Sabtu, 10 Februari 2018

MERAH PUTIH DALAM KEHIDUPAN


KEMBANG MERAH PUTIH

merah adalah warna yang menjadi favorite bagi pecinta keberanian,
tapi kembang merah adalah penantang alam dalam nuansa kehijauan,
kembang ini aku ambil di pelataran rumah yang menjadi sasaran pandang saat mata penat melihat tulisan di komputer.
dari jauh merona memberikan semangat, bahwa hidup bukan sebuah penyerahan total tanpa karya,
bahwa hidup ini adalah perlu keberanian dalam memutuskan sebuah langkah,
seperti yang Allah SWT katakan bahwa Sang Pecipta Alam berkehendak merubah nasib apabila kita mengusahakan untuk berubah, apalagi merubah menuju kebaikan. Lelah???

sesungguhnya kelelahan yang kita  alami tidak selamanya dan tidak semuanya sebagai sebuah penderitaan karena ada lelah yang berharga dan yang dipuji Allah SWT beserta Rasulnya:

"dan bahwasanya seorang manusia tidak memperolah selain apa yag telah diusahakannya. Dan bahwasanya usahanya itu kelak akan diperlihatkan kepadanya. kemudian akan diberi balasan kepadanya dengan balasan yang paling sempurna: (QS.An.Najm 39-41)

jadi kalau kita lelah karena menuju kebaikan bukan berarti kita tak akan menemui kerikil dalam perjalanannya. dan kerikil itulah yang kan menjadikan kita lebih awas dalam menuju capaian kita yaitu kebaikan.

 

Kebaikan seperti bunga putih ini, dimana putih menjadi lambang kesucian, kepasrahan setelah kita berusaha semampu dan sekuat mungkin. Dan Allah akan memberikan karunia kepada kita untuk menjadi taat dan bersemangat dalam beribadah dan memakmurkan dunia.

"Demikianlah Allah SWT menyempurnakan nikmatNYA agar kamu berserah diri (kepadaNYA) (QS.An Nahl : 81).

"kebajikan yang kamu peroleh adalah dari sisi Allah SWT, dan keburukan apapun yang menimpamu itu dari kesalahan dirimu sendiri (QS An Nisaa:79)


jadi bagiku makna merah puih dalam kehidupku adalah semangat yang menyala-nyala untuk menuju kebajikan. serta hasilnya adalah untuk kebaikan kita dunia dan akhirat. semoga usahaku berhasil dalam merubah kehidupanku untuk menjadi lebih baik.

amin2..ya Rabbal Alamin

Bogor, Medio Februari 2018 




Note:
kembang ini adalah original hasil potretku, skala makro dari kamera pocket Olympus  VR 340 untuk 16 Megapixel.




Kamis, 08 Februari 2018

MANFAAT EKONOMI PADA EKOSISTEM HUTAN MANGROVE DI DESA TADUI KECAMATAN MAMUJU KABUPATEN MAMUJU

ANALISIS BIAYA-MANFAAT EKONOMI PADA EKOSISTEM HUTAN MANGROVE DI DESA TADUI KECAMATAN MAMUJU KABUPATEN MAMUJU
                                                             Oleh:
DR.Ernawati,M.Sc
Eko Budhi Prasetyo,S.Si


