Rabu, 11 September 2024
Selasa, 10 September 2024
================================================== (4)
“Prof, my case probably is not scientific case,
Anyway I would like to tell you what happened is” sahut Rina. Tapi prof Birgit
mengatakan bahwa apa yang di alami Rina akan mempengaruhi kelanjutan akademinya,
sebaiknya bercerita agar dia masih bisa menangani kuliahnya.
Rina
menceritakan semua apa yang terjadi pada dia dan suaminya. Terutama mengenai
ketidak mampuannya untuk hamil padahal kondisi sehat dan juga MUNGKIN karena
Prof. Birgit memberikan peluang yang besar sehingga Rina bisa segera selesai
doktorannya.
(Dalam
Bahasa Indonesia)
Prof.
Birgit mengangkat bahunya , dan “ Rina, dalam permasalahnmu, kamu harus memilah
antara tujuanmu untuk melanjutkan studimu atau kamu akan berhenti lalu mengikuti
keinginan suamimu”
“Itu
sebuah pilihan dalam hidupmu”, lanjut Prof. Bitgit. Rina tidak kuat menahan
emosina yang membuncah saat dia konsultasi dengan professornya.
“saya
ingin menempeleng perempuan itu , Prof” sahut Rina.
“Tidak
Rina, Kamu kalau di jerman tidak bisa melakukan kekerasan walaupun suamimua
adalah Orang Indonesia. Kamu akan di tuntut oleh polisi disini.” Kata Prof.
Birigit, dan “kamu juga akan keluar di universitas bila memiliki riwayat
kekerasan, dan saya tidak ingin student saya memiliki riwayat kriminalitas”
Dengan
tersedu Rina menoleh ke Prof. Bigit “saya harus bagaimana Prof. Ajik sudah
tidak ke apartemen lagi, apalagi apartemen itu atas nama Ajik dari Beasiswa
Ajik” lanjut Rina dengan mata yang penuh dengan air mata. Prof. Birgit tertegun
sejenak karena dia mengira bahwa Rina juga memiliki “stipendium” (beasiswa).
Prof.
Birgit terdiam sejenak dan dia menelphon temannya “apakah kamu ada di tempat
dalam minggu ini? Nanti akan ada studenku yang akan kesana”
“OK
kamu ke Munchen ke teman saya besok, naik kereta yang pagi saja langsung ke
Munchen”, tiba-tiba Prof. Birgit membalikkan badannya dan menatap Rina, “ayo
kita ke caffee sekarang saya pingin ngobrol dulu dengan kamu” lanjut Professor
Birgit.
Rina
tak bisa berkata-kata lagi, dengan mata sembab dia hanya menganggukkan kepala
dan mengekor Prof. Birgit keluar dari ruangannya.
$$
Mengingat
Prof. Birgit adalah seorang vegetarian, maka Rina dan Proff. Pergi ke Kaffehus, dimana, disini meeka
berbincang. Tapi perbincangan banyak dikuasai oleh Prof.Birgit.
‘kamu
tahu kan laki-laki tadi fakultas?” Tanya prof. ke Rina. Rina hanya mengangguk.
“laki-laki
tadi adalah ayah dari Chaterina, dia akan mengucapkan selamat tahun padaku”
kata prof. sambil kedua matanya itu menmbus kaca jendela dan sepertinya
mengembara kemana.
“nama
lengkapku kamu sudah tahu ya, Birgit Adelio, laki-lakiitu pernah menjadi
suamiku, Abraham Adelio” cletuknya. “pada saat aku hamil chaterina usia 8 bulan
kandungan, dia pacarn dan melakukan hubungan sex denan mahasiswanya” lanjut Prof.
Birgit Adelio. “aku berjalan jauuuh sekali untuk melampiaskan ke kesalanku, aku
tidak menggugat, tapi aku pergi saja tiba-tiba, aku menutup diri” cerita
Professor. “aku mengajukan pindah universitas dari Universitas Kassau, aku ke
Goettingen, aku gak perduli” lanjut Professor Bigit pada Rina.
Rina
tenggelam kedalam bayangannya sendiri, karena dia memiliki kisah yang sama
dengan Proff.nya.
Tiba-tiba
Rina menyahut, “prof. bagaimana kalau aku pakai kerudung, karena salah satu
tuntutan Ajik adalah aku tidak boleh bekerja sepulang ke Indonesia, kemudian
aku harus pakai kerudung”
“No,
Rina, kamu gak bisa pakai kerudung hanya dengan niat menyenangkan suamimu, dan
belum tentu suamimu akan kembalipadamu walaupun kamu pakai kerudung. Bolah
kalau kamu pakai kerudung dengan tujuan agamamu” Professor Birgit menekan
kata-kata itu agar Rina memilik motivasi yang baik untuk pakai kerudung, bukan
hanya untuk pelampiasan saja.
Rina
setuju, toh belum dia pakai kerudung
lalu Ajik kembali, tapi kenapa Ajik mensyaratku itu? Padahal Maria bukan wanita
yang menggunakan kerudung, Ratna mendesah kecil, dia hanya memalingkan mukanya
ke-arah jendela juga. Tiba-tiba Prof. Birgit mengagetkannya “ besok kamu jam 7
malam kamu naik kereta bertemu dengan temanku, dr.Martha”. Rinapun mengerutkan
dahinya “apakah dr. Martha sudah tahu kasusku, Prof?’ Tanya Rina.
“ok,
aku sudah memberikan nomot telephonmu ke dia, kamu berhenti di stasiun utama, München Hauptbahnhof, dan selanjutnya
kamu menunggu dia di caffee. Kamu cerita saja ke dia bagaimana menata mindset
mu menghadapi kasus rumah tangga. Dia seorang psykiatris yang bagus.” Kata
Prof. Birget. “oh ya, ini tiketmu aku sudah minta ke balai kota kemaren
untukmu” lanjut Professor Birigit.
Rina
hanya memandang professornya tanpaberkedip, dia meras bahwa dia masih
mendapatkan orang baik yang sangat perhatian ke dia di tempat yang jauh dari
Ayah dan Ibunya. Tiba-tiba airmata menitik haru sambil memandang Prosfessornya,
akhirnya merek saling berpelukan.
“ok
kita kembali lagi pada aktifitas masing-masing, aku masih ke kampus dulu ada
murid baru dari Norwegia akan bertemu dengan aku’ Professor Birgit melepaskan
pelukannya, ‘oh ya, kamu siap-siap pergi nanti biaya taxi kamu minta dan akan di
ganti kalau sudah kembali ke Goettingan, salam buat Martha” ucap Professor
Birgit. Rina mengangguk.
Rina
kembali ke apartemen dan siap-siap untuk ke Munchen besok pagi.
