Bulan ini bulan panas, kata temanku. Dan bulan depan sampai dengan tidak tahu kapan, akan menjadi lebih panas. UUCK dianggapnya bola panas yang menggelinding bak "snow bowling" semakin ke hilir semakin membesar. "Apa sebab disebut bulan panas?", celetukku sambil seolah-olah agak tidak perduli..."iya...dengan adanya UUCK kita semakin "kefefet", sudah covid19 belum selesai, pekerjaan semakin sulit...ehhhh..UUCK ini makin bikin gerah gak karuan karena memperpanjang persoalan"...sahutnya semangat...
Yaaapp..percakapan singkat ini membuatku merenung,
Betapa Sang Khalik ini semakin tampak kuasaNYA pada kehidupan manusia.Hanya di sentil sedikit sudah kepanasan. Apalagi kalau memang benar2 terjadi kiamat besar itu, mau lari kemana kita semua? Selanjutnya aku tidak mau berdiskusi tentang KuasaNYA, karena aku yakin bahwa ada skenario besar yang dimainkan oleh Sang Khalik kepada makhlukNYA. semoga kita semua terhindar dari amarahNYA.
Oh ya, kita kembali pada persoalan yang tadi. Kehidupan ini semakin ruwet, betapa tidak dengan adanya Covid19 yang melanda dunia, berdampak sangat nyata pada kondisi lokal, membuat kita semua sibuk, karena imbasnya ke semua lini. Awal muasalnya kita disuruh di rumah, lalu kita tidak boleh berinteraksi, setelah itu kita tidak bisa belanja secara bebas, lalu kalau mau pesan makanan lewat daring..akhirnya satu persatu warung tegal, warung Buk Sumi dan warung lainnya pada tutup karena tidak boleh buka dan tidak boleh dikunjungi.
Proses penghentian kegiatan ini pastinya tidak dilakukan secara gegabah. Dan pastinya sudah dipertimbangkan dengan matang walaupun terkesan mendadak. Pemimpin mana yang tidak kalut kalau sampai warganya banyak yang sakit? Pemimpin mana yang tidak bingung bila warganya banyak yang meninggal karena dianggap terkena Covid19? Walaupun ada sebagian yang mengatakan bahwa kematian adalah sebuah takdir, tapi bila kematian itu terjadi akibat wabah? dan jumlahnya banyak? Pikiran saya gak bisa nyantol bila itu sebuah takdir.
Banyak yang menyamakan pandemi Covid19 ini sama dengan wabah pandemi Flu Spanyol, yang terjadi pada tahun 1918 (saya belum lahir waktu itu:)), dan yang paling banyak korban yaitu pada gelombang ke 2. Banyaknya korban tersebut karena kita lalai sehingga dianggapnya Pandemi sudah berakhir. Prediksi COVID19 pun demikian, banyaknya korban jatuh kemungkinan pada gelombang ke 2 daripada glombang sebelumnya, hal ini karena ketidak patuhan masyarakatnya terhadap protokol yang sudah ditetapkan oleh pemerintah. tentunya juga karena jumlah dan fasilitas rumah sakit yang tidak memadai.
Mencekam, sepi dan duka...itu kesan yang saya dapatkan dari Covid19.
Siapa yang tidak takut terhadap pandemi ini? rata2 orang tercekam oleh situasi tersebut dan melakukan upaya2 prefentif. Tapi banyak juga yang menganggap remeh. Kalau dulu saat Flu Spanyol belum memiliki alat canggih untuk menginfomasikan kondisi yang diakibatkan oleh pandemi Flu Spanyol , tapi tidak adanya alat tersebut jumlah yang menjadi korban tercatat dengan baik. Bagaimana dengan saat ini? Walaupun kita memiliki alat informasi yang bagus dan akurat baik melalui Whatsap ataupun email, tapi karena kita lebih mengagungkan kebebasan, maka ketidak percayaan tersebut menjadi sebuah keniscayaan.
Lalu apa hubungannya antara Covid19 dan perilaku?
Jadi kelanjutan dari Covid19 yang diberitakan dari laboratorium Wuhan itu hanya pemicu...so, marilah kita mulai hidup bersih, jaga jarak, pakai masker, buang sampah yang teratur...
Masker ala syahrini yang lainnya |
Banyak fakta mengatakan bahwa dengan membatasi kegiatan manusia, banyak ekosistem2 yang pulih. sebagai contoh adalah ekosistem pantai di beberapa tempat, dimana terumbu karang semakin bagus tumbuhnya. banyak ekosistem yang diuntungkan karena minimnya kegiatan manusia, paling tidak memberikan kesempatan bagi biota laut, terumbu karang memulihkan dirinya akibat dari ulah manusia. Pencemaran udara menurun akibat jarangnya kendaraan berlalu lalang. sehingga langit biru bisa kita nikmati di kota-kota padat seperti Jakarta pada beberapa waktu lalu.
so...stay at home
Jember 2020
Tidak ada komentar:
Posting Komentar