PENDAHULUAN

Mangrove merupakan salah satu komponen ekosistem pesisir yang memiliki banyak manfaat dan pengaruh yang luas baik dari aspek sosial, ekonomi maupun ekologi.  Banyaknya organisme yang mendukung ekosistem mangrove menunjukkan besarnya peranan ekosistem mangrove.  Kawasan yang kaya akan keanekaragaman hayati ini memberikan masyarakat segudang harapan untuk meningkatkan taraf hidup mereka.
Ekosistem mangrove di Desa Tadui Kecamatan Mamuju merupakan salah satu dari sedikit kawasan hutan mangrove yang masih tersisa di Sulawesi Barat.  Bagi masyarakat Desa Tadui hutan mangrove di sekitar mereka merupakan garis pertahanan yang memberikan perlindungan bagi tambak-tambak mereka terhadap gempuran ombak dan  arus, di samping itu juga tempat menangkap ikan, kepiting, dan kerang yang bernilai ekonomi.  Ramainya tambak di wilayah ini dimulai sejak sekitar 25 tahun yang lalu ketika masyarakat bugis dari Kabupaten Pangkep mulai berdatangan membuka lahan dan menjadikannya tambak. 
Konversi dan pemanfaaatan hutan mangrove dengan cara menebang hutan dan mengalihkan fungsinya ke penggunaan lain akan membawa dampak yang sangat luas. Pengambilan hasil hutan dan konversi hutan mangrove dapat memberikan hasil kepada pendapatan masyarakat dan kesempatan meningkatkan kerja. Namun di pihak lain, terjadi penyusutan hutan mangrove, dimana pada gilirannya dapat mengganggu ekosistem perairan kawasan sekitarnya (Arif, 2012).
Lebih lanjut rencana pemerintah daerah untuk membangun jalan arteri antara Bandar Udara Tampa Padang dengan Kantor Gubernur Sulawesi Barat ke depan akan melewati kawasan hutan mangrove Desa Tadui, sehingga proyek tersebut diperkirakan akan mengganggu bahkan merusak kawasan hutan mangrove yang dilaluinya.
Berdasarkan uraian di atas penelitian ini dilakukan untuk mengetahui pemanfaatan sumberdaya alam di wilayah ekosistem mangrove Desa Tadui yang selama ini dirasakan oleh masyarakat dengan menghitung biaya manfaat ekonominya tersebut sehinga diketahui nilai manfaat yang akan hilang jika ekosistem tersebut tidak dikelola dengan bijaksana.

METODOLOGI
Metode yang digunakan dalam kajian ini adalah studi kasus, dengan objek penelitian yaitu hutan mangrove termasuk tambak yang berada di sekitarnya, mengingat bhwa tambak-tambak yang berada di sekitar kawasan hutan mangrove tersebut sebelumnya merupakan bagian dari ekosistem hutan mangrove yang dikonversi.  
Penelitian dilakukan pada bulan Januari 2017 di Desa Tadui Kecamatan Mamuju, Kabupaten Mamuju, Propinsi Sulawesi Barat.  Pengambilan contoh responden dilakukan dalam rangka menghitung manfaat ekosistem mangrove dalam kaitannya dengan perikanan, baik perikanan tambak maupun penangkapan ikan, kepiting, dan kerang.  Data primer diperoleh berdasar hasil wawancara langsung dengan responden pemakai ekosistem dan diambil menggunakan kuisioner dan pengamatan di lapangan (observasi). 
Nilai manfaat dari sektor tambak diperoleh dengan mengetahui pendapatan bersih rata-rata petani tambak dengan menghitung pendapatan kotor setelah dikurangi pengeluaran untuk biaya produksi untuk kemudian dikonversikan sesuai dengan luasan tambak yang ada di wilayah kajian.
Dalam metode ini digunakan dengan asumsi, populasi yang dijadikan responden dapat mewakili dari penilaian manfaat ikan.  Metode ini digunakan untuk menilai manfaat langsung usaha penangkapan ikan, kepiting, serta kerang di mana ditetapkan sebanyak 10 orang.
Sedangkan data sekunder diperoleh dari instansi/lembaga terkait.  Luasan penutupan mangrove dan penggunaan lahan tambak diperoleh melalui pengolahan data citra SPOT 6 tahun 2016.

Nilai manfaat langsung adalah nilai yang diperoleh dari pemanfaatan secara langsung dari suatu sumberdaya.  Manfaat langsung bisa diartikan manfaat yang dikonsumsi. Bann (1989) menyatakan bahwa manfaat langsung hutan mangrove adalah perikanan, kayu bakar, wisata dan rekreasi.
Pengukuran manfaat langsung ekosistem mangrove ini dilakukan dengan pendekatan harga pasar untuk menghitung harga manfaat yang diperoleh.  Proses perhitungan manfaat  langsung hutan mangrove dilakukan dengan menjumlah seluruh hasil produksi dikalikan harga jual rata-rata dikurangi dengan biaya produksi dalam satu tahun. Nilai manfaat langsung dihitung dengan persamaan :
ML = ∑MLi
Keterangan :
ML        = manfaat langsung
ML 1     = manfaat langsung tambak
ML 2     = manfaat langsung hasil ikan

Nilai manfaat tidak langsung adalah nilai yang dirasakan secara tidak langsung terhadap barang dan jasa yang dihasilkan sumberdaya dan lingkungan.  Manfaat tidak langsung dari ekosistem hutan mangrove adalah fungsinya sebagai penahan abrasi pantai.  Pendekatan manfaat sebagai penahan abrasi atau pemecah gelombang (break water) dilakukan dengan pendekatan pembangunan pemecah gelombang bila ekosistem hutan mangrove sudah mengalami degradasi relatif parah.
Nilai manfaat pilihan hutan mangrove menggunakan metode benefit transfer, yaitu dengan cara menilai perkiraan benefit atau keuntungan dari tempat lain (dimana sumber daya tidak tersedia) lalu benefit tersebut ditransfer untuk memperoleh perkiraan yang kasar mengenai manfaat dari lingkungan.  Metode tersebut didekati dengan cara menghitung besarnya nilai kenekaragaman hayati yang ada pada ekosistem mangrove tersebut.
Menurut Ruitenbeek (1991) hutan mangrove Indonesia memiliki biodiversity  value sebesar US$ 1.500/km2/tahun atau setara dengan US$ 15/ha/th.  Secara matematis manfaat pilihan dirumuskan dengan :
MP        = Nb x L
Keterangan :
MP        =  manfaat pilihan
Nb        =   nilai keanekaragaman hayati (Rp/ha)
L          =   luas wilayah ekosistem mangrove (ha)

Nilai manfaat keberadaan yaitu manfaat yang dirasakan oleh masyarakat dari keberadaan hutan mangrove, setelah manfaat lainnya dihilangkan dari analisis (Paryono et al., 1999).  Teknik pendekatan yang dilakukan dengan interview menggunakan kuesioner terhadap responden, dengan menanyakan keinginan untuk membayar (willingness to pay) dalam mempertahankan aset lingkungan sehingga diperoleh nilai keinginan membayar responden terhadap ekosistem hutan mangrove.  Responden dalam hal ini adalah nelayan, pembubidaya udang maupun masyarakat sekitar yang memiliki ketergantungan pada ekosistem mangrove.   Formulasi manfaat keberadaan tersebut adalah sebagai berikut :
ME        =
ME        =   manfaat eksistensi dari responden ke-i
n          = jumlah responden

Nilai manfaat total merupakan penjumlahan seluruh manfaat yang telah diidentifikasi dari ekosistem hutan mangrove yang diteliti dalam kajian ini sehingga diperoleh persamaan :
NMET = NML + NMTL + NMP + NMK
Keterangan :
NMET    = nilai manfaat ekonomi total
NML      = nilai manfaat langsung
NMTL    = nilai manfaat tidak langsung
NMP      = nilai manfaat pilihan
NMK     = nilai manfaat keberadaan

HASIL DAN PEMBAHASAN
Hasil pengolahan data citra satelit resolusi tinggi SPOT 6 tahun 2016 menunjukkan hutan mangrove yang berada di Desa Tadui memiliki luas ±162 hektar sedangkan penggunaan lahan untuk budidaya tambak memiliki luas ±145 hektar.
Adapun menurut hasil perbandingan peta liputan lahan hasil interpretasi Citra Landsat (citra resolusi rendah) yang dikeluarkan oleh Direktorat Planologi Kehutanan, menunjukkan bahwa tidak ada selisih luas signifikan pada luas liputan lahan ekosistem mangrove tahun 2006 dan tahun 2014, yaitu berada pada angka 87 hektar.  Data ini menunjukkan bahwa masyarakat setempat memiliki kesadaran untuk mempertahankan keberadaan ekosistem mangrove.
Komponen utama mangrove yang dijumpai di wilayah penelitian adalah bakau (Rhizopora sp.), pedada (Sonneratia caseolaris), api-api (Avicennia alba), sarau (Bruguiera sexangula), bangko (Bruguiera gymnorrhiza) dan nipah (Nypa fruticans).  Ekosistem mangrove di Desa Tadui memiliki beberapa fungsi utama yaitu (1) pelindung pantai, permukiman, dan tambak dari gelombang, arus pasang, angin badai, sebagai perangkap sedimen, dan pencegah abrasi, (2) daerah asuhan, mencari makan serta pemijahan bagi berbagai jenis ikan, kepiting, kerang, udang, serta biota laut lainnya, (3) sebagai penghasil sejumlah bahan organik yang sangat produktif (detritus) yang berguna sebagai sumber makanan untuk biota pantai.
Berbagai manfaat mangrove sebagaimana disebutkan di atas  sangat berperan bagi kehidupan manusia dan organisme lain di sekitarnya.  Untuk itu perlu untuk dihitung berapa nilai ekonomi ekosistem mangrove sehingga dapat juga dihitung nilai ekonomi yang hilang apabila ekosistem ini tidak dijaga dan dikelola secara bijaksana.

Nilai Manfaat Langsung
Masyarakat Desa Tadui memiliki ketergantungan yang cukup besar terhadap ekosistem hutan mangrove di mana sebagian dari mereka penangkap ikan dan petani tambak. Dijumpai juga pemanfaatan hutan mengrove berupa pemanfaatan daun nipah (Nypa fruticans) sebagai bahan baku pembuatan atap rumbia, namun hanya ditemukan satu orang saja dengan produksi yang tidak menentu.
Pemanfaatan hutan mangrove untuk usaha perikanan yang dilakukan masyarakat Desa Tadui adalah untuk budidaya tambak udang dan usaha penangkapan ikan, kerang, dan kepiting bakau.  Untuk usaha tambak, jenis tambak yang menjadi primadona adalah tambak udang, dengan target pasar lokal dan Kota Makassar. 
Berdasar hasil wawancara diketahui bahwa pada umumnya tambak yang berada di Desa Tadui merupakan tambak udang.  Pemilihan udang sebagai komoditi yang utama masyarakat disebabkan masa panen udang yang lebih cepat yaitu mencapai 4 kali dalam satu tahun dibandingkan dengan masa panen ikan bandeng yang hanya dua kali dalam satu tahun. Hasil analisa dari wawancara terhadap petambak diketahui bahwa dalam satu kali panen biasanya mereka rata-rata dapat memperoleh 3 kuintal udang per hektarnya, dengan harga jual rata-rata Rp 55.000,- per kg.  Biaya produksi secara keseluruhan mencapai Rp 7.542.000,- per ha untuk sekali panen.  Sehingga nilai keuntungan yang didapat dalam satu hektar tambak udang mencapai  35.833.000,- per hektar per tahun.  Adapun secara keseluruhan prediksi nilai manfaat tambak di Desa Tadui dengan asumsi 90% luas tambak yang beroperasi dari 162 hektar adalah Rp 5.224.451.400,- per tahun.
Tabel 1. Total Nilai Manfaat Langsung
Uraian
 Jumlah (Rp/tahun)
Nilai Manfaat Tambak
5.224.451.400
Nilai Manfaat Penangkapan Ikan
234.000.000
Nilai Manfaat Langsung
5.458.451.400

Untuk pendapatan nelayan dari penangkapan ikan, udang, kepiting, dan kerang mencapai Rp 234.000.000,- per tahun. Sehingga nilai total manfaat langsung kawasan ekosistem hutan mangrove Desa Tadui adalah Rp 5.224.685.400,- per tahun.


Nilai Manfaat Tak Langsung
Nilai manfaat tak langsung merupakan nilai yang secara tidak langsung dirasakan manfaatnya oleh masyarakat.  Manfaat hutan mangrove sebagai penahan abrasi diestimasi dari bangunan air pemecah gelombang. 
Berdasarkan analisis harga satuan pekerjaan (AHSP) bidang pekerjaan umum yang dikeluarkan oleh Kementerian PUPR, nilai pemecah gelombang perairan dangkal dengan ukuran 150m x  20m x 5m adalah Rp 2.921.147.000,- sehingga dengan panjang garis pantai Desa Tadui 7.931 meter biaya yang harus dikeluarkan pemerintah untuk proyek ini adalah Rp 154.450.779.000. Dengan perkiraan daya tahan bangunan pemecah gelombang mencapai 20 tahun, maka nilai proyek yang harus dikeluarkan pemerintah untuk manfaat fisik pemecah gelombang adalah Rp 7.722.538.950,- per tahun.
Tabel 2.  Total Nilai Manfaat Tak Langsung
Uraian
 Jumlah
Nilai Manfaat Perlindungan Pantai
154.450.779.000
Daya Tahan  (tahun)
20
Nilai Manfaat Langsung per tahun (Rp)
7.722.538.950

Nilai Manfaat Pilihan
Manfaat pilihan pada ekosistem hutan mangrove menggunakan analisis perhitungan dari manfaat keanekaragaman hayati.  Nilai kenanekaragaman hayati senilai US$15/ha/tahun  dapat digunakan di seluruh hutan mangrove yang ada di Indonesia apabila ekosistem hutan mangrovenya penting dan tetap terpelihara.
Tabel 3. Nilai Manfaat Pilihan
Uraian
Jumlah
(Rp/tahun)
Nilai biodiversity di Teluk Bintuni (US$)
15
Kurs (1 US $ = Rp) – Januari, 2017
13.311
Luas mangrove (ha)
167
Nilai biodeversity per tahun (Rp)
32.485.495
Nilai tukar rupiah pada saat penelitian adalah sebesar Rp 13.311/US$, sehingga diperoleh nilai manfaat pilihan pada saat ini adalah Rp 199.665/ha/tahun atau nilai pilihan dari total luas hutan mangrove yang ada yaitu 162 ha sebebesar Rp 32.485.495,- per tahun.

Nilai Keberadaan (Existence Value)
Nilai keberadaan adalah nilai kepedulian seseorang akan keberadaan suatu sumberdaya alam.  Pendekatan yang dilakukan adalah  dilakukan wawancara terhadap responden dengan menanyakan keinginan untuk membayar (willingness to pay) dalam mempertahankan aset lingkungan.
Nilai rataan WTP yang diperoleh dari seluruh responden yaitu sebesar Rp 825.000/ha/tahun.  Nilai rata-rata Rp 825.000/ha/tahun dikalikan dengan luas ekosistem mangrove 162 ha sehingga diperoleh nilai manfaat keberadaan sebesar Rp 133.650.000 per  tahun.
Nilai Manfaat Ekonomi Total
Nilai manfaat ekonomi total (NMET) merupakan penjumlahan dari seluruh nilai manfaat langsung, nilai manfaat tak langsung, nilai keberadaan, dan nilai pilihan.  Secara keseluruhan nilai manfaat ekonomi total dari ekosistem hutan mangrove dan tambak yang ada di Desa Tadui adalah 13.113.359.845 per tahun.  Nilai yang tinggi disebabkan oleh besarnya nilai manfaat mangrove sebagai pelindung pantai sebesar dan nilai manfaat langsung (budidaya perikanan). 
Besarnya nilai manfaat mangrove sebagai pelindung pantai menunjukkan peran yang sangat penting dari ekosistem ini.  Sedangkan besarnya nilai manfaat dari manfaat langsung (perikanan) menunjukkan bahwa keberadaan ekosistem tersebut berkontribusi dan memiliki peran penting terhadap perekonomian yang menunjang hajat hidup masyarakat sekitar.

Tabel 4.  Total Nilai Manfaat Ekonomi
Nilai Kategori Manfaat
 Nilai Manfaat (Rp/Tahun)
Proporsi (%)
Nilai Manfaat Langsung
   5.224.685.400
       39,8
Nilai Manfaat Tak Langsung
   7.722.538.950
       58,9
Nilai Manfaat Pilihan
       32.485.495
         0,2
Nilai Manfaat Eksistensi
      133.650.000
         1,0
Total Nilai Manfaat
 13.113.359.845


Besarnya nilai ekosistem hutan mangrove hasil analisa di atas tidak menutup kemungkinan mengalami perubahan, dikarenakan adanya pemanfaatan tambahan, antara lain :
1.      Pemanfaatan mangrove untuk tujuan ekowisata
2.      Pemanfaatan mangrove untuk makanan tambahan seperti untuk dijadikan sirup, sabun, keripik dan dodol
3.      Pemanfaatan mangrove untuk bahan bangunan dan kayu bakar, walaupun ini sudah dilarang
4.      Pemanfaatan bibit bakau atau jenis lainnya untuk komersil

KESIMPULAN DAN SARAN
Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian dapat disimpulkan bahwa besarnya nilai ekonomi total ekosistem hutan mangrove di Desa Tadui Kecamatan Mamuju Kabupaten Mamuju adalah sebesar Rp 13.113.359.845 per tahun dengan kontribusi nilai tertinggi dari perannya sebagai pelindung pantai dari abrasi dan perannya terhadap sektor budidaya perikanan.