“aku
harus kuat, setelah selesai dari Munchen aku akan telphon ayah di Indonesia’
Rina kembali monolog dengan dirinya sendiri.
=========================================================(3)
“Aku mencari Ajik” kata Rina
“aku melihatnya tadi ke mesjid dan aku lihat sepedanya
ada di halaman gedung apartemenku” ntar aku pastikan, tunggu disini” Sigit
langsung apartemennya, dan …
“iya mbak, aku malah Tanya ke Pak Sodiq yang kebetulan
diluar, kata Pak Sodiq tadi sama Maria ke atas ke tempat “Maria”, lengkap
Sigit.
“Maria dosen universitas Brawijaya, yang baru datang,
bukan?” Tanya Ratna ke Sigit. “kayaknya gitu deh mbak”, sahut Sigit.. sejak
Ajik meninggalkan apartemen, kegelisahan Rina membuncah emosinya. “kemana aku
harus mencari , Ajik” desah Rina.
Rina bersama Sigit ke halaman apartemen Sigit, dan
merekapun melihat sepeda sport Ajik yang disatukan dengan satu sepeda lainnya.
“emang yang satu ini kok nempel di sepeda ajik?” Tanya Rina ke Sigi dan
kebetulan ada Sodiq disana “oh..itu sepeda Maria” kata Sodiq’ Rina dan dan
Sigit bertatapan, karena aneh.
“nanti saya lihat di apartemen Maria, karena aku satu
lantai dengan dia” bisik Sigit dekat Rina. Rina hanya mengangguk.
SEtelah pamit ke Sigit dan Sodiq, Rina kembali dengan
hati yang resah dan gundah “salahku apa” dia monolog dengan dirinya sendiri.
“apakah aku harus cerita ke Bapak di Indonesia? Seklai lagi ke dirinya sendiri.
Dengan rasa kecewa Rina membuka pintu apartemen, tapi
Rina tidak akan langsung menuduh atau marah pada Ajik. “aku harus mencari
bukti” lirih Rina. Rina membuka lemari baju, disana dia hanya melihat beberapa
baju AJik. “mungkin masih di laundry” pikir Rina, da dia menghampiri meja
kerjanya dan membuka desk-topnya, dan dia mencari kelompok email dari PPI
Goettinen barangkali ada pengumuman yang penting. Disana hanya ada pengumuman
akan ada upacara 17 Agustus di kedutaan di Hamburg. Disana beberapa list
peserta yang ikut, Rina belum tertarik untuk ikut mengingat Professor Birgit
merekomendasikan presentasi Proffeor Mac tentang Ekonomi Pedesaan, artinya Rina
dan Sigit tidak ikut, karena Sigit harus sit-in pada seminar tersebut. Sebagian
besar orang-orang Indonesia ikut ke Hamburg dengan kereta malam yang lebih
murah Dari Goettingen ke Hamburg. Rina juga melihat bahwa yang mengkoordinir
itu adalah Ajik, tapi Ajik tidak pernah menyampaikan ke Rina, dan bahkan tidak
menawari Rina untuk ikut. Rina membaca itu hanya tertegun dan di sudut matanya
tampak genangan air mata. Dia hanya berfikir bahwa dia tidak bisa terlibat lagi dalam aktifitas Ajik
tanpa diinginkan.
Malam sebelum ke berangkatan ke Hamburg, Ajik pulang dan
dia pamit dengan tanpa menyebut nama Rina ”aku berangkat” kata Ajik. Dan Ajik
sekarang tidak pernah memanggil Rina dengan nama kesayangan yang biasanya
menyebut “Ndhuk”. Rina tergagap dan mengucapkan “hati-hati, segera pulang” .
$$
MInggu ini Rina mengajak Ajik untuk periksa kandungan dan
sperma, karena Rina masih terngiang apa yang dikatakan Ajik sebelum Ke Hamburg.
“Rin, kenapa ya kok kita belum dapat momongan, Mas Budi selalu bilang kita
jangan terlalu sibuk agar dapat momongan”. Rina terdiam dan mengajukan
pemeriksaan. Rina dulu yang melakukan pemeriksaan, dn dinyatakan sehat tapi ada
myoma kecil di rahimnya, itupun sebelah kiri. Hasil uji sperma akan didapat satu minggu
kemudian.
$$
Drrrtttttt…drrttttttt…
Telephon dari Munir, dia salah satu dosen Faperta yang
akan melanjutkan doktornya di Hamburg. “mbak..kenapa nggak ikut ke Hamburg?”
tiba-tiba dia tanya Rina “aku gak sempet Nir” sahut Rina. “aduuuh..mbak…udahlah
itu suamimu mesra banget ama yang namanya Maria” lanjut Munir.
Deegggg
Rina kaget mendapatkan informasi tersebut, karena dia
tidak menyangka bahwa Ajik yang belakangan cuek itu ada maksudnya. “Tapi
kenapa?’pRina mulai instrospeksi diri. “apakah karena aku bisa lulus duluan?”
pikir Rina sehingga Ajik mulai menjatuhkan mental Rina?
‘”ok ..jangan menyerah Rina, jangan menngis Rina, jangan
cengeng Rina ”kata-kata itu terus menggema di pikirannya dan tentu saja di
perasaannya. “aku harus punya bukti” tegasnya.
Kepulangan dari Hamburg Ajik hanya mampir sebentar ke
apartemen saat Rin adikampus, dan dikampuspun Rina bertemu dengan Maria.
Marian melihat Rina dengan senyum kemenangan, tapi Rina
segera pergi, dia lebih langsung ke Ajik untuk bertanya langsung. Walauoun Rina
meninggalkan Maria yang masih tersenyum sinis, Mata Rina sembab sambil menuju
ke lantai atas ke tempat Professor Birigit.
Rina ingin klarifikasi dari Ajik, hanya Ajik sekarang
bukan seperti suami lagi, dan ini sangat membingungkan. Rina segera kirim email
ke Prof.Birgit untuk menunda pertemuan kali ini, Rina melakukan re-schedule
minggu depannya saat Prof. Birgit dari Kassau. Namun Prof.Birgit tetap ingin
bertemu dengan Rina karena ada sesuatu yang perlu disampaikan untuk penelitian
Rina. Akhirnya Rina kembalilagi kelantai 5 dimana Prof.Birgit berkantor.
$$
Pertemuan dengan Prof.Birgit membuat Rina gugup karena
kondisi hatinya yang kurang baik.
“ do you have problem?” kata-kata itu yang pertama di
lontarkan oleh Prof. Birgit sambil menyelidiki mata sembab. “
=====================================================(1)
BAB III
“selamat datang bagi ibu-dan bapak dosen yang akan
melanjutkan sekolah di Universitas Georg Auust University –Goettingen,semoga betah,
dan untuk melihat gambaran seperti apaUniversity ini dan kehidupan di Jerman,
kita dengarkan ketua PPI (Persatuan Pelajar Indonesia tahun 1999) adalah
Kismoaji dari Fakultas Kehutanan IPB yang akan melanjutkan kuliah Doktorannya
di Universitas ini, Kami persilahkan Saudara Kismoaji memberikan sambutannya”
kata MC.
Rina menghadiri pesta penyambutan kedatangan dosen2 yang
akan melanjutkan sekolah/kuliahnya di Goettengen bersama Wati, sambil melihat
Ajik di atas pentas, dia merasa heran Ajik sangat keren dan berbeda dengan Ajik
yang saat ditemui Rina dimesjid.
“Sudah seminggu
Ajik baru pulang ke apartemen hanya untuk ganti baju”pikir Rina sambil
membayangkan penampilan Ajik yang di masjid dengan celana ngatung, dan sekarang
dia tampak modis.
Sambutan demi sambutan hanya lewat saja di telinga Rina karena dia hanya focus pada
seorang dosen wanita, yang tampak lebih modis dengan penampilan yang berbeda
dari yang lainnya. Kalau dosen wanita lainnya penampilannya tampak sederhana dan ada yang menggunakan jilbab,
tapi dosen wanita yang satu ini selalu menebar senyum serta pakaiannya .
Rata-rata
tamu lainnya baik dosen Indonesia yang lama maupun yang baru disana sangat
terhipnotis dengan ibu dosen wanita itu.
Setelah acara –demi acara berlalu, Rina dan Wati memisahkan
diri ke bagian makanan, dan sama-sama mengambil teh panas dan kopi yang
tersedia di luar. Sebenarnya Rina masih ingin melihat pesta itu dan ingin duduk
bersama Ajik, namun dia melihat Ajik sangat sibuk dan tidak melibatkan Rina. Dan
Rina sangat memaklumi kesibukan Ajik.
Sebelum keluar ngopi bersama Wati sebenarnya Rina sudah
mendekati suaminya yang masih sibuk, tapi Ajik hanya tersenyum dan segera
berlalu. Rina membalas senyuman cantiknya ke suami tercinta, Ajik. Namun,tiba-tiba
ada dosen dari Universitas Mataram yang saat dekat dengan Ajik menyapa Rina, Zaini.
Zaini sering mempengaruhi Ajik untuk
selalu ke masjid, dan dia adalah yang tertua di antara dosen-dosen Indonesia
lainnya yang kuliah di Goettingen. Dengan pemikiran yang “mainstream” . Pernah
Rina berdiskusi dengan dia, dan dia juga pernah menyampaikan bahwa Professor
Birgit adalah seorang feminis, kalau dalam Islam..bla…bla..bla..
“lohhh…mbak Rina gak ikut sibuk di kepanitiaan?”.
Rina diam sejenak sebelum menjawab pertanyaan Zaini,
akhirnya dengan pelan menjawab
“ saya lagi dipanggil professor saya Pak Zaini”,
sebenarnya Rina ingin menjawab bahwa dia
tidak menyukai acara ini, tapi demi sopan santun hanya menjawab singkat.
Tapi memang kenyatannya benar Rina bertemu dengan
Professor Birgit dengan menyampaikan beberapa draft kerangka pikir mengenai
penelitiannya dan tulisan singkat mengenai tatanan Birokrasi di Indonesia.
“Baik Pak Zaini saya mau keluar ruangan sebentar” tukas
Rina karena tidak ingin memperpanjang jawaban agar tidak terjadi diskusi, takut
dinasehati pikir Rina.
SEtelah pertemuan pesta tersebut, Rina menunggu Ajik di
pintu keluar ruangan pesta, dan dia melihatnya denan tersenyum.
“ayo pulang aku tungguin ya” Rina mendekatkan diri ke
Ajik, dan Ajik hanya mengangguk.
Waktu berlalu, PPI sering melakukan pertemuan, seminar
dan jalan-jalan. Persahabatan antara dosen lama dan dosen baru semakin erat.
Acara keakraban sering ditunjukkan dengan makan bersama, pergi bareng. Rina
ikut tergantung jadwal kuliah yang direkomendasikan oleh Professornya. Kadang
satu kuliah dengan Ajik kadang juga berbeda tergantung dari tema dan mata
kuliahnya, Ajik kembali perhatian pada Rina dan merekapun sering bepergian
bersama.
Namun, suatu ketika..
Ajik kembali ke apartemen, kebetulan Rina sudah kembali
dari Fakultas juga. Pertemuan yang disengaja agar bisa menikmati sore menjelang
musim semi, dan Rina mengharapkan bisa ngobrol lebih banyak karena kerinduannya
selama musim dingin. Setelah meletakkan ranselnya “assamlaialum” menyapa Rina
yang sudah menyeduhkan teh hangat. “waailuk salam wr wb, apa kabar saying”
jawab Rina.
“Rina, aku mau
membersihkan badan dulu, sekarang ada pengajian di mesjis, Pak Zaini akan
membawakan dakwahnya” kata Ajik, Rina hanya tertegun, bukannya kemaren mau
menghabiskan sore bersama. Dengan teruru-buru Ajik ke kamar mandi, dan dia
menggeletakkan hpnya di meja belajar. Dengan Iseng Rina membuka HP tersebut…dan
terkunci.
Rina merasa aneh mengapa HP terkunci, biasanya dia
membuka hp Ajik tidak terkunci. Lalu Rina dengan pelan berjingkat ke kamar mandi menyusul Ajik yang
lagi asyik mandi. “ Jik, kok HPnya terkunci?” Tanya Rina. Dan Ajik menoleh saat
lagi kepalanya di shower. “Rin..apa hakmu membuka HP ku? “ teriak Ajik di bawah
pancuran dan segera dia menyelesaikan proses mandinya.
Keluar dari kamar mandi, Ajik langsung meraih HP yang
masih di tangan Rina, Rina tersentak kaget. “kok aneh kamu JIk, kemaren2 aku
biasa buka HP mu dan kamu juga buka HP aku”sahut Rina sambil melihat Ajik
dengan heran.
“mulai sekarang jaga privasi masing-masing dan jangan
suka ingin tahu urusan orang” timpal Aji sambil melotot kearah Rina.
“dan mulai sekarang jangan cari aku” tegas Ajik sambil
berganti baju dan memasukkan baju-baju ke dalam ranselnya. “emang kamu kemana
JIk kok bawa baju?” Tanya Rina sambil memegang tangan Ajik yang sibuk
memasukkan beberapa baju ke ranselnya. Ajik mengibaskan tangan Rina dan pergi.
“Ajik..tunggu, ada apa dengan kamu?” teriak Rina saat
Ajik keluar kamar, Rina mengejarnya sampai koridor apartemen, tapi Ajik sudah
tak tampak. Rina heran, campur marah dan sedih, hanya bisa menitikkan airmata
setelah menyadari bahwa itu bukan mimpi.
SEtelah itu terjadi, Ajik tidak kembali ke apartemen, dia
tidak tahu kemana. Rina mulai bertanya-tanya ke teman-teman lainnya. Dan saat
waktu pulang masjid, Rina bertemu dengan Sigit
“ada apa mbak?” Tanya sigit.
===============================================================(6)
“mbak..kira-kira nanti ambil penelitian tentang apa?”
Tanya Sigit setelah berpapasan dengan AJik dan Patricia tanpa bertanya tentang
Ajik dan Patricia. Rina sangat memuji sikap Sigit yang tidak bertanya mengenai
perilaku orang lain walaupun di depan mata terlihat. “rupanya Sigit sangat
menjaga privasi orang lain”pikir Rina. Atas pertanyaan Sigit Rina menjawab “
pastinya terkait dengan perempuan dan gender, Git…profesorku khan lebih concern
pada perempuan” jawab Rina.
Mereka sudah di dalam areal Fakultas Pertanian dan
mengibas-ngibaskan jaket dan ransel dari sisa-sisa salju yang jatuh di atasnya. Rina dan Sigit adalah student (mahasiswa)
dengan fakultas yang sama, jadi wajar mereka selalu berdiskusi. Saat diskusi,
mereka melihat Professor Mac menuju Coffee
machine. Mereka tersenyum dan mengangguk dan Professor membalasnya sambil
mengangguk dan tersenyum. Professor Mac adalah pembimbing Sigit dan ruangannya
persis disebelah ruangan Professor Birgit. Mereka terlibat dalam proyek yang
sama dengan Tim Leader Professor Birgit.
Sigit, dosen muda dari Universitas Sudirman lebih
membidangai kebijakan pertanian di-Indonesia, dan dia sangat menguasai ilmu ekonomi
pedesaan, sebaliknya Rina yang memiliki latar belakang kehutanan, ilmu pertanian
merupakan ilmu baru baginya. Namun dengan keseriusan dan ketlatenan Professor
Birgit, Rina banyak menimbu ilmu tentang ilmu pedesaan, ekonomi mikro dan
gender.
Memamsuki pelataran Fakultas pertanian, terdapat ruangan
yang besar berkaca yang selalu hangat, karena pada musim dingin biasanya
Heizung (pemanas ruangan) selalu dihidupkan, sehingga banyak mahasiswa yang
memanaskan dirinya di ruangan tersebut. Ruangan itu menyediakan bangku-bangku
dan mesin penyedia kopi ataupun latte. Rina dan Sigit seperti berjanjian
memasukkan coin di mesin kopi tersebut, dan mereka sama-sama “ngopi” sambil
duduk di bangku yang kosong. Sambil merasakan nikmatnya latte yang panas, Rina
dan Sigit melanjutkan diskusi tentang penelitian. Tiba-tiba Sigit bertanya
“mbak, kalau sudah punya bahan atau materi yang diajarkan Prof. Birgit aku
dikasih donk, karena minggu depan aku mau seminar di Berlin bersama Prof.Mac”
“ok nanti malam aku email” janji Rina ke Sigit.
Rina
sangat menghargai Sigit, karena Sigit sangat professional dalam berfikit dan
selalu memiliki pikiran yang positif terhadap kehidupan ini. Rina banyak
belajar dari Sigit untuk memahami makna kehidupan.
Apalagi Kehidupan Rina sangat serius dan hubungan dengan
suaminya juga adem-anget,kadang acuh kadang riang. Rina kadang tak bisa menebak
“mood” Ajik, apalagi dengan pertemuan tadi siang, Ajik sangat ceria dengan
Praticia. Rina tak pernah melihat Ajik seceria itu. Ini menjadi tanda Tanya
Rina, dan tampak tadi Ajik juga sangat dingin ke RIna….
“Aku ini istrimu, JIk, lihat aku”, Pikir Rina. Dan
seperti biasa Rina harus ceria dan tidak menampakkan kegelisahannya. “JIk…aku
diantar donk ke kampus”..manja Rina, Ajik hanya menjawab “aku capek, kamu aja
sendiri, nanti aku tunggu di apartemen”
Rina hanya tersenyum manja sambil melihat ke arah
Patricia. “Tscuuus, Bis bald”
_(daag..sampai jumpa?) Rina sambil melambaikan tangannya ke Patricia dan Ajik
Kegelisahan Rina semakin menjadi setelah bertemu dan
Patricia, kayaknya Rina butuh teman untuk ngomong apa yang terjadi. Siapa?? .
Rina juga memiliki hati yang hampa dengan kondisi seperti ini, satu2nya teman
yang akrab adalah Wati, mahasiswaTeknik Industri dari AIKA Bogor, yang umurnya
lebih tua dari Rina. Wati ya teman
satu2nya yang bisa akrab dengan Rina yang kehidupannya terlalu serius. Wati
tidak mendapatkan beasiswa dari GTZ, dia ikut adiknya yang menikah dengan orang
Jerman. Dia ke Jerman ingin lanjut sekolah
dengan melakukan penelitian tantang kentang. Banyak ragam kentang yang
dia teliti, entah itu kentang di goring, dikukus dll. Rina selalu menghampiri
sahabatnya itu di laboratoriumnya. Laboratorium wati sangat dekat dengan
fakultas Rina, sehingga setiap ada uji-coba Rina tak pernah absen untuk
mencicipi kentang hasil penelitian Wati.
Siang itu Rina datang ke Lab. Penelitain Wati, dia hanya
ingin menyampaikan uneg2 mengenai hubungan dengan suaminya semakin dingin.
Sampai di pintu Lab, Wati lagi serius dengan kentangnya dan sedang berdiskusi
dengan “Associate Professor”nya, Andreas, dari Brazil. Andreas sering
diceritakan oleh Wati ke Rina, Rina hanya penasaran dengan wajah Andreas.
SEtelah bertemu “woous, pantesan sering diceritain—ganteng sih” pikir Rina
sambil tersenyum. Rina menunggu di kursi yang tersedia sambil menunggu
selesainya diskusi Wati dan Andreas.Setelah selesai, Rin alangsung menghampir
wati dan berbisik ” wat, ada kentang yang mau di uci –coba nggak? Aku lapar
nih”, “ada..hayo kita makan kentang yang
khusus untuk di goreng, Jenis kentang ini saya ambil saat ke Cihle minggu lalu”
jawab Wati. ..sambil membawakan kentang goring, Wati mampir ke Coffee
maker. ..
’Rina, hayo sambil ngopi” panggilnya. ‘OK”, jawab Rina.
Rapih duduk berdua di laboratorioum penelitian, Rina
memulai membuka pembicaraan
“wati, aku kok merasa gelisah ya melihat melihat suamiku
tadi ama Patricia, kok riang banget” kata Rina sambil mengunyak kentang hasil
penelitian Wati. Wati hanya memandang Rina dengan tajam sambil nyruput kopi.
Sambil ngomong yang lainnya, Wati menjawab, “ini sudah
sore, besok kita lanjutkan” dan “jangan lupa bahagia, kuatkan mentalmu”…
Rina hanya mengangguk, dan berkemas, ranselnya di kepit
sebelum di kalungkan di lehernya. Dia melangkah menuju apartemennya,
ditengoknya gedung apartemen dari bawah, masih gelap, lampu apartemennya belum hidup.
“ kemana Ajik?” pikir Rina, padahal waktu Ajik kembali ke
Apartemen dengan kedatangannya hanya beberapa menit saja. Gundukan salju di
depannya ditendang dengan bergumam lirih “apa salahku?.
=====================================================(7)
BAB III
“selamat datang bagi ibu-dan bapak dosen yang akan
melanjutkan sekolah di Universitas Georg Auust University –Goettingen,semog
abetah dan untuk melihat gambaran seperti University ini dan kehidupan di
Jerma, kita dengarkan ketua PPI (Persatuan Pelajar Indonesia tahun 1999)adalah
Kismoajik dari Fakultas Kehutanan IPB yang akan melanjutkan kuliahnya Doktoran
di Universitas ini, Kami persilahkan Saudara Kismoaji memberikan sambutannya”
kata MC.
Rina menghadiri pesta penyambutan kedatangan dosen2 yang akan
melanjutkan sekolah/kuliahnya di Goettengen, sambil melihat Ajik di atas
pentas. ‘Sudah seminggu Ajik baru pulang ke apartemen hanya untuk ganti
baju”pikir Rina sambil membayangkan penampilan Ajik yang di masjid dengan celana
ngatung, dan sekarang dia tampak modis.
Sambutan demi sambutan hanya lewat dalam telinga Rina
karena dia focus pada seorang dosen wanita, yang tampak lebih modis dengan
penampilan yang berbeda dari yang lainnya. Kalau dosen wanita lainnya
penampilannya tampak sederhana da nada
yang menggunakan mukenah, tapi dosen wanita yang satu ini selalu menebar senyum
serta pakaiannya
BAB II. Persaingan
“Rin..kita nikaaahhhh” teriak Kismoaji sambil memeluk
pinggang Rina
“kita bulan madu di jerman ya, sambil kuliah”, clotehnya,
Rina tampak senyum bahagia melihat kelakukan Kimo, akhirnya Rina balik memeluk,
“bisakah kita kuiliah sambil hamil” pikir Rina, tampak
Ajik netranya berbinar karena dia juga menyamikan tanggal pernikahan di
kampung.
Tetiba
Rina merasakan hal yang aneh “apakah dengan berpasangan dua tahun lebih muda
tidak menggangu hidupku nanti?” ini
terasa saat kismoaji sudah menjadi dosen
muda di kampus menjadi idaman para mahasisiwi.
Dan
Rina melihat bahwa Kismoaji sangat perhatian pada penampilan yang selalu modis
dan rapih, sedangkan Rina adalah perempuan yang lugas dengan tidak mengada-ada
serta sederhana.
“ hai Jik ntar klw kamu jadi suamiku aku tetap memanggil
Ajik ya” sahut Rina
“soalnya rasanya gak enak nih tetiba aku memanggil mas,
abang atau Aa’” seloroh Rina.
“aku mencintaimu apapun panggilan kesayanganmu untukku
aku terima” Ajik mendekatkan wajahnya ke wajah Rina yang berdegup kencang,
terus terang saja Rina tak pernah diperlakukan seperti ini oleh Ajik selama
mereka dekat.
Dengan
senyum tipis dan rona merah di pipinya sambil menengadahkan ke wajah yang
selalu dikenal keseharian di kelas. “tapi aku…..”, pikir Rina, “kalau aku
lanjut dengannya sepertinya aku yang akan mengemudikan arah rumah tangga”,
tampak keragu-raguan dari Rina setelah didekap oleh Ajik, sebab dia merasa
bahwa itu sudah melewati batas pergaulan di dalam Islam, bukan muhrimnya.
Akhirnya…
“ok Jik kita menikah tapi dengan syarat kita harus segera
ke luar negeri untuk melanjutkan sekolah”, papar Rina ke Ajik, Aji tersenyum
kemenangan, apalagi dia sudah memiliki Profesor sesuai dengan bisangnya di
Universitas Georg August ,Goettingen, Jerman.
“kamu bisa ikut aku nanti Ran, aku nanti akan mengusulkan
bahwa aku akan membawa istri, karena ada anggaran untuk istri dan sekalian kamu
bisa cari professor saat disana” lanjut Ajik
Rina menyetujui usulan KIsmoAji dan diapun mulai
merancang pernikahan yang akan dilaksanakan segera sebelum Bulan Oktober,
karena Ajik akan berangkat pada Bulan Oktober sesuai dengan program
universitas, yaitu permulaan kuliah di awal musim dingin.
“ayo Jik kalau begitu kita segera pulang ke Bondowoso
untuk mempersiapkan pernikahan kalau memang kamu segera berangkat, jadi kita
memiliki 5 bulan lagi untuk proses lamaran segala” cetus Rina. …”ah sudahlah…
kalau memang tujuanku sekolah ke luar negeri harus mengikuti dia, aku terima
dengan ikhlas” pikir Rina, apalagi dia sudah mendapakan professor di bidang
“kebijakan Kawasan Hutan”, aku mending ikut, lanjut pemikirannya.
Proses lamaran dilanjutkan dengan pernikahan tidak lama
berselang, dan kedua belah pihak sudah menyetujui untuk tali perjodohan Rina
dan Ajik. Dua keluarga mencoba menyatukan diri, dari latar belakang yang
berbeda, suku yang berbeda dan bahasa juga berbeda, dan ini sudah disadari oleh
Rina dan ajik, bahwa perbedaan tersebut perlu di eliminasi.
Tiga
minggu setelah pernikahan, cukup sudah berhandai-handai dengan keluarga besar
“Jik..ayo
kita pulang ke Bogor, kita harus melakukan persiapan-persiapan untuk sekolah ke
Jerman, aku harus kursus bahasa Inggris di Jakarta”…..Rina mengingatkan Aji..
“ok
kita segera kembali ke Bogor untuk mempersiapkan semuanya, dan aku sudah sah
menikah denganmu tanpa canggung lagi” ujar Aji sambil memeluk pinggang Rina dan
mendorongnya untuk berpamitan ke orangtua Rina.
“Bu,
aku pamit mau ke Banyuwangi untuk sekalian pamit ke orang tua di Banyuwangi,
dua hari lagi kami akan langsung ke Bogor Via Banyuwangi” Kata Ajik ke Ibu Rina
saat mereka sudah selesai sarapan, dan kebetulan Ibu lagi di halaman depan.
“yah..ibu
dan bapak sangat merestui kalian ke Bogor, salam dari ibu Bapak ke ibu bapak
Banyuwangi. Ibu dan bapak Bondowoso tidak bisa mengantar sampai ke sana” ujar
ibu…..”sudah pesan bus ke Bogor?” lanjutnya.
“
sudah bu, jam 11.30 dari Banyuwangi langsung ke Bogor, Bus Lorena”, sahut Rina.
“baiklah”
ibu dan Bapak selalu mendoakan kalian bahagia dan sukses, apalagi kalian akan
pergi ke Jerman tanggal 18 September ya?” ibu balik bertanya, dan Ajik
menimpali bahwa tanggal 18 September akan berangkat via Jakarta karena tanggal
3 Oktober kuliah di mulai.
Rina
dan Ajik segera meluncur dengan kendaraan umum Elf ke Banyuwangi untuk menemui
keluarga besar Ajik di Banyuwangi.
“ajik,
semoga Ibu dan Bapak Banyuwangi sehat ya sepeninggal kita” ujar Rina memecahkan
keheningan, dan Ajikmemegang rambut Rina di uyel-uyel.Ajk memberikan jawaban
hanya tersenyum.
Bertemu
dengan Mertua Rina adalah hal yang menyenangkan, hanya Ipar dari kakak pertama
Ajik yang merasa nahwa kedatangan Rina membuat dia tidak nyaman dengan ibu
mertua. Indah, ya Indah yang merasa dirinya bersaing dengan kedtangan Rina.
“
Rin, apa gunanya kamu sekolah tinggi-tinggi , toh kamu juga larinya ke dapur?”,
ucap Indah di depan ibu mertua Rina, Ibu Supandi. Ibu mertua hanya tertawa, dan
“ kamu itu lho Indah, biarin aja sekolah, ntar kan bisa merasakan sendiri
hehe…”. Rina hanya tersenyum dan menyahut dengan tenang “ udahlah mbak Indah,
setiap orang memiliki nasib sendiri-sendiri, lagian kan saya ikut suami, Ajik”,
“kalaupun nanti saya mendapatkan rizki dan mendapatkan professor disana, kenapa
tidak?”, lanjut Rina.
Rina
tahu bahwa Indah adalah kakak ipar Ajik
tersebut adalah kakak yang paling disukai oleh mertua Rina, karena dia bekerja
sebagai penyuluh pertanian di Pulau Madura. “tapi kan boleh bekerja, kenapa dia
sangat memperdulikan aku?” pikir Rina.
Rina
dan Ajik akhirnya pamit kepada ibu dan Bapak Banyuwangi dan mohon restu agar
diberi kelancaran untuk sekolah lagi. Dan seperti biasa nasehat agar rukun dan
sukses.
Perjalanan
menuju Bogor denga Bus Lorena sangat mengasikkan, apalagi pengantin baru
perjalanan yang jauh Banyuwangi Bogr tentulah membuat betah.
$$
Persiapan
menuju Jerman sedang dilakukan, dan semua paspor sudah disediakan oleh pihak
sponsor termasuk paspor untuk keluarga. Hal ini sangat meringankan Rina dan
Ajik, mereka hanya menyiapkan pakaian2 untuk persiapan musim dingin.
$$
Harapan baru
Kerjasama
Indonesia – Jerman melalui GTZ juga melengkapi mahasiswa yang diterima dng
tempat tinggal di apartemen, Rani dan Kismoaji mendapatkan kamar no 505 di
lantai 5. Ya Apartemen di jalan Robert-Koch Strasse, Goettingen, Jerman. Apartemen
yang strategis, belakang apartemen terdapat taman yang luas, kolam hias dan
rumah sakit, sedangkan bagian depannya adalah jalan besar yang tenang.
“Indah sekali disini, JIk, kayaknya aku betah disini, dan
aku akan mencari professor yang cocok denganku”, kata Rina ke Ajik saat melihat
pemandangan kea rah belakang dari jendela apartemen. “baguslah Rin, kalau kamu
betah kita lamakan aja di sini” sahut Ajik sambil merangkul pundak Rina, tangan
Rinapun menggayut tangan Ajik.
Rina
masih mengikuti kursus Bahasa Jerman yang diselenggarakan kampus, sekaligus
mencari ingormasi tentang perkuliahan untuk orang asing. Teman kursus bahasa
Jerman yang di laksanakan tiap hari tersebut sangat beragam dan dari berbagai
Negara, terutama Negara Timur Tengah dan Afrika. Postur Rina paling kecil dan
lincah sehingga menarik perhatian teman2nya, sehingga banyak yang bertanya
“Where do you come from?”, salah satu teman dari Afrika
bertanya, “Indonesia”!, sahut Rina…begitulah
setiap perkenalan di group kursus Bahasa Jerman selalu bertanya darimana Rina,
dan kenapa kok kecil badannya, sehingga semuanya saling mengenal dan menjadikan
erat dalam pertemanan.
$$
Malam itu, “Rin, aku ada pertemuan dengan professor,
kayaknya kamu ikut deh karena disana semua professor ngumpul, barangkali kamu
bisa kenalan dengan professor juga.
Siapa tahu ada rizki kamu mendapatkan professor”, kata Ajik, dan Rina menimpal
“ aku dah dapat professor Jik, tapi tidak di Forstwisschaft (Faklutas
Kehutanan) tapi di AgrarWissenschaft (Fakultas Pertanian)” sahut Rina.
“darimana kamu tahu, Rin?” Tanya Ajik…..
“seminggu yang lalu aku ngobrol dengan teman kursus,
Arantes, kalau dia melihat website Universitas bahwa di Fakultas Pertanian
membuka mahasiswa baru”, timpal Rina.
