meletakkan ranselnya “assamlaialum” menyapa Rina
yang sudah menyeduhkan teh hangat. “waailuk salam wr wb, apa kabar saying”
jawab Rina.
“Rina, aku mau
membersihkan badan dulu, sekarang ada pengajian di mesjis, Pak Zaini akan
membawakan dakwahnya” kata Ajik, Rina hanya tertegun, bukannya kemaren mau
menghabiskan sore bersama. Dengan teruru-buru Ajik ke kamar mandi, dan dia
menggeletakkan hpnya di meja belajar. Dengan Iseng Rina membuka HP tersebut…dan
terkunci.
Rina merasa aneh mengapa HP terkunci, biasanya dia
membuka hp Ajik tidak terkunci. Lalu Rina dengan pelan berjingkat ke kamar mandi menyusul Ajik yang
lagi asyik mandi. “ Jik, kok HPnya terkunci?” Tanya Rina. Dan Ajik menoleh saat
lagi kepalanya di shower. “Rin..apa hakmu membuka HP ku? “ teriak Ajik di bawah
pancuran dan segera dia menyelesaikan proses mandinya.
Keluar dari kamar mandi, Ajik langsung meraih HP yang
masih di tangan Rina, Rina tersentak kaget. “kok aneh kamu JIk, kemaren2 aku
biasa buka HP mu dan kamu juga buka HP aku”sahut Rina sambil melihat Ajik
dengan heran.
“mulai sekarang jaga privasi masing-masing dan jangan
suka ingin tahu urusan orang” timpal Aji sambil melotot kearah Rina.
“dan mulai sekarang jangan cari aku” tegas Ajik sambil
berganti baju dan memasukkan baju-baju ke dalam ranselnya. “emang kamu kemana
JIk kok bawa baju?” Tanya Rina sambil memegang tangan Ajik yang sibuk
memasukkan beberapa baju ke ranselnya. Ajik mengibaskan tangan Rina dan pergi.
“Ajik..tunggu, ada apa dengan kamu?” teriak Rina saat
Ajik keluar kamar, Rina mengejarnya sampai koridor apartemen, tapi Ajik sudah
tak tampak. Rina heran, campur marah dan sedih, hanya bisa menitikkan airmata
setelah menyadari bahwa itu bukan mimpi.
SEtelah itu terjadi, Ajik tidak kembali ke apartemen, dia
tidak tahu kemana. Rina mulai bertanya-tanya ke teman-teman lainnya. Dan saat
waktu pulang masjid, Rina bertemu dengan Sigit
“ada apa mbak?” Tanya sigit.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar