Selasa, 07 November 2017

KEARIFAN TRADISIONAL
perjalanan ke suatu tempat adalah sesuatu banget, dimana kita bisa banyak belajar tentang apa saja yang positif untuk pengembangan ilmu dan jiwa kita, serta satu hal lagi adalah menambah networking kita.
kadang ilmu kearifan tradisional dan kematangan jiwa serta networking tidak didapat kan secara formal di bangku kuliah.
Dan tentu saja apa yang kita dapatkan akan mempengaruhi kita untyuk mengambil sebuah kesimpulan yang akan dituangkan pada pengambilan keputusan kita sendiri. gak usah muluk-muluk untuk dijadikan sebuah keputusan pemerintah karena itu memakan waktu dan pasti akan menjadi perdebatan yang panjang.
saat ini saya ingin mebahas tentang ilmu ekonomi dari sebuah pedesaan yang menurut saya perlu saya anut nanti pada tiba waktunya.mengapa ilmu ekonomi? karena mereka belajar secara autodidak tentang ilmu tersebut. mereka tidak memiliki kemampuan untuk duduk di bangku kuliah lalu belajar ekonomi secara khusus. mereka tidak mengetahui BEP atau break event point atau garis marjin apalagi keseimbangan ekonomi yang dikaitkan dengan ilmu lingkungan.
saya akan fokus pada apa yang akan saya bicarakan, yaitu pola tanam sengon di dua desa yang berbeda kabupaten. Sudah tahu kan bahwa sengon saat ini sangat booming di jawa timur? terutama tapal kuda? yah karena disana banyak sekali pabrik kayu dan pertukangan yang membutuhkan kayu sengon, dan sengon memiliki daya jual tinggi. jadi kalau saya katakan sengon sangat sexy disana.
Di desa ke arah gunung di Lumajang, petani disana menanam sengon dengan jarak 4 x 6 m..jadi rata-rata jumlah per ha adalah 400 pohon...woooh? kok lebar banget? yah alasan mereka adalah agar mereka bisa menanami palawija di tengahnya sehingga mereka memiliki "pendapatan antara", yang bisa mengisi bulan-bulan kosong sambil menunggu masa tebang sengon, dan selain itu mereka memiliki katyu sengon yang luar biasa besar diameternya.
Selain itu saya juga melihat pola tanam yang dilakukan di Desa Sumber Wringin, Bondowoso. Petani disana umumnya menanam sangat rapat, dengan harapan mereka akan mendapatkan hasil yang banyak kayunya. Memang mereka banyak mendapatkan jumlah kayu yang banyak namun kurus-kurus, dan mereka tidak bisa menanam di sela-sela kayu sengon tersebut karena tajuknya rapat. Jadi mereka harus menunggu akhir masa tebang tanpa mendapatkan "pendapatan antara" selama menunggu masa tebang..
Jadi...kebijakan lapangan tersebut tergantung dari pengalaman, contoh dan kearifan..serta "basic need" mereka.
Basic needs = kebutuhan dasar manusia, yaitu pangan

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

bunga kamboja jepang