Tetiba: “rin, boleh nggak aku mencium kamu, karena aku
sekarang merasa bahagia?” Tanya Ajik, tanpa menyahut Rinapun mencium bibir Ajik
dan pergumulan di musim dingin sangat menyenangkan, dan merekapun pindah ke
kamar untuk melanjutkan pergumulan tersebut.
$$
Pertemuan
dengan profesor fakultas kehutanan dilaksanakan di café dekat apartemen,
sehingga sangat memudahkan bagi Rina dan Ajik untuk menghadiri. Walaupun dekat,
tapi mereka mempersiapkan legging dan kaos wool sebagai daleman jaket untuk
antisipasi dinginnya salju di musim dingin ini. Pertemuan pertama bagi mahasiswa Indonesia yang baru
datang ke Uniersitas Georg August di Goettingen untuk mengenal Goettingen dan
Jerman pertama kali sangat mengesankan. Ada beberapa mahasiswa n yang datang
dari penjuru perguruan tinggi di Indonesia. Rina dan Ajk sedikit kaget, bahwa
pesta itu adalah “standing party” tidak ada tempat duduk, dan hanya ada
beberapa meja untuk meletakkan gelas-gelas yang berisi bir, wine dan jus.
Beberapa professor menyabut kami dengan satu gelas bir untuk toast, “Zum wohle”
atau “prost ein toast”, itulah kebiasaan baru yang didapat dari pesta tersebut.
Pesta itu memberikan kenangan buat Rina dan Ajik, bahwa setiap kebahagiaan itu
selalu di iringi bir, wine dan jus.
$$
Rina
masih berpacu dengan kursus bahasa jermannya sedangkan Ajik sudah mulai kuliah.
pRina masih kursus Bahasa Jerman, namun Rina berani bertemu dan menghadap
professor yang diinginkan, beliau adalah Profesor perempun tua dan cantik. Dari
beberapa informasi, professor tersebut adalah pegiat perempuan yang mengarah ke
feminism. Namun Rina tidak takut terhadap isu-isu miring tentang professor
tersebut, dia menghadap Profesor tersebut.
$$
Rina
merapikan dan mematut matut bajunya, setelah kursus dia menuju langsung ke
Institut Rural Entwiclung untuk bertemu professor setelah membuat janji melalui
asistennya dua hari yang lalu. Tepat pukul 11.00 waktu Jerman, Rina masuk ke
ruangan professor Birgit dan menghadap professor cantik tersebut.
“hallo,
I am Birgit”, Prof.Birgit mengajukan tangannya untuk salaman dengan Rina, dan
Rina dengan gugup menerima uluran tangan tersebut sambil tersenyum juga,
“hallo, I am Rina from Indonesia” sahut Rina.
“yes,
what can I help you, Rina?” tanyanya, dan Rina berterus terang bahwa di
mneginginkan untuk menjadi bimbingannya. Professor Birgit tersenyum penuh arti
dan dia menjawab “ yes, thank you that you choose me as your professor, in vise
versa I don’t have yet the student form Asia, I think you will be the first of
Asia’s student. So I really happy to guide you become doktoran” lanjutnya.
Wooouuuww…Rina mengedip-ngedipkan matanya, apakah dia mimpi?....Rin amencubit
celananya seakan tak percaya dan……”yes, you will be my student and partner to
work a project”
Mungkin
orang menyangka bahwa project itu pekerjaan yang berlimpah uang seperti di
Indonesia..no…no…projek yang dimaksud adalah kerjasama yang ditawarkan untuk
menjadi obyek penelitian Rina nantinya. Rinapun mengangguk dan pamit, tapi
professor itu kembali menyampaikan “ by the way you have to complete your CV,
so we can define what kind of project we will have” kata Professor Birgit, Rina
hanya menganguk dan yes aja.
===============================================================
Rina
dengan riang menceritakan pertemuan dengan professor pada Ajik sepulang kuliah
dari Fakultas kehutanan, Ajik hanya diam “ why Ajik?” Tanya Rina
“Aku
harus memperbaiki proposalku karena tidak sesuai dengan projek professorku”
sahuta Ajik.
Rina
merasakan kesenduan Ajik perihal proposalnya, dia mendekati ajik dan
mengelus-elus punggung Ajik dengan harapan dia bisa membagi beban Ajik
kepadanya “Jik, anyway kita harus mencoba, sebab kita tidak tahu betul karakter
professor disini, dan bagaimana dampaknya pafa kelanjutan suti kita, itu khan
hanya proposal toh?” bisik Rina di punggung Ajik.
“Ajik,
kita diskusi deh apa yang harus kita tulis di proposalmu, dan kita cari
informasi, sebenarnya bagaimana karakter profesermu serta projeknya” sahut
Rina. Ajik menarik Rina dari punggungnya
dan menghadapkan wajahnya ke wajah Rina, “ saya butuh kamu untuk diskusi ini”,
sambil mendekatkan keningnya ke kening Rina, Rina hanya mengangguk.
Diberi
waktu tiga hari Indonesia oleh Professornya untuk memperbaiki tentang kebijakan
(policy) di Indonesia, dan proposal tersebut nantinya akan di bawa seminar oleh
Profesornya di Munchen.
Diskusi,
adu pendapat, makan minum, diam, bergumul dengan waktu, Rina dan Ajik terus
mewujudkan tulisan diproposal. Dengan pengalaman Rina yang bekerja di
Kementerian, maka banyak fakta yang harus dibenahi dalam Kebijakan di
Indonesia.
SElesai
sudah proposal yang dibuat dan waktunya untuck menyerahkan pada Professor Ajik,
Rina mendampingi Ajik bertemu dengan Professor Ajik, dan tampaknya beliau puas
terhadap kerja Ajik. Rina tersenyummerasa puas bisa mendampingi Ajik dalam
segala hal.
“Hari
ini, Kismoaji, berterimakasih sekali pada istri tercinta Rina Hadisantoso atas
dukungannya membantu suami yang ganteng ini”, teriak KIsmoaji setelah keluar
dari ruangan professor, dan dia lari menuju Rina yang terlebih dahulu lari ke
Rumah Kaca belakang Fakultas.
Rina
hanya tersenyum dan mendekat serta mencium Aji…”selamat ya, semoga kamu sukses
selalu” Rina berjalan di sejajar Ajik, dan mereka pun mampir di kantin traktir
es krim untuk Rina.
Musim
dingin semakin mecekam, kampus sudah mulai sepi, pertengahan Oktober sampai
dengan pertengahan Januari kampus sepi karena jadwal libur menjelang natal.
Pada umumnya orang Jerman akan berlibur ke negara-negara yang memiliki iklim
panas, Spanyol, Mediterian, Timur Tengah, Asia.
Dan mereka pun betul-betul libur tanpa menjawab satu emailpun dari
rekannya kalau berlibur.
Rina
mendapatkan email dari Professor Birgit untuk menghadap sebelum beliau libur
natal. Dia akan merayakan natal dengan keluarga besarnya dan anak satu2nya
Catherine di Oberhousen.