Saran
Merujuk pada nilai ekonomi total dari ekosistem hutan mangrove di Desa Tadui ternyata ekosistem hutan mangrove memiliki manfaat dan fungsi penting sebagai penggerak ekonomi dan sumberdaya ekologi bagi kehidupan masyarakat di sekitarnya.  Maka penting bagi pihak-pihak terkait antara lain pemerintah, swasta, dan LSM untuk dapat menjaga dan memelihara ekosistem mangrove tersebut tetap terpelihara dengan baik.

DAFTAR PUSTAKA
Arif, M. 2012. Kondisi Ekonomi Pasca Konversi Hutan Mangrove Menjadi Lahan Tambak Di Kabupaten Pangkajene Kepulauan Provinsi Sulawesi Selatan. Jurusan Ilmu Kelautan dan Perikanan Politeknik Negeri Pontianak. Jurnal Eksos Vol 8. No 2. Hal 90 – 104.
Ariftia, R. Qurniaty, R. dan Herwanti, S. 2014. Nilai Ekonomi Total Hutan Mangrove Desa Margasari Kecamatan Labuhan Maringgai Kabupaten Lampung Timur. Jurnal Sylva Lestari Vol 2 No 3. Hal 19 -28.
Indrayanti, M., Fahruddin, A. dan Setiobudi, I. 2015. Penilaian Jasa Ekosistem Mangrove di Teluk Blanakan Kabupaten Subang. Jurnal Ilmu Pertanian Indonesia Vol 20 No 2. Hal 92-96.
Noor, P. dan Helminuddin. 2009.  Valuasi Ekonomi Pemanfaatan Hutan Mangrove di Kelurahan Teritip Kota Balikpapan. Jurnal Kehutanan Tropika Vol 2 Nomor 1.
Paryono, T.J., Kusumastanto, T., Dahuri, R. dan Bengen, D.G. 1999. Kajian Ekonomi Pengelolaan Tambak di Kawasan Mangrove Segara Anakan, Kabupaten Cilacap, Jateng. Jurnal Pesisir dan Lautan 3.
Ruitenbeek, H.J. 1991. Mangrove Management: An Economic Analysis of Management ptions with a Focus on Bintuni Bay, Irian Jaya. MDI/KLH, Jakarta (ID).









BEBERAPA CATATAN  TAMBAHAN
1.    Tulisan di atas merupakan gambaran dari valuasi ekonomi ekosistem mangrove di wilayah Kab. Mamuju dengan studi kasus Desa Tadui.  Pengambilan Desa Tadui hanya merupakan keterwakilan saja dari keseluruhan ekosistem, mengingat keterbatasan waktu dan tenaga untuk mengambil jumlah responden yang memenuhi syarat kajian.  Secara keseluruhan panjang pantai dari Kota Mamuju hingga Bandara Tampa Padang yang terlindung oleh hutan mangrove adalah sepanjang 22 km (hasil olah peta).
2.    Hasil kajian di atas menyebutkan bahwa dari manfaat tidak langsung sebagai penahan abrasi pantai Tadui sepanjang 7,9 km diperoleh nilai manfaat 7,7 milyar rupiah per tahun.  Sehingga dapat dihitung nilai manfaat bila panjang pantai yang terlindung ekosistem mangrove sepanjang 22 km, belum lagi jika ditambah nilai ekonomi dari tambak milik masyarakat.  Keseluruhan ekosistem mangrove sepanjang 22 km tersebut termasuk ke dalam rencana pembuatan jalan arteri.
3.    Selain untuk tambak dan menangkap ikan, pada ekosistem mangrove yang sama masyarakat juga telah memanfaatkan hutan mangrove untuk tujuan wisata, namun berada di desa yang berbeda, setidaknya terdapat 2 (dua) lokasi tujuan wisata dengan menjual mangrove dan pantai sebagai objek utama.
4.    Hasil wawancara dengan masyarakat memberikan informasi juga bahwa pada dasarnya sebagian besar dari mereka bersedia untuk diambil tambaknya oleh pemerintah untuk dijadikan jalan arteri selama ada kesepakatan harga atau kecocokan harga antara kedua belah pihak.  Lahan yang produktif/menghasilkan yang menjadi tulang punggung pendapatan mereka serta sertifikat tanah resmi menjadi alat tawar utama mereka.  Mereka bertutur juga bahwa alasan mereka bersedia menjual lahan mereka adalah tidak mungkin untuk melawan program pemerintah yang sudah menjadi kesepakatan, dan mereka berada pada posisi mengalah.  Ketika ditanya akan usaha apa setelah tambak tidak ada mereka tidak menjawab tegas hanya menjawab akan menggunakan hasil penjualan tanah tersebut untuk usaha lainnya.













Rabu, 03 Januari 2018

Hari ini (setiap hari adalah hari ini)

Hari ini aku banyak patah hati,
bahkan mungkin tidak dimuliai hari ini,
sejak kemaren kemaren,
dan kemaren-kemarennya lagi.

Bagaimana aku tidak akan patah hati?
setiap kuangankan harus patah di tengah jalan,
mungkin bukan di tengah jalan,
tapi dari awal jalan aku sudah tahu akan patah hati.

Mungkin Allah SWT memberiku hal yang terbaik,
agar aku tak menayangkan anganku melayang di langit ke tujuh,
yang kata Presiden Pertamaku menyatakan bahwa
"gantungkan cita-citamu setinggi langit"
padahal kita tahu bahwa langit tak punya batas,
dan tak punya cantolan
yang pasti sebelum sampai langit maka anganku sudah diterpa angin.

Dari perjalanan hidupku,
aku lebih percaya bahwa kita tak perlu ber-angan2 terlalu tinggi untuk sebuah posisi,
sebab di Indonesia itu yang dibutuhkan hanya sebuah "loyalitas berpamrih",
bukan "sebuah loyalitas tanpa pamrih" 
loyalitas yang lebih mementingkan kelompoknya dibandingkan kepentingan untuk masyarakat banyak.

Namun perlu disadari bahwa cita-cita dalam berilmu merupakan sebuah kewajiban dalam agama Islam, karena dengan cita-cita untuk berilmu yang tinggi akan mengurangi jalan yang hina dalam mencapai cita-citanya. yang paling mulia adalah dia akan mencapai cita-citanya dengan cara islami dan elegan.








Rabu, 27 Desember 2017


KECERIAAN

Keceriaan itu tidak harus diukur dengan uang,
bahkan tidak bisa diukur dengan jabatan, prestasi, ataupun dengan status seseorang,
sebab keceriaan itu menembus segala dimensi,
dan keceriaan itu muncul dari dalam hati karena ketulusan hati menerima KEHENDAK ATAU TAKDIR DARINYA.
Jadi keceriaan itu adalah pengejawantahan  dari rasa syukur terhadap takdir yang dihadapannya.

Hal ini saya rasakan saat saya berhaji pada Bulan Agustus September 2017,
disana saya bertemu dengan beragam latar belakang teman saat berhaji,
mulai teman satu grup atau teman dari grup lannya.
tak perduli apapun pangkat dan jabatan ataukah dia kaya atau sedang2 saja,
bersatu guyub untuk melaksanakan ibadah haji bersama
dengan tujuan hidup lebih berkualitas.
Nikmat mana lagi yang engkau dustakan



Keceriaan kedua adalah 
saat berkumpul kembali dengan teman lama,
yang lama tidak bersua,
saat pertama kali bertemu adalah
saling meledek penampilan masing-asing lalu saling mengolok tentang berat badan ,
kemudian menceritakan masing-masing pasangannya 
yang semakin tua semakin manja
bahkan ada pula yang sudah menjadi kakek nenek
kemudian berlanjut bagaimana sang cucu bertingkah.
jadi keceriaan adalah rasa bersyukur tentang kondisi terkini yang terjadi.
bahkan walaupun sudah menjadi kakek nenek tapi keceriaan semakin menjadi,
diikuti dengan kegenitan para nenek dan kakek,
gak perduli bahwa ada anak dan cucu yang melihat.
lihatlah bagaimana para nenek bergaya,
yang gak sadar bahwa perut sudah meruncing ke depan dan kesamping.



JADI
KECERIAAN ADALAH TANDA BERSYUKUR

bunga kamboja jepang