“Rina,
where do you want to go in Christmas Day?” Tanya professor Birgit saat mereka
bertemu. Dan Rina- pun memberikan jawaban bahwa dia akan bersama suaminya di
Goettingen saja karena mereka tidak
merayakan natal…”ok, I think we should go to café nearby, I would like to
discuss with you about your project”, lanjut professor Birgit.
Dalam
diskusi, rupanya Professor Birgit sangat antuasias terhadap perkembangan
perempuan di Indonesis terutama di bidang Kehutanan, beliau mengeksplore Rina
dalam diskusinya tentang Indonesia dan perempuan. Dan Rinapun bercerita bahwa
di bidang dia yaitu Kehutanan pada waktu itu adalah “male-dominitation” dimana
jumlah perempuan yang belajar dan bekerja di Bidang Kehutanan sangat sedikit.
Dalam
kesempatan itu juga, Rina dengan kelihaiannya berkomunikasi tentang apa yang
perlu di baca untuk persiapan project tersebut. Professor Birgit hanya menjawab
“eksplore pikiranmu dan idemu, saya ingin melihat kerangka pikir kamu setelah
selesai liburan” cara Professor Birgit menggiring pola pikir sangat bijaksana
dan keibuan. Rinapun sangat senang dengan pertemuan tersebut. Merekapun saling
pamit dan bertemu kembali setelah liburan.
Musim
dingin membuat setiap orang merasa melankolis, banyak orang jerman yang mabuk
di jalanan karena alcohol untuk mengusir dingin, Rina dan Ajik sepertinya tidak
terpengaruh pada musim dingin karena selalu berada di dalam apartemen,
terkecuali saat belanja setiap hari Sabtu. Kota Goettingen terlelap dalam
dingin namun Ratna dan Ajik selalu membara dalam cinta.
Email
dari professor Birgit selalu muncul untuk menanyakan kondisi Rina, beliau
khawatir karena Rina belum pernah merasakan musim dingin. Banyak nasehat yang diberikan agar tidak
mengalami syndrome musim dingin. Perhatian Professor Birgit membuat Ajik merasa
disepelekan oleh professornya dan dia juga merasa bahwa istrinya lebih
beruntung dibandingkan dia. Apalagi Rina dilibatkan dalam proyek fakultas
dimana team leader-nya adalah Professor Birgit.
“kamu kok gampang banget dapat fasilitas Rin?” Tanya Ajik
setelah Rina menceritakan bahwa Professor Birgitsangat perhatian padanya dan
memberikan fasilitas kunci fakultas saat libur kalau Rina akan ke perpustakaan,
padahal sebaliknya , Ajik tidak mendapatkan fasilitas seperti itu di Fakultas
Kehutanan.
Rina hanya menjawab, “aku gak tahu, Jik, mungkin karena
Professor Birgit tidak memiliki student dari Asia, jadi aku satu2nya”…
“tapi kamu gak mau jadi feminis yang gak butuh laki2 itu
khan? Siapa tahu kamu memang mau di didik jadi feminis” ujar Ajik.
Rina cukup terkejut, dan dia menghampri Ajik “aku harap
kamu tidak memandang negative Jik, aku klw hanya di rumah saja nemenin kamu
studi banyak nganggurnya”’ timpal Ajik. “ dan lagian kamu suka pulang malam,
katanya masih di kampus” lanjut Rina.
Ajik hanya mendengus panjang “ kayaknya kamukana lebih
cepat lulus deh, Rin” lanjut Ajik…..”ya..tapi aku akan menunggumu JIk”, timpal
Rina.Perasaan Rina smakin garing setelah melihat Ajik seperti yang tidak bisa
menerima kondisi.
“Ajik, aku dengar mau ada mahasiswa baru ya, katanya
banyak dari Malang? Universitas Brawijaya?” Rina mengalihkan pembicaraan,
karena dia tahu bahwa Ajik juga aktif di PPI Goettingen. PPI goettingen
termasuk organisasi yang aktif di Jerman terutama saat kegiatan-kegiatan yang
terkait dengan Indonesia, termasuk pameran, 17 agustusan dll.
Hari
demi hari kegiatan kampus cukup mengambil waktu yang banyak, terutama mengikuti
seminar-seminar serta mengikuti perkuliahan professor lain untuk menambah
wawasan. Pertemuan antara Rina dan Ajik di kamar juga semakin berkurang, hal
ini karena berbeda kampus, berbeda perkuliahan dan berbeda aktifitas.
==================================================================
1. Nama Penulis :Erha Hadisantoso
2. Jenis
Tulisan : Real fiksi
3. Bentuk
Tulisan : Novel
4. Genre
Tulisan : Drama Rumah Tangga
5. Ide
Tulisan : Kisah Wanita yng di damparkan
setelah Sekolah bersama Di luar Negeri
6. Premis
:
a. Seorang
Perempuan yang gagal menikah saat kuliah di luar negeri
b. Konflik
: dimulai saat setelah kuliah memasulki tahap S3 (permulaan konflik terjadi
saat sama-sama memasuki kuliah S3, dimana Rina lebih menunjukkan
kemajuandibandingkan dengan sang suami). Dan sang suami memulai bermain dengan
mahassisw baru yg dikirim dari Universitas Brawaijaya.
c. Solusi
menghadapi konflik : Rina sebagai sang perempuan dengan tegas untuk tidak
bersama lagi, dan meniti karier sehingga tak bisa di gapai oleh sang suami.
BAB 1.
Saat Sukma bertemu
Rina di Kampus yang di dominasi oleh laki2, yang akhirnya terjalin ikatan
perjodohan. Dan memiliki kepakatan untuk sekolah kembali usai pernikahan.
BAB III
Persaingan halus
antara Rina dan suami pada saat mendapatkan kesempatan sekolah di Universitas
Georg August University, Goettingen, Jerman.
BABA III
Pertemanan yang
sangat terbuka Rina mendapatkan suaminya memiliki affair dengan perempuan
Brazil dan akhirnya menikah dengan mahasiswi baru yg terkirim dari Univ.
Brawijaya
BAB IV
Keterpurukan Srikandi
Indonesia saat rumah tangganya terpuruk
BAB VI
Kebangkitan kembali
Rina dan merubah arah kapal kehidupan tanpa suami.
-
MACADAMIA Macadamia merupakan genus dari tujuh species yang ada di Australia,yaitu Macadamia claudiensis , Macadamia integrifolia , Mac...
-
Persemaian permanen Lampung. Bibit tanaman Bambang Lanang Setelah sengon, untuk daerah Lampung kayu yang menjadi f...
-
TANAMAN BUAH Saya pernah minta mangga yang mentah pada teman saya, tapi ditolaknya, alasannya adalah agar mangga yang akan dim...